Porosmedia.com, Jenis Cacing pada Kucing – Kucing memang binatang yang lucu dan menyenangkan. Merawatnya memang agak tricky, tapi kalau sudah terbiasa insyaAllah akan memberikan kebahagiaan dan hiburan tersendiri bagi yang memang hobi merawat kucing.
Namun, bisa dipastikan agak repot juga nih kalau anak bulu kita cacingan. Hiiiy! Apalagi kalau sampai sakit berkepanjangan gara-gara terinfeksi cacing. Waduhh, gawat juga ya?
Jenis Cacing pada Kucing yang Perlu Diketahui
Tahu nggak guys, jenis-jenis cacing yang berkembangbiak dan menjadi parasit di tubuh kucing kita itu cukup banyak lho. Namun pada dasarnya mereka bisa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Siapa saja sih mereka? Yuk kita kenalan sama para cacing yang suka mengganggu anabul biar nambah ilmu dan bisa mengantisipasinya.
1. Cacing Gelang (Roundworms)
Cacing gelang adalah parasit yang umum berada di usus halus kucing. Hampir semua usia kucing bisa terinfeksi oleh cacing yang satu ini, termasuk kitten (anak kucing). Cacing gelang bisa dilihat langsung oleh mata telanjang. Wujudnya seperti mie atau spageti, dan panjangnya berkisar antara 8 hingga 13 cm. Cacing ini akan merampas nutrisi dari makanan yang dicerna oleh si anabul. Mereka akan memproduksi telur yang akan terbawa bersama kotoran kucing. Sesekali mungkin pemilik akan menemukan cacing ini di dalam kotoran atau muntah si kucing.
Ada dua jenis cacing gelang yang sangat umum menjadi parasit si anabul yaitu Toxocara Cati dan Toxascaris Leonina.
Toxocara Cati
– Toxocara Cati adalah jenis cacing gelang paling umum yang sering ditemui pada anak kucing karena larva cacing ini bisa diserap melalui ASIK (air susu induk kucing). Baik si induk maupun anak kucing juga bisa terinfeksi cacing ini akibat memakan tikus atau serangga inang pembawa cacing ini. Larva cacing akan menetas setelah berada di saluran pencernaan.
– Toxascaris Leonina lebih jarang ditemui dan biasanya terdapat di kucing yang lebih tua. Siklus hidupnya jauh lebih simpel daripada Toxocara cati karena telur mereka hanya dikeluarkan bersama kotoran kucing, lalu setelah dicerna mereka langsung berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus.
Cacing gelang lebih umum ditemui pada anak kucing. Parasit ini akan menyebabkan kitten kesulitan memperoleh nutrisi yang dibutuhkan sehingga mereka tidak bisa tumbuh besar, berbulu kusam dan perutnya selalu buncit.
Selama tahap awal infeksi cacing ini, larva mereka akan bermigrasi dan menyebabkan beberapa jenis penyakit pneumonia (radang paru-paru) serta batuk yang terus menerus. Beberapa kucing akan mengalami diare yang disertai lendir saat cacing ini menginfeksi mereka. Ketika proses infeksi berlanjut, si pemilik akan mulai menemukan cacing di muntahan atau kotoran kucing mereka.
Kucing yang sering berburu di luar rumah akan lebih mudah terinfeksi cacing ini, sebab parasit ini mudah ditemukan pada berbagai hewan liar dan serangga. Namun bukan berarti kucing yang diam di rumah saja aman sepenuhnya dari cacing ini, sebab T. Cati tetap bisa ditularkan melalui ASIK, sementara T. Leonina tidak bisa.
Cacing ini juga bisa menginfeksi manusia, terutama jika kebersihan lingkungan sekitar tidak dijaga dengan baik dan tidak menerapkan protokol kesehatan.
2. Cacing Tambang (Hookworms)
Jenis cacing pada kucing selanjutnya adalah Cacing Tambang. Cacing tambang adalah salah satu di antara parasit usus yang umum ditemui pada kucing. Parasit kecil ini memiliki gigi yang berbentuk seperti kaitan tajam yang mereka gunakan untuk menempelkan dirinya pada dinding usus untuk menyerap nutrisi dari darah kucing.
Telur cacing ini dikirim dan ditetaskan melalui kotoran kucing. Anabul bisa terinfeksi cacing ini dari meminum air kotor yang mengandung telur cacing; memangsa hewan melata kecil dan serangga yang terinfeksi cacing tambang; larva cacing tambang yang menembus melalui kulit kaki si kucing, atau ditularkan oleh induk kucing saat si bayi masih berada dalam kandungan.
Larva cacing ini akan memasuki paru-paru terlebih dulu sebelum akhirnya tinggal di dinding usus sebagai tempat tumbuh mereka menjadi dewasa. Cacing tambang amat berbahaya karena bisa menyebabkan pendarahan pada usus. Jika penanganannya salah, infeksi cacing tambang bisa berujung pada kematian anabul, terutama pada kitten.
Namun kita beruntung karena jenis parasit ini jarang menyerang kucing dibandingkan jenis cacing lainnya. Cacing ini jarang bisa dilihat dengan mata telanjang, namun manusia bisa mengenali adanya infeksi cacing tambang dari gejala anemia yang diderita si anabul, seperti hidung pucat, lemas dan kekurangan energi.
Ada dua jenis cacing tambang yang bisa ditemukan pada kucing, yaitu Ancylostoma tubaeforme dan Ancylostoma braziliense. A. tubaeforme diketahui merupakan parasit yang lebih agresif.
Tidak semua kucing yang terinfeksi cacing tambang menunjukkan gejala, namun ada beberapa tanda-tanda yang selalu muncul pada penderita infeksi cacing ini. Diantaranya, kucing yang terinfeksi memiliki luka kecil di bagian bawah tapak (paw) kaki mereka dan diantara jemari mereka. Karena di daerah itulah cacing tambang ini masuk menerobos kulit.
Ketika si cacing tambang mencapai paru-paru sebelum menuju dinding usus, kucing akan mulai batuk-batuk karena paru-parunya terganggu. Mereka juga akan mengalami diare dan warna kotorannya lebih gelap. Namun terkadang malah ada beberapa kucing yang sembelit dan susah untuk buang air besar.
Jika si anabul benar-benar terinfeksi cacing tambang, dia mungkin akan mengalami penurunan berat badan dan kehilangan selera makan. Dia akan lemas dan menderita anemia karena darahnya diisap oleh si parasit. Jumlah kehilangan darah yang terjadi akibat satu ekor cacing tambang bisa mencapai 0,1 ml darah. Gusi yang pucat juga bisa menjadi indikasi keberadaan cacing ini.
Tanda-tanda ini tidak akan terlalu tampak pada kucing dewasa. Namun akan lebih nampak pada anak kucing dan dampaknya pun akan lebih fatal terhadap mereka. Akan membutuhkan waktu sekitar dua hingga empat minggu bagi si kucing untuk menularkan cacing ini kepada kucing lain, hewan lain, atau bahkan manusia.
Kucing hamil yang terinfeksi cacing tambang harus diberikan pengobatan dua minggu setelah melahirkan. Perlu juga melanjutkan perawatan hingga empat minggu setelah melahirkan untuk menghindari kemungkinan masih adanya cacing yang tertinggal di dalam ususnya dan beresiko menularkan kepada bayi kucing. Sedangkan bayi kucing yang terinfeksi harus mendapat pengobatan dari dokter setelah berusia satu bulan atau lebih dan dilanjutkan mengonsumsi obat cacing sebulan sekali untuk memastikan semua cacing telah mati.
Cacing tambang umum ditemukan di lingkungan yang hangat dan lembab. Ketika kondisi ini disertai dengan kepadatan penduduk dan sanitasi yang buruk (seperti di pasar tradisional) maka akan memungkinkan cacing tambang untuk berkembang pesat dan menyebabkan infeksi yang parah terhadap kucing.
Cacing ini juga bisa menginfeksi manusia secara langsung melalui kontak dengan kulit akibat lingkungan yang tidak bersih. Sehingga sangat penting untuk selalu mencuci tangan dengan sabun dan menjaga kebersihan lingkungan kita.
Cat : artikel ini memuat informasi tambahan dari smalldoorvet.com
Bersambung: Inilah Jenis-Jenis Cacing pada Kucing yang Perlu Diketahui – Bagian 2