Cerpen  

Cerpen: Senja di Negeri Sakura

Avatar photo

Porosmedia.com, Senja di Negeri Sakura – Anita sedang membaca majalah berbahasa asing, matanya tertuju pada artikel yang  berisi kisah sukses seorang pengusaha wanita bernama Aiko. Wanita paruh baya ini merupakan pendiri yayasan Nirlaba dan aktif di sebuah organisasi penggiat literasi.

Artikel itu disertai foto sebuah perpustakaan besar bergaya klasik milik pengusaha wanita itu. Alangkah kagetnya Anita ketika dalam artikel itu disebutkan nama ayah nya sebagai suami dari wanita itu. Anita tercengang, karena ciri dan profesi suami Aiko persis seperti ayahnya.

Ayah Anita adalah Seorang petinggi Militer. Anita sangat tau bahwa ayah dan ibunya punya hubungan yang begitu harmonis. Ketika ayahnya mendapat tugas ke luar pulau maupun ke luar negeri , ayah selalu membawa mereka semua ikut serta.

Anita adalah anak bungsu dari 3 bersaudara, kakanya Antonio saat ini sibuk mengelola usahanya sendiri. Sedangkan kakak perempuannya, Adelia saat ini menetap di Australia mengikuti suaminya.

Perasaan Anita mengatakan, bahwa yang di maksud Aiko dalam tulisan di majalah itu adalah benar Bambang Raharjo sang ayah. Anita menjadi gelisah.

Ayah Anita meninggal sekitar 10 tahun lalu, kemudian selang beberapa tahun ibunya meninggal.

Malam itu, sepulang bekerja, suami Anita mendapati istrinya tengah melamun di meja makan.

“Aku pulang sayang.” ujar suaminya sambil mencium rambut Anita.

Anita memandang wajah suaminya, ia lalu memeluknya dan menangis. Ia lelah seharian ini, hanya memikirkan tentang Aiko dan ayahnya.

Suaminya mengelus lembut rambut istrinya, ia faham Anita yang tengah hamil menjadi amat sensitif dan mudah menangis.

Setalah tangisannya reda, ia menceritakan kegelisahannya akan sebuah artikel di majalah itu.

“Mungkin hanya namanya saja yang sama , tak usah terlalu di fikirkan.” ujar Rian suami Anita.

“Dari ciri ciri yang disebutkan, dan perasaanku mengatakan yang di maksud Aiko dalam artikel itu adalah ayahku.” ujar Anita bersikeras.

Keesokan harinya Anita mendatangi kantor Antonio ,ia menceritakan apa yang menjadi kegelisahan.

” Kak, coba kau baca ini, aku pikir yg dimaksud Aiko sebagai suaminya dalam artikel itu adalah ayah.” ujar Anita.

Antonio mengerutkan keningnya , membaca sekilas majalah itu.

“Mungkin hanya namanya saja yang sama, mana mungkin ayah berselingkuh, lagi pula Aiko itu tinggal di Jepang ” ujar Antonio.

Anita cemberut dan merasa kecewa dengan sikap Antonio.

“Aku akan mencari kebenarannya” ujar Anita sambil berlalu.

Sesampainya di rumah, ia menghubungi Adelia. Ia mengirim foto-foto pada artikel di majalah itu. Ternyata reaksi Adelia sama dengan Antonio, hanya menganggap  artikel itu sebagai kisah biasa saja.

“Kurangi kecemasan mu akan hal hal yang gak penting, ingat kau saat ini sedang hamil, dan wanita hamil harus bahagia.” ujar Adelia.

Anita kecewa, ia kesal pada kedua kakaknya.

“Aku akan mencari kebenarannya, aku akan mendengar langsung kisah ini dari wanita yang bernama Aiko itu.” ujar Anita sambil memeluk foto almarhum ibunya.

Anita teringat ibunya yang selalu tertawa ceria, ibunya adalah penghangat keluarga. Ibunya tersayang selalu melontarkan lelucon lucu saat Anita sedih.

Sedangkan ayahnya memiliki sifat tegas namun lembut dan pendengar yang baik. Ketika beranjak remaja Anita selalu menjadikan ayahnya sebagai tempat berkeluh kesah.

Ketika  dewasa Anita memimpikan sosok suami seperti ayahnya.

Itulah mengapa artikel pada majalah itu, membuat Anita menjadi gusar dan sedih.
Mungkinkah ayah yang punya hubungan sangat harmonis dengan ibu, bisa membagi cintanya dengan wanita lain, mungkinkah ayah nya yang adalah idolanya tega menghianati ibunya.

Membayangkan nya saja membuat Anita menangis tersedu sedu.

Ia membaca ulang artikel itu, ia segera mencari informasi tentang wanita itu. Aiko San adalah seorang pengusaha wanita yang sukses. Ia memiliki beberapa perusahaan di bidang pertanian. Meskipun usianya telah lewat 60 tahun, kecantikan Aiko masih jelas terpancar.

“Jika aku pergi ke Jepang, pasti akan sangat mudah untuk menemuinya , karena ia seseorang yang cukup terkenal disana.” pikir Anita.

Anita adalah seorang wanita yang begitu keras kepala, sepertinya itu adalah sifat bawaan lahir. Jika ia  menginginkan sesuatu maka hal itu harus terlaksana. Ayah selalu menyebut nya sebagai “Putri Batu” karena begitu keras kepalanya putrinya itu.

Hanya ayah nya lah yang mampu menaklukan si “Putri Batu”. Anita kembali menangis mengingat berbagai kenangan nya bersama ayah.

Ayah meninggalkan Anita, ketika ia berusia 20 tahun. Anita amat bersedih dan terluka akan kepergian ayahnya yang tiba-tiba. Namun sifat  ibunya yang selalu hangat dapat membuat Anita kembali tersenyum dan bersemangat.

Baca juga:  Maaf Pak Kyai, Agama itu apa sih ?

Ah, Anita amat merindukan ayah dan ibu nya. Air mata anita menetes, kenapa di masa kehamilannya ini, ia harus mengalami perasaan sedih begini. Ia mengelus perutnya.

Untuk menghilangkan prasangka dan pikiran yang berlebihan, Ia memutuskan untuk mencari kebenarannya.

“Mas, aku ingin pergi ke Jepang, aku ingin berlibur.” ucap anita pada suaminya.

“Kapan sayang, kau kan sedang hamil muda, apakah tidak masalah jika bepergian jauh?” Ujar sang suami.

“Bagaimana kalau Minggu depan mas?” pinta Anita.

“Dikantor ku sedang sibuk, aku tidak dapat mengambil cuti, hmmm.. bagaimana jika akhir tahun saja?” tawar suaminya.

“Sekarang baru bulan Agustus mas, akhir tahun masih lama.” ujar Anita merengut.

“Mmmm.. aku pergi sendiri aja ya, boleh kan? Lagipula aku sudah pernah ke Jepang sebelumnya, aku tau dan pasti akan aman disana.” ujar Anita meyakinkan sang suami.

“Tapi kamu sekarang sedang hamil sayang, aku khawatir.” ujar Rian.

“Aku janji mas, aku akan menjaga diri, aku akan sehat mas , aku akan menemui dokter untuk pemeriksaan sebelum pergi..” ujar Anita bersikeras.

“Kenapa kau sangat ingin pergi ke Jepang, saat ini.” ujar Rian mulai kesal.

“Apa kau masih kepikiran soal artikel pada majalah itu.” ucap nya kemudian.

Anita memandang suaminya kesal, lalu menangis. Ini adalah jurus andalan Anita ketika keinginannya sulit terwujud. Anita si manja dan keras kepala, itulah yang selalu Rian ucapkan untuk istrinya itu.

Akhirnya ia memberikan ijin untuk istrinya pergi sendiri ke Jepang, dengan beberapa persyaratan yang telah disepakati. Anita hanya diberi waktu selama 7 hari meskipun urusan nya belum selesai  ia harus pulang. Ia lalu memeluk suaminya. Berterimakasih karena sudah mengijinkannya pergi sendirian.

Anita mempersiapkan segala sesuatunya. Tak lupa ia membawa beberapa informasi tentang Aiko. Anita telah berjanji pada suaminya, jika ia akan segera pulang setelah urusannya selesai.

**

Anita tiba di bandara internasional Tokyo menjelang matahari terbenam. Tanpa membuang waktu ia segera menuju penginapan yang telah ia pesan sebelumnya.

Sebenarnya ia ingin sekali menikmati liburan seorang diri, akhir akhir ini ia bosan dengan rutinitas nya, tapi Anita harus fokus pada tujuannya untuk menemui Aiko.

Keesokan harinya, berbekal informasi dari Internet, ia menemukan bahwa Aiko memiliki sebuah perusahaan di wilayah tokyo.

Anita bisa berbahasa Inggris dan jepang. Sehingga ia tak begitu mengalami kendala dalam berkomunikasi.

Berbekal alamat yang di dapatkan dari internet, Anita memesan taksi kemudian menuju kawasan Shinjuku, gedung gedung tinggi berdiri megah.

Anita memasuki salah satunya, ia meminta informasi ke bagian resepsionis mengenai Aiko.

“Nyonya Aiko saat ini sedang tidak berada di tempat, jika ingin menemuinya anda bisa membuat temu janji.” ujar seorang wanita tersenyum ramah.

Anita menitipkan nomer telepon dan sepucuk surat untuk  disampaikan kepada Aiko. Anita tidak bisa mendapatkan kepastian kapan ia akan bisa bertemu dengan Aiko.

Ia berjalan-jalan sebentar, mengelilingi wilayah Shinjuku. Sebuah kawasan bisnis yang ramai.

Shinjuku adalah pusat perniagaan dan pemerintahan sekaligus lokasi salah satu stasiun pergantian (interchange) transportasi umum terbesar di Tokyo, Stasiun Shinjuku.

Shinjuku adalah tempat di mana Kantor Pemerintah Metropolitan Tokyo, gedung tertinggi di Tokyo, berada. Shinjuku bisa dibilang adalah ibu kotanya Tokyo. Selain itu ada banyak pasaraya (department store), bioskop, hotel dan bar yang terletak di sini.

Hiruk pikuk Shinjuku membuat Anita sedikit pusing, ia kembali menuju penginapan di pinggiran kota.

“Hallo sayang, apa kabar?” Suami nya mengirim pesan untuk Anita.

Anita segera memberi kabar kepada suaminya, agar ia tak merasa khawatir. Anita mengelus perutnya yang sedikit membuncit, kehamilannya memasuki bulan ke lima. Anita sangat mencintai suaminya, setelah menikah ia memutuskan untuk berhenti berkarir.

Perasaan bosan dan kesibukan suaminya akhir-akhir ini membuat mood wanita itu tak menentu. Ia sering merasa kesepian dan berandai-andai, jika ibu dan ayah masih ada, ia tak akan merasa sepi.

“Ayah, aku bersama cucumu sekarang ada di Jepang, untuk memastikan bahwa ayah adalah suami setia dan hanya milik ibu.” Anita berbisik pada foto ayah dan ibu nya.

Sudah 3 hari Anita berada di jepang, ia menunggu kabar dari wanita di perusahaan Aiko. Hari ini ia memutuskan untuk mengunjungi kantor itu lagi.

“Saya Anita yang tempo hari menitipkan sebuah surat untuk nyonya Aiko, apakah saya dapat menemuinya?” tanya Anita.

Baca juga:  Kisah Nabi Sam'un Al Ghozi atau Samson dan Sejarah Malam Lailatul Qadar atau Malam Seribu Malam 

“Saya mohon maaf nyonya, sepertinya nyonya Aiko dalam waktu dekat ini sedang tidak bisa di kunjungi.” ujar wanita itu.

“Dimana saya bisa menemuinya? Ada hal penting yang harus saya sampaikan.” ujar Anita.

“Kesehatan nyonya Aiko sedang memburuk, ia beristirahat di rumah pertanian.” ujar wanita itu.

Tanpa membuang waktu, Anita segera kembali ke penginapan untuk mengemas barang miliknya. Ia akan menuju Perkebunan Daio wasabi di Nagano.

Menuju Perkebunan Nagano Anita disuguhi pemandangan alam yang indah.

Diperjalanan, Anita bertemu dengan seorang wanita tua yang juga hendak ke perkebunan.

“Di musim panas, perpaduan aliran air dengan hijaunya pepohonan dan rumput menjadikan tempat ini indah dan sejuk . Anda bisa berkeliling dengan perahu transparan dan melihat ikan-ikan berenang karena sumber mata air yang jernih.” ujar wanita itu.

“Oh ya, saya sangat tak sabar untuk segera sampai kesana.” ujar Anita.

Perkebunan, sungai dan Daio Wasabi Farm yang terletak di pinggiran kota Azumino di Nagano adalah pertanian wasabi terbesar di Jepang.

“Kota ini berada dalam lingkungan alami yang menakjubkan, yang menghasilkan suasana damai. Tak heran jika Aiko memilih waktu bersantai di sini.” pikir Anita.

Anita segera melihat alamat yang diberikan wanita di kantor Aiko. Anita mempunyai sebuah rumah peristirahatan di wilayah perkebunan. Anita berjalan menyusuri pinggiran perkebunan, angin sepoy dan udara dingin membuat Anita merapatkan baju hangatnya.

Tampak toko souvenir dan cafe kecil berjejer disepanjang jalan. Tiba-tiba perut Anita keroncongan, ia merasa lapar, kemudian memutuskan masuk ke salah satu cafe. Ia menyantap makanan dengan lahap, serta meminum teh hangat yang membuat tubuhnya bersemangat.

“Apakah anda hendak berwisata di daerah sini, nona?” Ucap pemilik cafe.

“Saya hendak mengunjungi nyonya Aiko, apakah anda tahu rumah nya?” Ucap Anita.

“Tentu saja, nyonya Aiko memiliki perkebunan di sini, rumah peristirahatan nya ada di dekat bukit sebelah sana.”  ujar wanita pemilik cafe.

Setelah berpamitan, Anita segera menuju rumah Aiko.

Setelah beberapa saat berjalan, Anita sampai di depan sebuah rumah bergaya klasik Jepang.
Warisan desain rumah Jepang identik dengan kata “Zen”, yaitu kesederhanaan dan nuansa penuh damai.

Anita memencet bel pada gerbang. Setelah beberapa saat menunggu, tampak seorang pria tua membuka pintu.

“Selamat sore, saya Anita dari Indonesia, saya ingin menemui nyonya Aiko.” ucap Anita.

Pria itu mempersilahkan Anita menunggu pada bangku kecil dekat taman yang indah dan terawat.

Sesaat Anita memperhatikan taman yg ditata sedemikian rupa, aliran air memercikan suara seolah membawa kedamaian.

Aiko tampak sedang menikmati teh di ruang kerja yang menghadap ke taman.

“Selamat sore nyonya, ada seorang perempuan muda yang ingin menemui anda.” ucap pria pelayan di rumah itu.

“Siapa?” Ucap Aiko

“Dia bilang dia berasal dari Indonesia, itu jika saya tidak salah dengar.” ujar pria itu.

Aiko segera meletakan cangkirnya di atas meja, ia tertegun beberapa saat.

“Aku akan menemuinya, biarkan ia menunggu di ruang tamu.” ucap Aiko.

Beberapa saat kemudian, Aiko melihat seorang wanita muda dengan wajah yang serupa dengan seseorang yang ia kenal, mereka saling membungkukkan badan. Aiko tersenyum, dan Anita segera memperkenalkan dirinya .

“Selamat sore nyonya, perkenalkan saya Anita dari Indonesia.” sapa Anita.

“Ya, saya senang berkenalan dengan anda, apa ada yang bisa saya bantu nona.” ucap Aiko.

Anita mengeluarkan majalah dari dalam tas yang dibawanya. Ia kemudian memperlihatkan artikel pada majalah tersebut.

“Saya ingin tau mengenai kisah anda bersama Bambang Raharjo.” ucap Anita.

“Mengapa anda ingin mengetahui kehidupan pribadi saya?” Ujar Aiko.

“Saya hanya ingin memastikan apakah Bambang Raharjo yang anda maksud adalah sama dengan ayah saya.” Anita menjelaskan sambil memperlihatkan selembar foto lama kepada Aiko.

Aiko menghela nafas

“hari telah menjelang senja, apa anda berencana bermalam di Nagano?” Ucap Aiko

“Saya belum menemukan penginapan disekitar sini.” ujar Anita kemudian.

“Jika anda bersedia, silahkan  bermalam di sini, hari telah menjelang malam.” ujar Aiko.

“Terimakasih.” ujar Anita.

Aiko segera memanggil pelayan untuk mengantarkan Anita ke kamar tamu.

“Silahkan anda beristirahat, esok kita akan lanjutkan pembicaraan, selamat malam.” ujar Aiko.

“Terimakasih atas waktunya nyonya.” ucap Anita sambil sedikit membungkukan badan.

Aiko berlalu dihadapan Anita. Ia segera memasuki kamar pribadinya. Dihadapan Anita, ia berusaha menyembunyikan perasaannya.

Baca juga:  Cerpen: Kehangatan Dalam Sepotong Kue

Anita merebahkan badannya, ia merasa lelah seharian ini banyak berjalan kaki, ia mengelus perutnya yang mulai membuncit, lalu ia meminum obat kehamilan dari dokter. Sudah hari ke 5 ia berkeliling Jepang, ia segera menghubungi suaminya.

“Mas aku baik baik saja, aku telah sampai di Nagano dan telah bertemu Aiko.”

Dalam keremangan malam, Anita kemudian tertidur lelap.

Sinar mentari pagi, masuk melalui celah jendela. Suara kicauan burung membangunkan Anita dari tidur panjang.

Terdengar suara ketukan di pintu kamar.

“Nona, jika anda telah siap, silahkan ke ruang makan, sarapan telah tersedia.” ujar pelayan dari balik pintu.

Anita bergegas menuju ruang makan yang di maksud. Sebuah meja panjang menghadap taman.

“Selamat pagi nona Anita, bagaimana tidurnya semalam.” ujar Aiko ramah

“Selamat pagi nyonya, saya tidur nyenya , terimakasih atas jamuan nya.” ucap Anita.

“Bagimana jika setelah sarapan kita berjalan jalan ke tepi sungai, sungai di sini air nya jernih dan indah.” ujar Aiko.

“Wah saya bersemangat, mari nyonya.” ujar Aiko.

Mereka menelusuri jalan jalan disepanjang perkebunan Nagano. Sepanjang jalan nyonya Aiko bercerita banyak hal, tentang bisnisnya juga tentang kecintaannya pada alam.

Anita mendengarkan dengan seksama, ia tak berani lagi menyinggung pembicaraan tentang ayahnya.

Sesampainya di tepi sungai, mereka duduk pada kayu kayu tempat peristirahatan, sungai dengan air jernih katanya airnya berasal dari pegunungan Alphen.

“Anita, kenapa kau jauh jauh datang kemari hanya untuk mengetahui cerita tentang ayahmu.” ujar Aiko.

Angin sepoy-sepoy membuat rerumputan sedikit bergoyang.

“Ayah saya telah meninggal dunia selama hampir 10 tahun, saya tidak percaya jika ia menyembunyikan sesuatu dari saya, selama saya hidup kami selalu berbagi cerita.” ucap Anita menerawang, mengingat masa masa bersama ayahnya.

“Aku bercerita tentang suamiku pada reporter majalah itu, aku hanya menikah satu kali seumur hidup, yaitu dengan Bambang Raharjo.” mata Aiko bertemu dengan mata Anita. Mereka saling berpandangan, kemudian hening.

Suara kicauan burung, berpadu dengan suara gemericik air. Tak bisa membuat suasana hati Anita membaik.

“Apakah Bambang Raharjo suami anda, adalah sama dengan Bambang Raharjo ayah saya?” Ucap Anita gusar.

“Binar matamu, sama dengan ayahmu.” ujar Aiko.

Anita tak dapat menahan air matanya, ia menutup wajah dengan kedua tangannya lalu menangis. Sinar mentari pagi tak mampu menyinari dinginnya perasaan Anita saat itu.

Aiko membiarkan tangis Anita hingga reda. Sesaat perasaan Anita penuh kecewa pada ayahnya.

“Apa kau masih ingin mendengar kisahku dengan ayahmu?” Ujar Aiko.

Anita menunduk sambil mengusap air matanya.

“Aku bertemu dengan ayahmu ketika ia bertugas di Jepang. Kebaikan hati ayahmu membuat ku terkesan, kami saling jatuh cinta, lalu menikah , ketika ia selesai bertugas dan hendak kembali ke negaranya, aku tak bisa ikut serta bersamanya. Saat itu aku telah mengandung anaknya, namun aku tak bercerita kepadanya tentang kehamilan ku.” ucap Aiko berkaca-kaca.

“Ayahmu tidak pernah menghianati ibumu. Setelah pulang ke Indonesia lalu ia menikah dengan ibumu, aku tak pernah menyesal karena pernah menjadi istrinya, keputusanku saat itu untuk tidak ikut bersamanya ke Indonesia, juga tidak pernah ku sesali.” ucap Aiko.

“Lalu bagaimana dengan anak yang ada dalam kandunganmu?” Ucap Anita.

“Aku bekerja keras dan membesarkannya seorang diri, kini ia telah berkeluarga dan menjadi pewaris perusahaan ku.” ucap Aiko tersenyum.

Anita merasa lega mendengar kisah Aiko.

“Aku benar-benar meminta maaf kepada anda nyonya, karena telah berburuk sangka, juga atas nama ayah aku meminta maaf, karena hingga beliau meninggal, beliau tidak pernah bertemu dengan anak anda.” ucap Anita menunduk.

“Saya senang, akhirnya saya bisa bertemu dengan kamu, keturunan Bambang yang tangguh, kamu seperti ayahmu.” ujar Aiko menepuk punggung Anita.

Anita tersenyum dan memeluk Aiko.

Mereka berjalan pulang, Anita mengemasi barang miliknya. Kemudian berpamitan.

“Setiap kisah menyimpan rasa manis sekaligus rasa pahit. Semuanya hanya jalan untuk menemukan takdir. Bergembira dan bersyukur untuk hal yang terjadi hari ini.” Ujar Aiko seraya  menggenggam tangan Anita.

Seketika Hati Anita menjadi hangat. Beban di hatinya telah hilang tenggelam bersama senja di langit sore .

-TAMAT-

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *