Perjanjian Bongaya: Latar Belakang, Tokoh, Isi, dan Dampaknya

Perjanjian Bongaya: Latar Belakang, Tokoh, Isi, dan Dampaknya
Ilustrasi Sejarah Perjanjian Bongaya. Via Histori.id

Dampak Perjanjian Bongaya

Perjanjian yang berisi 30 pasal tersebut rupanya menimbulkan dampak yang cukup fatal bagi Kerajaan Gowa. Dampak yang terjadi setelah perjanjian tersebut berlaku diantaranya:

1. Pemberontakan Sultan Hasanuddin

Merasa dirugikan atas seluruh pasal di dalam Perjanjian Bongaya, Sultan Hasanuddin pun tidak tinggal diam. Dua tahun setelah perjanjian tersebut diteken, yaitu tahun 1669 Sultan Hasanuddin berusaha memberontak dan menyerang Belanda. Peperangan berlangsung mencekam dan terjadi di berbagai wilayah.

2. Runtuhnya Kerajaan Gowa

Sayangnya, kemenangan tidak pernah berpihak pada Sultan Hasanuddin dan kerajaannya. Belanda selalu menang, bahkan telah berhasil menghancurkan seluruh benteng. Kerajaan Gowa pun telah hancur, Sultan Hasanuddin akhirnya turun tahta pada tanggal 22 Juni 1669. Menurut catatan sejarah, perang ini termasuk perang terhebat yang pernah dilalui VOC Belanda.

3. Belanda Semakin Berkuasa

Setelah runtuhnya Kerajaan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanuddin, maka secara otomatis Belanda atau VOC semakin berkuasa. Belanda semakin mudah melakukan monopoli perdagangan di Makassar. Tidak hanya itu, Belanda juga semakin kaya karena semua hasil bumi di wilayah tersebut harus diserahkan kepada Belanda.

Baca juga:  Perjanjian Tordesillas: Latar Belakang, Tujuan, Isi dan Dampaknya

4. Rakyat Makassar Menderita

Setelah Belanda berkuasa penuh, maka rakyat Makassar menjadi semakin menderita dan merugi secara materi. Mereka diminta untuk mengganti kerugian selama perang dan tidak mendapatkan keuntungan hasil bumi. Lebih dari itu, rakyat Makassar juga dipaksa harus membantu VOC ketika mendapatkan ancaman dari pihak lain.

Tokoh Perjanjian Bongaya

Tokoh paling sentral yang terlibat langsung dalam Perjanjian Bongaya adalah Sultan Hasanuddin dan Cornelis Speelman. Sultan Hasanuddin merupakan Raja dari Gowa, ia juga telah memimpin perang saat melawan Belanda. Sedangkan Cornelis Speelman merupakan komandan dari VOC, ia juga telah memimpin pertempuran saat akan menghancurkan Kerajaan Gowa.

Perjanjian Bongaya digembar-gemborkan sebagai perjanjian perdamaian antara Belanda dan Kerajaan Gowa. Padahal, perjanjian ini sepenuhnya berisi tentang pasal-pasal yang merugikan Kerajaan Gowa, terutama momen Sultan Hasanuddin turun tahta. Dengan kata lain, Belanda ingin mengumumkan pada dunia bahwa mereka telah berhasil meruntuhkan Kerajaan Gowa dan menguasai wilayah tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *