Mengapa Amerika Mencoba Mempromosikan Revolusi Warna di Indonesia 

Avatar photo

Porosmedia.com — Masih tentang pokok bahasan para pengamat geopolitik di luar negeri….!!!

Amerika tidak ingin Indonesia terlalu dekat dengan China. Makanya sikap pemerintahan Jokowi yang bersahabat baik dengan China, bahkan bekerja-sama membangun Smelter sangat dibenci Amerika melalui suara para antek asing di Indonesia….!!!

Amerika selalu menolak membuat smelter di Papua dan selalu mengulur-ulur waktu.

Amerika tidak menyukai ketika pembangunan Infrastruktur di Indonesia terintegrasi dengan Mega Proyek China,
Belt Road Initiative (Modern Maritime Silk Road).

Asal tahu ya, produk nasional Indonesia itu hampir sama dengan China.
Sebagian besar barang yang dijual China, juga ada di Indonesia.

Jokowi dan Moldi juga sedang membangun sentra perdagangan dan pertahanan nasional kedua negara diwilayah Sabang dan Selat Malaka.
Pastinya Amerika menginginkan kedua wilayah tersebut ada dalam kontrol mereka.

Sayangnya….!!!
75% lebih para petinggi sipil dan militer Indonesia adalah hasil didikan Amerika dan sekutunya. Termasuk sistem pendidikan di Indonesia.

Protes terbaru yang didanai AS di Indonesia mengguncang panggung politik di negara tersebut, yang menciptakan situasi geopolitik yang sulit bagi India dan China.

Baca juga:  KPU Jabar: Calon Perseorangan Kepala Daerah Jabar harus Berani menyediakan dukungan valid sebanyak 2,3 juta suara

Dari sudut pandang Washington, adalah sangat penting untuk memastikan pemerintahan baru yang terbentuk di Indonesia patuh pada kepentingan Amerika;

Dan panglima militer AS yang secara terbuka membahas perang dengan China dalam waktu dekat, kawasan tersebut harus dihuni oleh negara-negara sahabat yang dapat membantu dan mendukung upaya yang dapat mengancam dunia tersebut.

Lebih jauh lagi, salah satu jalur perdagangan utama China (Selat Malaka) terletak tepat di sebelah Indonesia. Kontrol atas titik rawan yang krusial ini sangat penting untuk setiap perhitungan strategis di kawasan tersebut.

Dengan terbentuknya pemerintahan baru di Indonesia, AS juga akan mendapatkan pelabuhan Sabang di Indonesia, yang pernah dikembangkan bersama dengan India sebagai aset strategis.

Jika ini terjadi, AS akan memperoleh pengaruh yang signifikan atas Selat Malaka, sehingga AS dapat dengan mudah mengendalikan atau memblokir jalur penting ini jika terjadi konflik. [Roim]