Jakarta, porosmedia.com – Diskusi serius tapi santai GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonedia) di Sekretariat Jl. Ir. Juanda No. 4 Jakarta Pusat bersama Tim Pewarna (Persatuan Wartawan Nasrani) untuk melaksanakan diskusi panel tentang spiritual dari berbagai pandangan agama dengan tema pokok Gerakan Kebangkitan Kesadaran dan Pemahan Spiritual di Indonesia, Jum’at, (4/03/2022) sepakat gelar di Masjid Istiqlal Jakarta, pada pekan depan, Jum’at, 11 Maret 2022 mulai 14.00 -selesai.
Kesepakatan GMRI dan Pewarna bersama Pengurus Mesjid Istiqlal Jakarta telah sepakat memastikan nara sumber utama adalah Kardinal Profesor Ignatius Suharyo Hardjoatmojo, Banthe Dammasubho Mahathera dari Vihara Sangha Theravada Indonedia, Ida Resi Wisesa Nata, tokoh spiritual dan pemuka masyarakat adat serta Imam Besar Medjid Istiqlal Profesor. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA., bersama tokoh spiritual yang juga Ketua Umum GMRI serta Ketua Forum Lintas Agama, Eko Sriyanto Galgendu.
Pelaksanaan acara, ujar Yusuf Mujiono sudah disepakati bersama pihak Masjid Istiqlal, Jakarta, akan dilaksanakan pada hari Jum’at 11 Maret 2022, pukul 14.00 sampai selesai dengan peserta offline terbatas guna mencegah penularan atau penyebaran pandemi Copid-19 maupun Varian Omicron yang masih ganas mengancam kesehatan dan keselamatan, tandasnya.
Pada dasarnya, diskusi panel itu nanti akan dibuka untuk umum melalui webinar. Kacuali itu juga sejumlah tokoh penanggap seperti Wakil Bupati Barito Selatan, Setya Titiek Atyani Djoedir, sangat mungkin hanya bisa melakukan melalui online.
Karena itu, panitia akan membuka peluang bagi yang berminat untuk dapat mengikuti melalui online, meski jumlahnya terbatas hanya debanyak 200 peserta saja.
Menurut Eko Sriyanto Galgendu, kemukinan masalah topik spiritual kenegaraan akan kembali mencuat, mengingat banyak peminat yang masih banyak tertarik dan ingin adanya paparan spiritual dalam dimensi ketatanegaraan.
Karenanya, kisaran masalah Petruk jadi ratu seperti dalam pasemon Jawa bisa jadi tajuk pembahasan yang mengemuka dalam diskusi spiritual kenegaraan. Karena memang sosok Satrio Pinandito, Satrio Pinanjiro, Sastrio Hamingtuwuh dan Satrio Piningit masih selalu jadi pertanyaan banyak orang, utamanya tentang sosok dan kebenaran dari keberadaan satrio yang diidolakan sebagai juru selamat bagi bangsa dan negara Indonesia yang sedang dalam kondisi terancam dan gawat.
Pemahaman spirituL untuk masing-masing agama dan kepercayaan bisa saja mempunyai persepsi yang berbeda, termasuk dalam upaya menelusurinya melalui jalan sufi atau spiritual, kata Eko Sriyanto Galgendu. Karena masing-masing agama memiliki hak dan porensi yang sama untuk mengembangkan kesadaran serta pemahaman spiritual yang dipahami masing-masing orang dengan segenap latar belakang maupun pengalaman batin yang dimilikinya. (Jacob Ereste/jt)