Islam dan Propaganda Radikalisme

Avatar photo
Islam dan Propaganda Radikalisme
Ilustrasi via: Islamrahmah.com

Porosmedia.com, Islam dan Propaganda Radikalisme – Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur segala aspek dalam kehidupan manusia, baik aspek ibadah (hubungan manusia dengan Allah SWT) maupun aspek muamalah (hubungan manusia dengan sesama manusia).

Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an bahwasanya agama Islam itu adalah agama yang sempurna. Islam merupakan salah satu agama terbesar yang tersebar di seluruh dunia saat ini. Agama Islam juga menjadi satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah SWT. Kita sebagai umat Muslim harus bersyukur karena tinggal di Indonesia, di mana mayoritas penduduknya beragama Islam.

Dalam Al-Qur’an sendiri, kata Islam sebagai agama disebutkan dalam surat Al Maidah ayat 3, yang artinya
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

Indonesia adalah negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di seluruh dunia. Pada saat ini diperkirakan bahwa jumlah umat Muslim mencapai 207 juta orang, sebagian besar menganut Islam aliran Suni. Jumlah yang besar ini mengimplikasikan bahwa sekitar 13% dari umat Muslim di seluruh dunia tinggal di Indonesia dan juga mengimplikasikan bahwa mayoritas populasi penduduk di Indonesia memeluk agama Islam (hampir 90% dari populasi Indonesia).

Namun, kendati mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia bukanlah negara Islam yang berdasarkan pada hukum-hukum Islam.

Indonesia merupakan sebuah negara sekuler demokratik tetapi dengan pengaruh Islam yang kuat. Sejak awal berdirinya negara ini, sudah ada banyak perdebatan politik mengenai dasar ideologi negara Indonesia. Sejumlah kelompok Islam konservatif (termasuk sejumlah partai politik) berpendapat bahwa Indonesia seharusnya menjadi sebuah negara Islam.

Baca juga:  7 Kiat Hadapi Cobaan Dengan Hati yang Positif

Namun, karena ada puluhan juta penduduk non-Muslim – apalagi banyak penduduk yang menganut Islam di Indonesia bukan orang Muslim yang mempraktekanya dengan sangat ketat (nominal Muslim)-, berdirinya sebuah negara Islam (sekaligus penerapan hukum syariah) selalu dianggap sebagai pemicu perpecahan dan separatisme.

Beberapa kali Indonesia menjadi berita utama di dunia karena serangan teroris yang kejam atau karena kehadiran jaringan teroris (termasuk kamp pelatihan) yang diduga terhubung dengan organisasi paramiliter fundamentalis Islam Sunni Al-Qaeda, organisasi militan Islam Jemaah Islamiyah, atau kelompok militan ekstemis Negara Islam Irak dan Syam (Islamic State).

Serangan teroris tersebut dan kehadiran kelompok dan sel-sel teroris dalam negeri menunjukkan keberadaan sebuah komunitas Muslim radikal di Indonesia. Mereka tidak hanya percaya bahwa Islam harus menjadi satu-satunya pedoman dalam kehidupan dan dengan demikian menentang pemerintah sekuler beserta tidak mendukung masyarakat pluralis. Tetapi mereka juga bersedia untuk menggunakan langkah-langkah ekstrem (termasuk kekerasan kejam) dalam upaya untuk mengubahkan sitkon (situasi kondisi) sekarang. Lewat aksi teror mereka ingin menciptakan suasana panik, tidak menentu dan mendorong ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah.

Indonesia, yang menjunjung tinggi demokratisasi, kritik merupakan hal yang semestinya wajar terjadi. Namun kritik tentunya harus dilakukan secara santun, tanpa harus dilandasi kebencian atau kepentingan apapun. Namun seiring dengan menguatnya kebebasan menyampaikan pendapat, terkadang kritik atau pendapat yang muncul kadang justru lebih bersifat menyerang atau bernuansa kebencian.

Kenapa hal itu bisa terjadi, tidak bisa dilepaskan dari maraknya propaganda radikalisme di negeri ini. Beberapa waktu lalu, presiden Joko Widodo mengingatkan, agar tidak mengundang penceramah agama radikal. Ceramah pada dasarnya bukanlah hal yang dilarang.

Baca juga:  BKBH Kirim Surat Ke Bawaslu Terkait Polemik dan Candaan Agama

Terlebih ceramah tersebut berisi nilai-nilai agama, yang bisa menjadikan ajaran untuk menuju kebaikan. Namun jika ceramah agama tersebut diselipkan bibit kebencian dan intoleransi, itu yang mengkhawatirkan. Bibit radikalisme yang diselipkan dalam ceramah agama, hanya akan membuat kerukunan antar umat beragama terganggu.

Sebelumnya kita cari tahu dulu apa itu radikal atau Apa itu radikalisme? Radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan sosial dan politik yang mengacu pada sikap ekstrem dengan menggunakan isu agama sebagai alasannya. Terkadang, para pengikut gerakan radikal melakukan aksi-aksi kasar, seperti menghancurkan atau merusak segala hal yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran dan norma yang berlaku dalam gerakan mereka. Sungguh mengenaskan bukan?

Radikalisme saat ini menjadi fenomena yang cukup populer di Indonesia. Apalagi setelah adanya tragedi peledakan bom di beberapa daerah di Indonesia, banyak orang non-muslim yang berasumsi bahwa agama Islam identik dengan radikalisme. Padahal sebenarnya, umat muslim justru bertentangan dengan radikalisme. Agama Islam mengajarkan kepada umatnya untuk cinta damai dan berbuat baik terhadap orang lain, termasuk kepada orang-orang non-muslim.

Sejauh ini umat islam selalu disudutkan dan menjadi tuduhan dibalik radikalisme, padahal islam jelas menentang radikalisme. Radikalisme seolah menjadi momok menakutkan bagi semua pihak. Ada apa dengan radikalisme? Mengapa harus ramai-ramai melawannya? Bukankah persoalan bangsa ini sangat banyak dan jauh lebih penting untuk segera diselesaikan daripada mengurus radikalisme? Jadi, untuk apa perlawanan terhadap radikalisme ini?

Namun sebenarnya terorisme dan radikalisme adalah proyek barat ,Barat akan terus mengadang perjuangan Islam dengan mengintensifkan isu terorisme di setiap negeri muslim. Oleh sebab itu, umat Islam harus menyadari dan tentunya memihak pada Islam dan ajaran-ajarannya, bukan malah mendukung dan membenarkan proyek Barat (WoT). Lantas, apa yang harus umat lakukan untuk membendung isu miring terorisme yang menyebabkan mara bahaya bagi Islam dan umatnya?

Baca juga:  Resmi! Kota Bandung Kini Punya Lima Kampung Toleransi

Umat semestinya paham, bahaya yang mengancam tidak datang dari Islam. Buruknya kondisi yang mereka hadapi sekarang justru akibat tegaknya sistem kapitalisme global, serta hadirnya para penguasa antek yang menyukseskan agenda penjajahan. Umat pun semestinya paham bahwa Islamlah jalan keselamatan karena Islam adalah sistem hidup yang menyolusi seluruh problem kehidupan.

Dalam QS An-Nisa’: 171 Allah Swt berfirman:

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ

“Wahai ahli Kitab, janganlah kalian bertindak melewati batas (ghuluw) dalam agama kalian” (An-Nisa’/4: 171)

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa umat Islam dilarang melampaui batasan yang telah ditetapkan syariat, baik dalam keyakinan maupun amalan. Salah satu bentuk sikap melampaui batas yang dimaksud ayat tersebut adalah bersikap radikal dengan segala bentuknya yang menyelisihi syariat. Sikap melampaui batas ini tidak akan membuahkan hasil yang baik dalam semua urusan, apalagi dalam urusan agama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *