Mie Kocok Ini Sempat Jadi Langganan Dedi Mulyadi, Si Penjualnya Masih Ingat Selera Dedi Mulyadi

Avatar photo
Adi Hidayat pemilik lapak mie kocok.

Porosmedia.com, Purwakarta – Mie kocok Sabar Menunggu adalah salah satu lapak penjual mie legendaris di Purwakarta, pasalnya lapak tersebut sudah sejak tahun 1985 berjualan di Gang Bayeman RT 21 RW 10, Kelurahan Nagrikaler, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta. Bahkan, sampai saat ini lokasi lapaknya pun tak pernah berpindah tempat dari lokasi tersebut.

Adi Saputra, pemilik lapak mie kocok tersebut mengaku awalnya lapak mie kocok tersebut adalah milik mendiang ayahnya bernama Jana’in. Lapaknya ini juga mulai berjualan pada pukul 16.00 sampai 22.00 WIB.

Dikatakan Urip sapaan akrab Adi Saputra, mendiang ayahnya mengelola lapak mie kocok dari tahun 1985 sampai tahun 2000, yang kemudian di tahun itu lapak mie kocok sang ayah diserahkan kepada dirinya.

“Jadi dari taun 1985 sampai tahun 2000 almarhum bapak saya yang berjualan. Di tahun 2000 waktu saya menikah lapaknya dikasih ke saya,” kata Urip kepada wartawan, Senin 07 Maret 2022.

Urip juga mengaku, dimasa kepemimpinan Dedi Mulyadi saat masih menjabat Bupati Purwakarta selama dua periode itu, Dedi Mulyadi sering mampir untuk menyantap mi kocok yang ia jual. Bahkan, ia juga masih ingat dengan selera mie kocok yang disukai oleh Dedi Mulyadi.

Baca juga:  Mengenali Syndrome Mythomania

“Kesukaan pak Dedi Mulyadi itu, mie nya kuah bening pake toge sama garam aja, gak pake mecin gak pake kikil,” ucap Urip

Urip juga mengatakan, dimasa Dedi Mulyadi masih menjabat Bupati Purwakarta, mie kocok dagangannya ini sering diborong bahkan dirinya sering diundang pada berbagai kegiatan yang digelar oleh pemkab setempat dimasa itu.

Baca juga: Komnas HAM datang ke Purwakarta tangani permasalahan warga terdampak proyek KCIC

“Kalo nggak salah terakhir pak Dedi Mulyadi datang ke lapak saya itu sekitar tahun 2016 atau tahun 2017- an. Dari tahun – tahun itu sampai sekarang belum ada lagi mampir kesini,” ucap dia.

Urip juga mengungkapkan alasan ia masih mengingat momen – momen ketika dagangan miliknya sering mendapat orderan dari pemkab setempat itu menjadi momen yang tak bisa di lupakan olehnya.

“Ya seneng aja gitu waktu itu ada bupati yang peduli sama pedagang – pedagang kecil, selain sering datang langsung buat makan disini, dagangan saya juga sering diborong. “Pedagang mana yang enggak seneng kalo dagangannya diborong sama pemerintah,” pungkas Urip.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *