UPI Bangun Ekosistem Multi-Literasi Digital melalui Kolaborasi Orang Tua di PAUDQu Nurul Iman

Avatar photo

Porosmedia.com, Kab. Bandung Barat — Literasi tidak hanya tumbuh di ruang kelas, tetapi juga harus hidup di rumah, bersama keluarga. Dalam konteks kemajuan teknologi saat ini, peran orang tua menjadi sangat vital dalam menumbuhkan budaya literasi sejak usia dini. Menyadari pentingnya hal ini, tim dosen dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menginisiasi program pengabdian kepada masyarakat bertajuk “Pengembangan Ekosistem Multi-Literasi Berbasis Teknologi Digital melalui Kolaborasi Orang Tua.”

Kegiatan ini dilaksanakan di Lembaga Pendidikan Al-Qur’an PAUDQu Nurul Iman, Jalan Tugu Mukti No. 109, Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kab. Bandung Barat, selama tiga hari pada 15, 19, dan 20 Mei 2025, pukul 08.00–10.00 WIB.

Program ini dipimpin oleh para dosen dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UPI, yaitu Dr. Ika Lestari Damayanti, M.A., Ph.D., Dr. Iyen Nurleawati, M.Pd., dan Dr. Seni Apriliya, M.Pd., serta didukung oleh tim mahasiswa: Lintang Indira Nadianti, Suci Fadilla, dan Syahvieri.

Fokus utama kegiatan ini adalah mengembangkan keterampilan literasi anak usia dini melalui pelibatan aktif orang tua, dengan memanfaatkan teknologi digital sederhana seperti smartphone. Tujuannya adalah membangun budaya literasi keluarga yang berkelanjutan dan adaptif terhadap era digital.

Baca juga:  Pemkot Bandung Berduka, Kabag Tapem Tutup Usia

Hari Pertama diawali dengan pembukaan dan pengenalan konsep multi-literasi serta urgensi keterlibatan orang tua dalam pendidikan literasi anak.

Hari Kedua berfokus pada pelatihan teknik read aloud (membaca nyaring) yang efektif. Para orang tua dilatih membacakan cerita dengan ekspresi, intonasi, dan artikulasi yang tepat, lalu mendokumentasikannya dalam bentuk rekaman suara atau video menggunakan gawai pribadi.

Hari Ketiga diisi dengan praktik lanjutan, sesi refleksi bersama, dan diskusi mengenai pengalaman serta tantangan yang dihadapi selama praktik mendampingi anak membaca di rumah.

Respons dari para peserta sangat positif. Banyak orang tua mengaku baru mengenal metode membaca nyaring sebagai pendekatan efektif untuk menumbuhkan minat baca anak. “Saya baru tahu ada cara seperti ini yang ternyata sangat bermanfaat untuk anak,” ujar salah satu peserta. Namun demikian, mereka juga mengungkapkan tantangan utama, yaitu keterbatasan waktu dan kesulitan menjaga fokus anak saat membaca.

Sebagai tindak lanjut, tim melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan orang tua dan anak. FGD ini bertujuan mengevaluasi keberlanjutan praktik read aloud di rumah. Temuan menarik dari diskusi ini antara lain:

Baca juga:  Sekda Garut Ajak ASN Luruskan Niat dan Prioritaskan Pelayanan Publik

Anak-anak menunjukkan minat yang meningkat terhadap buku cerita.

Beberapa keluarga mulai membangun rutinitas membaca lima menit setiap hari.

Anak-anak mulai meniru kata-kata dan ekspresi yang mereka dengar dari cerita.

Orang tua mengalami peningkatan keterampilan membaca ekspresif dibandingkan saat awal pelatihan.

Namun, tantangan tetap ada, seperti menjaga mood anak, mengatur waktu membaca di sela aktivitas harian, serta persaingan antara buku cerita dan gawai.

Program ini menjadi bagian dari upaya membangun ekosistem multi-literasi yang menyeluruh, tidak hanya mengandalkan lembaga pendidikan formal, tetapi juga melibatkan keluarga sebagai fondasi utama. Teknologi digital dimanfaatkan secara bijak untuk mendukung proses belajar yang menyenangkan dan bermakna.

Dengan dukungan penuh dari tim akademisi dan keterlibatan aktif masyarakat, diharapkan kolaborasi ini mampu menciptakan generasi anak-anak yang literat, kritis, dan adaptif terhadap tantangan zaman. UPI melalui kegiatan ini menegaskan komitmennya untuk terus hadir di tengah masyarakat, menjembatani dunia akademik dengan kebutuhan nyata di lapangan.