Porosmedia.com, Jakarta –Ketidakpastian geopolitik global dan meningkatnya kompleksitas ancaman, industri pertahanan menjadi elemen strategis dalam menjaga kedaulatan dan keamanan nasional. Indonesia dituntut untuk membangun ekosistem industri pertahanan yang mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Merespons dinamika tersebut, Komunitas Peduli Hankam menggelar diskusi publik Baku Hankam edisi ke-7 bertajuk “Refleksi Indo Defence 2024: Menuju Kemandirian Industri Pertahanan Indonesia?” pada Jumat (27/6/2025), secara daring. Kegiatan ini menghadirkan empat narasumber dari unsur pemerintah, akademisi, praktisi, dan pengamat industri pertahanan nasional.
Brigadir Jenderal TNI Dr. Frega Wenas Inkiriwang, Ph.D., Kepala Biro Informasi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, menegaskan pentingnya kesinambungan komitmen negara terhadap kemandirian industri pertahanan.
“Industri pertahanan memang tidak berada di garis depan pertempuran, tetapi sangat vital untuk menjamin keberlangsungan negara. Komitmen politik Indonesia telah dituangkan dalam UU No. 16 Tahun 2012. Tantangannya kini adalah memperkuat implementasi dan membangun kemitraan strategis dengan negara-negara sahabat seperti Korea Selatan, Prancis, dan Turki,” ujar Frega.
Analis kedirgantaraan dan pertahanan, Gerry Soejatman, menyoroti perlunya Indonesia membangun kepercayaan global dalam proyek kolaborasi industri pertahanan.
“Waktu kita semakin sempit untuk menunjukkan kredibilitas sebagai mitra dalam supply chain. Masalahnya, Indonesia jarang meneken kontrak jangka panjang. Padahal, OEM global mencari mitra lokal yang bisa bertahan, minimal di pasar regional,” jelasnya.
Sementara itu, Fajar Harry Sampurno, Ph.D., Ketua Bidang Kajian Industri Pertahanan Forum Komunikasi Industri Pertahanan (Forkominhan), menggarisbawahi pentingnya ekosistem yang inklusif dan berkelanjutan.
“Kita harus membangun rantai nilai yang solid—dari pengguna, pengembang teknologi, pemasaran, hingga SDM terlatih. Kandungan lokal, volume pesanan yang cukup, serta offset bernilai tinggi adalah kunci,” kata Fajar.
Praktisi pertahanan dari Lembaga Kajian Pertahanan Strategis (KERIS), Adrianus Prima, mengapresiasi perubahan pola kemitraan industri pertahanan yang kini mulai membuka ruang kolaborasi dengan sektor swasta nasional.
“Selama ini proyek pertahanan didominasi BUMN. Kini terlihat pergeseran, ruang kolaborasi terbuka bagi perusahaan swasta. Kunci kemandirian adalah keberpihakan Kemhan dan TNI terhadap produk dalam negeri, sekecil apa pun proyeknya,” ujarnya.
Menurut Risyad Sadzikri, co-initiator Komunitas Peduli Hankam, diskusi ini merupakan bagian dari gerakan membangun kesadaran publik terhadap arah dan tantangan pertahanan Indonesia.
“Indo Defence 2024 adalah cermin pencapaian dan potensi industri pertahanan nasional. Forum ini mengajak publik untuk merefleksikan posisi kita hari ini dan merumuskan langkah konkret menuju kemandirian sejati,” tuturnya.