Mafia Tiket Persib Bandung: Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh

Avatar photo

Porosmedia.com – Kota Bandung, yang dikenal sebagai kota kreatif dan pusat sepak bola nasional, kembali dihadapkan pada persoalan klasik: mafia tiket pertandingan Persib. Meski teknologi digital telah diterapkan dalam sistem penjualan tiket, praktik percaloan dan distribusi ilegal masih marak, mencederai semangat sportivitas dan keadilan bagi para Bobotoh.

Manajemen Persib melalui PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) telah mengadopsi sistem penjualan tiket secara online melalui aplikasi resmi Persib. Langkah ini mendapat apresiasi dari Menteri Pemuda dan Olahraga, Dito Ariotedjo, yang menilai sistem ini sebagai contoh pengelolaan pertandingan yang baik.

Namun, di balik kemajuan teknologi ini, muncul isu penjualan tiket ilegal oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Tiket-tiket tersebut dijual melalui media sosial dan marketplace, di luar jalur resmi yang telah ditetapkan. Manajemen Persib menegaskan bahwa penjualan tiket di luar aplikasi resmi adalah ilegal dan tidak akan diakui saat verifikasi di stadion.

Kelompok suporter setia Persib, seperti Viking dan Bomber, mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap sistem tiket yang dianggap menyulitkan. Ketua Umum Viking, Ibro, menyatakan bahwa perubahan sistem pembelian tiket menyulitkan anggota komunitas, terutama yang berasal dari luar Bandung. Sebelumnya, distribusi tiket dilakukan secara kolektif melalui distrik, namun kini setiap individu harus membeli tiket secara mandiri melalui aplikasi.

Baca juga:  Pangdam III/Slw Terima Audiensi Direksi PT. Pupuk Kujang

Ketua Umum Bomber, Dian Purnama, juga mengeluhkan proses verifikasi akun di aplikasi Persib yang menyulitkan anggota komunitas untuk mendapatkan tiket. Akibatnya, mereka memutuskan untuk tidak hadir di stadion dan memilih mendukung tim melalui nonton bareng.

Persoalan tiket tidak hanya berdampak pada distribusi, tetapi juga memicu kericuhan. Pada pertandingan antara Persib dan PSIS Semarang di Stadion Si Jalak Harupat, terjadi bentrokan antara suporter tamu dan aparat keamanan. Kapolresta Bandung, Kombes Pol Kusworo Wibowo, menyatakan bahwa sekitar 500 hingga 600 suporter PSIS berhasil mendapatkan tiket meski ada larangan bagi suporter tamu untuk hadir. Hal ini menunjukkan adanya kebocoran dalam sistem distribusi tiket.

Kasus percaloan tiket bukan hal baru bagi Persib. Pada 2016, lima orang divonis empat bulan penjara karena menjual tiket palsu pertandingan Persib melawan Persija. Mereka terbukti membuat dan menjual 600 lembar tiket palsu.

Manajemen Persib menyatakan komitmennya untuk menindak tegas praktik penjualan tiket ilegal. Mereka akan melakukan penelusuran dan mengambil langkah hukum terhadap pelaku yang terbukti menjual tiket di luar jalur resmi.

Baca juga:  Perjanjian Giyanti: Latar Belakang, Isi, Dampak, dan Tokohnya

Mafia tiket Persib merupakan masalah kompleks yang memerlukan pendekatan holistik. Diperlukan transparansi dalam sistem penjualan tiket, edukasi kepada suporter, dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku ilegal. Hanya dengan langkah-langkah tersebut, kepercayaan suporter dapat dipulihkan dan semangat sportivitas dalam sepak bola Indonesia dapat dijaga.