Porosmedia.com, Cerpen: Kucing Luna – Luna memandang bulan dari jendela kamarnya. Malam ini bulan purnama terlihat sangat indah. Luna teringat pada ayah. Ayah pernah bercerita bahwa di bulan ada seorang nenek yang memelihara banyak kucing.
Luna sangat merindukan ayahnya. Air mata Luna menetes mengingat segala kenangannya bersama ayah.
Ayah Luna meninggal satu tahun lalu. Kesedihan akan kehilangan ayah selalu ia rasakan sampai saat ini.
Kini Luna hanya tinggal berdua bersama ibu. Ibu mempunyai toko herbal, ia menjual aneka tanaman dan perlengkapan nya.
Ibu selalu menghibur Luna tatkala ia sangat merindukan ayah. Akhir-akhir ini toko ibu sedang ramai, ibu sering kewalahan. Pegawai ibu yang hanya satu, sudah 2 Minggu tak masuk kerja.
Suatu Pagi ibu meminta tolong pada Luna untuk mengantarkan pesanan Pohon hias kepada salah seorang pelanggan yang rumahnya tak terlalu jauh dari toko ibu nya.
Luna dan ibunya tinggal di kota Kagoshima, Japan. Luna menaiki sepedanya , dan menyimpan pot pada keranjang di belakang sepedanya . Ia mengendarai sepeda dengan tenang dan berhati-hati, karena takut pot itu pecah.
Tiba disebuah Jalan yang sedikit menikung, tiba-tiba ia melihat seekor kucing melintas. Luna kaget karena takut menabrak kucing itu, ia lantas mengerem sepedanya. Bunyi krakkk .. terdengar hingga ia menghentikan sepedanya dan melihat ke arah pot dalam keranjang. Bersyukur pot itu masih utuh. Luna melihat ke kanan dan kiri, kucing yang di lihatnya telah menghilang.
Alamat yang tertulis Distrik Fujigaoka blok 5. Luna kembali mengayuh sepedanya dengan tenang.
Nampak sebuah rumah gaya tradisional Jepang, dengan pagar kayu di depan rumah. Luna memencet bel berkali-kali namun tak ada seorang pun yang membuka pintu.
Luna mengeluarkan ponselnya, mencoba menelpon ibu. Telepon tak kunjung diangkat, mungkin ibunya sedang sibuk, pikir Luna.
“Aku akan bawa lagi pot ini ke toko ibu” pikir Luna.
Tiba-tiba terdengar suara kucing mengeong dari arah rumah itu. Luna membalikan badannya, ternyata itu kucing yang tadi melintas. Kucing itu duduk di atas pagar tembok.
“Apa kau kucing penghuni rumah ini ? ” Ucap Luna . Kucing itu duduk diam sambil menjilat kakinya.
Entah mengapa Luna malah menitipkan Pot berisi tanaman itu pada kucing yang ia lihat.
Disimpannya pot itu, di dekat kucing sambil berbicara ” aku titip Pot ini untuk tuan dan nyonya di rumah ini” ujar Luna. Lalu ia menuliskan memo pada selembar kertas dan menyimpannya dalam pot tanaman .
Luna merebahkan diri di tempat tidur, ia cukup lelah membantu ibu seharian di toko.
Luna hampir terlelap, ketika tiba-tiba ada suara ketukan dari arah jendela. Ia lalu membuka jendela kamarnya .
Dilihatnya seekor kucing di depan kamar Luna, kamar itu ada di lantai dua. Sejenak Luna bingung, sejak kapan kucing bisa terbang, ah mungkin kucing itu naik ke genteng rumahnya , pikir Luna.
Kucing itu masuk ke jendela kamar yang terbuka. Luna mengikutinya, ia naik ke tempat tidur dan langsung bergulung nyaman di tempat tidur Luna.
Luna memperhatikan kucing itu, ah.. ia ingat ,itu kucing yang sama dengan yang ia temui di depan rumah pelanggan toko nya siang tadi.
Luna duduk di tempat tidur, mengusap bulu-bulu kucing itu, lalu ikut berbaring dan terlelap.
Dalam tidurnya Luna bermimpi, didatangi seorang nenek, ia tersenyum pada Luna sambil menitipkan seekor kucing padanya.
Luna terbangun dari tidurnya, tak dilihatnya kucing itu di tempat tidur. Luna melangkah keluar dari kamarnya. Ketika ibu memanggilnya dari arah dapur. Dilihatnya kucing itu tengah menyantap ikan di dalam piring.
Luna duduk di meja makan, ia melihat ibu sedang membuat sarapan.
“Luna , apa kau memelihara kucing baru? ” Ucap ibu.
Luna menceritakan kejadian semalam kepada ibunya.
“Oh, biarlah kucing itu di sini, mungkin dia tak punya tempat tinggal ” ujar ibu.
“Tapi kemarin aku melihat kucing itu di depan rumah nyonya Aiko yang memesan tanaman hias di distrik Fujigaoka. Aku akan mengantarkan kucing itu kesana, mungkin ini kucing nyonya Aiko” ujar Luna.
Ibu lalu mengangguk tanda setuju, mereka kemudian menikmati sarapan pagi.
Luna mengambil Nasi gulung yang tersaji di meja makan, dengan lahap ia memasukannya ke dalam mulutnya.
Hari ini Luna akan kembali membantu ibu di toko. Jarak dari rumah ke toko ibu sekitar 2 km. Mereka akan naik bis untuk menuju kesana. Kucing itu akan dibawa ke toko ibu, lalu nanti siang Luna akan ke rumah nyonya Aiko.
Menjelang siang, Luna mengayuh sepeda menuju rumah nyonya Aiko. Ia menyimpan kucing itu didalam Keranjang sepeda.
Sesampainya di depan rumah nyonya Aiko, Ia memarkir sepedanya lalu memencet bel. Nyonya Aiko membuka pintu dan mempersilahkan Luna untuk duduk di taman. Kucing itu mengikuti langkah Luna.
“Perkenalkan saya Luna, anak nyonya Yuriko pemilik toko herba, kemarin saya kemari mengantarkan pot tanaman, saya melihat kucing di pagar rumah ini , apakah kucing ini milik anda?” Ujar Luna.
Nyonya Aiko menggeleng ” saya tidak memiliki kucing” ucap nya.
“Kalau begitu, saya minta maaf karena telah mengganggu waktu anda” ucap Luna sambil membungkuk kan badannya. Kemudian permisi pulang, sambil membawa kembali kucing itu.
Sepanjang perjalanan pulang ke toko herba, Luna berfikir , kenapa kucing itu terus mengikutinya.
Sesampainya di toko herba, nyonya Yuriko tampak heran, karena kucing itu masih mengikuti Luna.
“Luna, apa yang terjadi? Kenapa kucing itu ikut kembali bersama mu?” Ujar nyonya Yuriko.
“Kucing ini bukan punya nyonya Aiko” ucap Luna.
“Baiklah, klo begitu kucing ini kita rawat saja, kita kasih dia nama Ichi ” ucap Nyonya Yoriko sambil tersenyum memandang kucing itu.
“Miauuu … Miauuu ..” Ichi nampak senang.
Luna melepaskan Ichi dari pelukan nya, membiarkan kucing itu berlarian kesana kemari.
Hari-hari terus berlalu, Ichi kini telah menjadi bagian dari keluarga nyonya Yuriko, setiap hari ia dibawa ke toko herba, kehidupan Yuriko dan Luna menjadi semakin berwarna sejak kehadiran Ichi.
Pelanggan toko nyonya Yuriko telah hafal dengan kucing penjaga toko itu. Tak jarang Ichi mendapat kiriman makanan dari mereka.
Kemarin malam, badan Luna demam, Luna hanya bisa berbaring di tempat tidur. Luna masih tertidur, ketika nyonya Yuriko menyiapkan sarapan untuknya, lalu meninggalkannya di rumah berdua dengan Ichi, karena nyonya Yuriko akan pergi ke toko herba.
Ichi naik ke atas jendela, kucing itu lalu membuka jendela kamar Luna, udara segar dan sinar matahari masuk menembus kamar Luna, Ichi si kucing ajaib lalu mengucapkan mantra, hingga Luna terbangun dan seketika tubuhnya menjadi segar kembali.
Keajaiban-keajaiban terus berdatangan, selama Ichi ada di rumah mereka.
Seperti saat ibu bersedih karena tanaman- tanaman di toko herba diserang hama, ibu amat bingung padahal tanaman tersebut adalah pesanan pelanggan yang akan diambil esok hari.
Seharian itu, ibu diam saja tak ceria seperti biasanya. Luna dan Ichi yang menemani ibu di toko mencoba menghiburnya.
“Sudahlah tak apa-apa jika tanaman ini terkena hama, esok ibu akan memberitahukannya pada pak.Yoshi” ucap ibu.
Lalu Merekapun pulang ke rumah.
Malam hari ketika semua telah tertidur lelap. Ichi si kucing ajaib, terbang menuju toko herba.
Ia menggunakan kata-kata ajaibnya, kemudian meniup tanaman yang terkena hama tersebut. Seketika tanaman itu menjadi segar kembali, daun-daunnya berwarna hijau berkilau.
Keesokan harinya, ketika nyonya Yuriko membuka Toko.. ia amat kaget melihat dedaunan yang kemarin layu terkena hama, kini telah kembali segar menghijau.
Nyonya Yuriko amat takjub. Ia sangat gembira.
“Apa yang terjadi dengan tanaman ini” pikirnya.
Luna dan Ichi kemudian menyusul Nyonya Yoriko masuk ke dalam toko. Luna kaget melihat tanaman itu. Mereka amat senang. Tak lama kemudian tuan Yoshi datang mengambil tanaman yang sudah dipesannya itu.
” Toko herba memang terbaik, nyonya Yuriko pandai merawat tanaman” ucap tuan Yoshi riang.
Nyonya Yuriko tersenyum sambil membungkuk dan mengucap terima kasih.
Ichi gembira, karena berhasil membantu mereka.
Pada suatu hari yang cerah, tiba-tiba Ichi datang ke toko bersama seekor kucing belang.
“Ichi apa kau membawa teman?” Sapa Luna
Ichi mengeong saja .. mereka lalu pergi menjauh dari pandangan Luna .
Sejak hari itu, Ichi tak pulang ke rumah maupun ke toko.
Luna dan ibunya mencari Ichi di sekitar rumah dan bertanya kepada tetangga dan para pelanggan toko, barangkali ada yang melihat Ichi.
Sudah 4 hari Ichi tak pulang, Luna dan ibunya sangat khawatir. Segala pikiran buruk menyeruak dalam pikiran mereka.
“Bu, apakah Ichi tak tau jalan pulang ?” Kata Luna
“Entahlah .. kita doakan semoga Ichi baik-baik saja” ucap ibu.
Hari ini Luna tak ikut ibu ke toko. Ibu memberinya tugas untuk mencuci baju serta membersihkan lantai.
Ketika hendak mencuci pakaian, Luna melihat Ichi sedang tidur di lantai. Alangkah kagetnya Luna, lalu ia memeluk Ichi . Wah, ternyata Ichi tidak sendirian, ia bersama kucing belang. Luna heran mengapa kucing-kucing itu tiba-tiba ada di dalam rumah.
Luna segera memberi mereka makan. “Ichi apakah temanmu ingin tinggal di sini juga?” Ujar Luna.
Lalu ,kucing belang itu mengeong sambil mendekat pada Luna.
Ketika nyonya Yuriko pulang, ia amat senang karena Ichi menyambut nya di depan pintu.
Mereka mengadakan pesta kecil, atas kepulangan kembali Ichi dan temannya. Mereka menamai kucing belang itu Ocha.
Suatu malam di saat bulan purnama. Ichi dan Ocha mengeong di dekat jendela kamar Luna. Luna membuka jendela itu, tampak bulan bulat sempurna. Cahayanya terang, mereka sedang memandang bulan yang begitu cantik, ketika tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi.. tringg .. tringg .. triingg.. dari arah bulan .. terlihat sesuatu terbang .. semakin dekat, semakin mendekat … Luna melompat karena sangat kaget , ia jatuh ke lantai.
Seorang nenek lalu memasuki kamar Luna, ia tersenyum padanya. Ichi dan Ocha berdiri disampingnya.
Luna tak mampu berdiri, ia pun tak bisa berkata-kata.
“Hallo nona Luna, kau tak usah takut, aku adalah Nenek bulan, karena kau telah menjaga dan menyayangi kucing-kucing ini, aku akan memberimu hadiah” ucap nenek itu.
“Hadiah apa nek ?” Ucap Luna ketika ia mulai merasa tenang.
“Kucing-kucing ini akan mengajakmu berjalan-jalan ke berbagai tempat indah” ujar nenek bulan.
Sekejap Luna takjub,kemudian nenek bulan menghilang dari pandangan Luna.
Nyonya Yuriko mengusap sudut matanya, ia amat bersedih menerima kenyataan bahwa Luna telah Koma selama hampir 2 Minggu.
Luna tertabrak mobil besar, ketika ia mengendarai sepedanya menuju rumah Nyonya Aiko untuk mengantar tanaman.
Luna dibawa ambulance dalam keadaan tak sadarkan diri, ia mengalami luka berat karena kecelakaan itu. Hingga hari ini Luna masih tak sadarkan diri, ia dinyatakan Koma oleh dokter.
Ketika berada di rumah, nyonya Yuriko kerap membersihkan kamar Luna. Dilihatnya dua boneka kucing kesayangan Luna. Boneka kucing itu adalah hadiah ulangtahun dari ayah Luna. Luna dan ayahnya sangat dekat, seperti seorang sahabat. Ketika ayah meninggal, Luna amat bersedih dan merasa kesepian. Ia selalu memeluk boneka boneka kucing pemberian ayah untuk mengenang kasih sayang ayahnya.
Boneka-boneka Kucing itu, hari ini dibawa nyonya Yuriko ke rumah sakit.
“Luna, ini Ichi dan Ocha ibu bawa kemari, untuk menemanimu, mereka ingin melihat kau sehat kembali, bangun lah sayang” ucap nyonya Yuriko sambil menangis.
Keadaan Luna masih seperti sebelumnya, ia mengalami koma. Berbagai alat dari rumah sakit dipasang di sekujur tubuhnya.
Dalam koma nya, Luna masih bermimpi berjalan-jalan bersama Ichi dan Ocha. Mereka terbang ke berbagai tempat yang indah. Tempat-tempat yang sering diceritakan ayahnya dalam dongeng sebelum Luna tertidur.
Dalam perjalanan terakhirnya, Luna dibawa terbang ke atas bulan. Bersama Ichi dan Ocha, Luna bertemu dengan nenek bulan. Nenek bulan tersenyum padanya dan mengatakan petualang Luna sudah berakhir, sekarang Luna harus membuat pilihan apakah akan kembali ke bumi atau akan bersama nenek bulan selamanya.
Di sudut sana, Luna melihat ayahnya berdiri tersenyum padanya. Ingin rasanya Luna berlari dan memeluk ayah. Tapi kaki Luna rasanya tak dapat di gerakan. Luna menangis pilu, air matanya menetes .
Nenek bulan memberinya sebuah bintang kecil yang bersinar, Luna menyimpan bintang itu di dadanya. Tiba-tiba ia seperti melayang ke suatu tempat yang jauh .
Nyonya Yuriko masih memegang tangan Luna sambil merapal doa-doa. Ketika ia melihat air mata di pipi Luna mengalir, dan tangan Luna bergerak-gerak. Nyonya Yuriko segera memanggil dokter.
Luna kini telah sadar dari koma. Meskipun ia masih belum pulih, namun nyonya Yuriko amat bersyukur.
Ketika Luna membuka mata selepas tersadar dari koma, ia melihat ibunya sendang menangis sambil memegang tangannya.
Kini Luna mengerti, kenapa ia harus mengakhiri perjalanannya ketika ia koma. Ia harus kembali pada ibunya, ibunya yang tak mau kehilangannya.. ibunya yang amat mencintainya. Luna menggenggam erat tangan ibunya, kini Luna sudah merelakan kepergian ayahnya selamanya.
*TAMAT