Porosmedia.com, Bandung – Pemerintah Kota Bandung bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia (Kemenko PM) menggelar bootcamp pelatihan kewirausahaan bagi 57 pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Hotel Mercure Bandung, 18–20 Juni 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari program nasional Perintis Berdaya, yang menargetkan peningkatan kapasitas pelaku usaha akar rumput secara terstruktur dan berkelanjutan.
Kegiatan ini menghadirkan mentor-mentor berpengalaman dari sejumlah entitas profesional, seperti Havilla Gourmet Tea, Artisan Professionnel, Olsera Indonesia, Evlogia, dan Meta. Pelatihan tidak hanya bersifat teoritis, namun menitikberatkan pada pemecahan masalah usaha secara praktis.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyatakan bahwa kolaborasi lintas sektor seperti ini menjadi kunci membangun kemandirian ekonomi masyarakat. Ia juga menekankan bahwa program ini bukan sekadar proyek pelatihan, melainkan bagian dari cetak biru pemberdayaan masyarakat yang harus dijaga konsistensinya.
“Apresiasi kami kepada Kemenko PM. Perintis Berdaya adalah inisiatif yang menjawab kesenjangan antara semangat wirausaha dan ketiadaan sistem pendampingan yang baku. Tanpa tata kelola pelatihan yang baik, pertumbuhan UMKM hanya akan jadi jargon belaka,” ujar Farhan, Rabu (18/6/2025).
Farhan menyebutkan bahwa Pemkot Bandung sedang fokus pada penguatan UMKM, koperasi, ekonomi kreatif, hingga reintegrasi ekonomi bagi pekerja migran yang kembali ke tanah air. Namun ia menegaskan, langkah tersebut tak akan berdampak optimal bila dilakukan secara parsial dan tanpa sinergi antar pihak.
“Ini soal menciptakan ekosistem, bukan sekadar kegiatan. Kita tidak butuh lagi program instan yang selesai saat dokumentasi usai. Yang kita perlukan adalah model pemberdayaan yang hidup, berkelanjutan, dan terukur dampaknya,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia berharap agar bootcamp ini tidak berhenti sebagai proyek percontohan, tetapi menjadi platform replikasi nasional yang mampu menyesuaikan dengan kebutuhan lokal di tiap daerah.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Perlindungan Pekerja Migran Kemenko PM, Leontinus Alpha Edison menegaskan bahwa Perintis Berdaya dirancang sebagai ekosistem pemberdayaan berbasis praktik nyata, bukan sekadar pelatihan formalitas.
“Peserta akan dibimbing oleh pelaku usaha yang sudah teruji. Ini bukan pelatihan sekadar ‘kegiatan’, tapi proses mendalam agar pelaku UMKM benar-benar mampu menyelesaikan persoalan usaha mereka dengan pendekatan yang kontekstual dan jangka panjang,” ungkap Leontinus.
Ia juga menyinggung bahwa pemerintah pusat tengah memperkuat dukungan terhadap UMKM, tidak hanya dari aspek pelatihan, tetapi juga melalui regulasi yang berpihak. Di antaranya penyederhanaan proses perizinan (seperti NIB gratis dan cepat), insentif fiskal untuk UMKM ramah lingkungan, serta peningkatan literasi keuangan dan digitalisasi usaha.
“Ekosistem harus berpihak. Tidak bisa lagi kita biarkan UMKM berjalan sendiri tanpa kepastian, regulasi yang adil, dan perlindungan yang memadai,” tambahnya.
Program Perintis Berdaya ke depan akan melibatkan aktivasi gugus tugas, pendampingan lanjutan, hingga pameran produk. Puncak acara bootcamp akan digelar pada 20 Juni 2025, di mana 57 UMKM peserta akan memamerkan produknya langsung di hadapan Menteri Koordinator PM.
Program seperti Perintis Berdaya patut diapresiasi, namun publik berhak menagih hasil riil dari jargon pemberdayaan yang terlalu sering dijadikan retorika pembangunan. Yang diperlukan adalah keberlanjutan, integrasi antar sektor, dan transparansi hasil, agar program ini benar-benar memberi dampak bagi masyarakat, bukan hanya panggung politik sesaat.