Porosmedia.com, Bandung – Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengajak seluruh elemen masyarakat memperkuat gerakan Warga Peduli AIDS (WPA) sebagai langkah nyata dalam menekan laju penularan HIV/AIDS sekaligus menghapus stigma sosial terhadap penyandangnya (ODHA).
“Saya sudah memulai gerakan WPA di 30 kecamatan bersama para ketua Pokja pemberdayaan masyarakat. Kini saatnya kita merangkum hasil perjalanan selama 30 hari keliling kecamatan itu untuk dilaporkan pada 1 Desember mendatang,” ujar Farhan dalam Rapat Koordinasi Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS, di Hotel Horison, Rabu (12/11/2025).
Menurutnya, kegiatan ini bukan sekadar evaluasi tahunan, tetapi momentum penting untuk memformulasikan kembali arah kebijakan penanggulangan HIV/AIDS berbasis data lapangan dan pendekatan sosial yang lebih manusiawi.
Farhan menekankan, tantangan terbesar dalam penanganan HIV/AIDS di Bandung bukan hanya soal medis, melainkan stigma yang masih melekat di masyarakat terhadap ODHA.
“Hasil sementara menunjukkan tantangan terbesar kita ada pada dua hal: menghapus stigma terhadap ODHA dan meningkatkan kepatuhan terapi antiretroviral (ARV),” jelasnya.
Ia menambahkan, banyak masyarakat yang masih salah memahami HIV/AIDS sehingga memperlakukan penyandangnya secara diskriminatif.
“Kita tidak boleh berhenti melakukan edukasi. Mulai dari pencegahan dini, sosialisasi bahaya perilaku berisiko, hingga pemahaman tentang harm reduction. Banyak yang salah bersikap bukan karena jahat, tapi karena tidak tahu,” ungkap Farhan.
Sebagai bagian dari edukasi publik, Farhan juga mengajak masyarakat untuk aktif melakukan donor darah dan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
“Ke depan, KPA Kota Bandung akan rutin mengadakan program donor darah dan pemeriksaan kesehatan gratis untuk warga. Donor darah ini terbuka bagi siapa pun, asalkan warga Bandung,” tuturnya.
Gerakan ini diharapkan menjadi medium solidaritas sosial dan kesadaran kesehatan kolektif — tidak hanya membantu sesama, tetapi juga memperkuat deteksi dini penyakit menular.
Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung, hingga saat ini tercatat 9.784 kasus HIV, dengan 6.370 orang di antaranya menjalani terapi ARV secara teratur. Pemerintah menargetkan dalam lima tahun ke depan Bandung dapat mencapai kondisi “zero new case” atau tidak ada penularan baru.
“Target ini bukan hal mudah. Gaya hidup berisiko masih tinggi di sebagian kelompok masyarakat. Tapi kalau kita bergerak bersama, bukan tidak mungkin tercapai. Kuncinya: jangan ada lagi stigma. Banyak yang enggan memeriksakan diri karena takut diperlakukan berbeda,” tegas Farhan.
Ia juga mengingatkan bahwa layanan pemeriksaan HIV sudah tersedia di seluruh fasilitas kesehatan, termasuk puskesmas, sebagai bagian dari program Cek Kesehatan Gratis (CKG).
“Calon pengantin juga bisa memanfaatkan layanan ini, baik untuk pernikahan pertama maupun berikutnya. Pemeriksaan kesehatan adalah bentuk tanggung jawab, bukan aib,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung, Maia Ferasani, menegaskan bahwa upaya penanggulangan HIV/AIDS tidak bisa berjalan sendiri. KPA terus memperkuat kolaborasi lintas sektor dengan perangkat daerah, kecamatan, komunitas, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
“Kita terus membangun sinergi untuk memperkuat program pencegahan, pendampingan ODHA, dan penguatan kapasitas masyarakat melalui WPA,” kata Maia.
Dengan pendekatan edukatif, kolaboratif, dan berbasis empati, Pemerintah Kota Bandung berharap tidak hanya menekan angka penularan HIV/AIDS, tetapi juga menumbuhkan masyarakat yang lebih peduli, terbuka, dan bebas stigma terhadap sesama.







