Porosmedia.com, Jakarta – Dalam rangka menyambut ajang Jakarta E-Prix 2025, Ikatan Motor Indonesia (IMI) bersama sejumlah komunitas otomotif akan menggelar kegiatan bertajuk E-Rallytage: EV Fun Rally in Heritage, pada Minggu, 15 Juni 2025. Kegiatan ini digagas langsung oleh Ketua Umum IMI Pusat Bambang Soesatyo (Bamsoet), yang juga menjabat sebagai Anggota DPR RI dan Wakil Ketua Umum Partai Golkar.
Lebih dari sekadar konvoi mobil listrik, E-Rallytage dirancang sebagai ajang sosialisasi ekosistem kendaraan listrik sekaligus promosi nilai-nilai sejarah dan kebudayaan kota melalui rute-rute ikonik. Rute yang ditempuh akan dimulai dari Sekretariat IMI di Gelora Bung Karno, melintasi sejumlah tempat bersejarah seperti Gedung Joeang 45, Taman Ismail Marzuki, Museum Sumpah Pemuda, Museum Gajah, dan berakhir di Sirkuit Formula E Ancol.
“Setiap checkpoint bukan hanya titik singgah, tetapi simbol sejarah nasional yang harus dihargai dan dikenang. E-Rallytage menjadi media agar publik tidak melupakan akar budayanya di tengah geliat teknologi,” ujar Bamsoet saat menerima jajaran pengurus IMI Pusat di Jakarta, Jumat (13/6/2025).
Turut hadir dalam pertemuan itu, Wakil Ketua Umum M. Riyanto, Ronny Arifudin, Tjokro Kusnaidi, Angga Satria, Erwin MP, dan Dwi Nugroho Marsudianto.
Menurut Bamsoet, populasi kendaraan listrik di Indonesia meningkat tajam—sekitar 78 persen pada tahun 2024—dengan total lebih dari 207 ribu unit. Namun, pertumbuhan tersebut belum diikuti oleh ekosistem transportasi yang adil dan infrastruktur yang merata. Dalam konteks itu, E-Rallytage menjadi “panggung simbolik” untuk menunjukkan keseriusan IMI dalam mendukung agenda transisi energi, meski masih jauh dari transformasi sistemik.
“Dengan rally ini, IMI menunjukkan komitmen terhadap lingkungan dan transportasi berkelanjutan. Tapi lebih penting lagi, kami ingin mengajak masyarakat berpindah mindset menuju mobilitas yang lebih bertanggung jawab,” jelas Bamsoet.
Namun pertanyaan mendasar yang perlu dicatat: sejauh mana kegiatan-kegiatan seperti ini mampu mengubah pola konsumsi otomotif masyarakat urban, bukan hanya pada level selebrasi atau event-based?
Salah satu nilai tambah dari E-Rallytage adalah upaya mengintegrasikan muatan edukasi sejarah ke dalam lintasan rally. Bamsoet mencontohkan, Museum Sumpah Pemuda tidak semata ruang artefak, tetapi juga penanda penting dalam pembangunan kesadaran kolektif bangsa.
“Mobil listrik boleh masa depan, tapi kita tidak bisa menatap masa depan tanpa menengok ke belakang. Event ini mengingatkan kita bahwa sejarah dan teknologi bisa berjalan beriringan,” tegasnya.
Namun tetap perlu dicermati, apakah upaya edukasi ini cukup kuat membentuk kesadaran kritis di tengah masyarakat yang masih bergulat dengan persoalan ekonomi, transportasi publik, dan urbanisasi yang tidak merata?