Mengenang Kang Asep, Dari Narasumber Jadi Penyiar Tetap “Renda Budaya” Radio Sonata 47 AM

Jajat Sudrajat

Bandung, porosmedia.com – Keluarga besar Radio Sonata tengah berduka, melepas kepergian salah satu penyiar terbaiknya, Asep Syaepudin Yunior, Selasa, 5 April 2022.

Dikenal dengan pribadi yang humoris, Asep bergabung bersama radio milik Pemerintah Kota Bandung sejak 2005 di kanal amplitude modulation (AM) dalam program “Renda Budaya”.

Pada program ini, ia mengedukasi para pendengar se-Bandung Raya mengenai kesehatan pengobatan alternatif dalam bahasa Sunda.

“Pendengar radio AM itu usianya kebanyakan memang sudah mulai sepuh. Melalui program ini, Kang Asep telah ikut melestarikan budaya Sunda dengan cara cara sosialisasi kesehatan menggunakan bahasa Sunda,” tutur Kepala UPT Radio Sonata, R. Hana Ganrina.

Namun, sejak tiga bulan ke belakang, kesehatan Asep semakin menurun. Ia diketahui mengidap penyakit hernia dan gangguan paru-paru.

“Paru-paru beliau sempat dioperasi memang. Hernianya juga diobati. Sudah tiga bulan dirawat di rumah sakit,” ucap Hana.

Selain dikenal humoris, Asep juga memiliki sisi tegasnya. Hana mengatakan, Asep merupakan orang yang tidak takut untuk menyampaikan pendapat dan terbuka dengan perbedaan.

Baca juga:  Mesin Parkir Peninggalan Ridwan Kamil Tidak Mungkin Jadi Bangkai

“Misalnya kita lagi rapat sebuah program. Ternyata dia beda pendapat dengan kita, ya dia sampaikan. Dia orang yang terbuka, ketika berdebat ya saat di rapat saja. Di luar mah sudah seru lagi,” kenangnya.

Selain itu, Asep juga memiliki keahlian sebagai teknisi radio. Dalam dunia radio, seorang teknisi merupakan pekerjaan yang membutuhkan keahlian tertentu.

“Dia punya skill itu. Kalau alat rusak, dia yang bantu memperbaikinya. Meskipun bukan pekerjaannya ya, tapi memang helpful banget orangnya,” ujarnya.

Melalui acara yang Asep bawakan, Hana mengakui jika banyak pendengar yang menjadi lebih dekat dan loyal. Bahkan, para pendengar kerap mengirimkan hadiah untuk Radio Sonata.

“Pendengar Sonata AM ini jumlahnya banyak banget dan kompak. Karena memang pendengar AM itu lebih militan kalau menurut saya. Ada pendengar yang punya toko cat, dia kirim cat supaya studio kita jadi lebih berwarna dan rapi. Ada juga yang sampai kasih kulkas,” ungkapnya.

Di beberapa kesempatan, para pendengar Sonata 47 AM ini kerap membuat acara trip bersama.

Baca juga:  Kunjungi Kerajaan Beutong, LaNyalla Dorong Pelestarian Budaya Aceh Masuk UU Pemerintahan Aceh

“Kita para crew suka diajakin juga sama mereka,” imbuhnya.

Serupa dengan Hana, rekan kerja sesama Asep penyiar Sonata 47 AM, Helmi Sophian mengatakan, para pendengar program “Renda Budaya” kira-kira mencapai 200-an orang.

“Padahal beliau ini dulunya narasumber kita, tapi malah jadi penyiar tetap di Sonata AM. Selain itu, Kang Asep juga memiliki kelebihan sebagai terapis, ia belajar langsung dari dr. Hembing, pakar pengobatan tradisional dan akupunktur,” papar Helmi.

Melalui program “Renda Budaya” ini, Helmi menilai, banyak warga Bandung Raya yang tercerahkan dan teredukasi dengan baik.

“Kang Asep membawa pencerahan untuk masyarakat tentang tanaman herbal karena beliau juga punya bahan-bahan tanaman herbal di rumahnya. Beliau menjelaskan masing-masing herbal ini khasiatnya apa,” katanya.

Di usia 53 tahun, Asep meninggalkan seorang istri dan tiga anak beserta cucu-cucunya. Ia pun dikebumikan di Pasirparos. (din/jt)*

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *