Danseskoad Cup II: Antara Panggung Pembinaan dan Janji Lahirnya Olimpian Bandung

Avatar photo

Porosmedia.com, Bandung – Puluhan pelajar dari berbagai sekolah di Kota Bandung tampak antusias memecah air di Kolam Renang A.J. Mokoginta, Jalan Gatot Subroto, dalam ajang Kejuaraan Renang Pelajar se-Kota Bandung Open Danseskoad Cup II, Sabtu (28/6/2025). Kejuaraan ini digelar dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun ke-74 Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Darat (Seskoad) dan diresmikan langsung oleh Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan.

Namun lebih dari sekadar perayaan hari jadi, ajang ini menyimpan pesan strategis: Kota Bandung bertekad menjadi lumbung atlet nasional, bahkan mengincar panggung olimpiade.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dan harapan besar atas terselenggaranya kejuaraan ini. Baginya, Danseskoad Cup bukan sekadar ajang kompetisi, melainkan titik tolak pembinaan karakter dan pembibitan atlet unggul sejak usia sekolah.

“Latihan serta pendidikan yang kita laksanakan di setiap perkumpulan renang adalah bentuk pendidikan karakter siswa di seluruh Kota Bandung,” tegas Farhan.

Ia menyoroti renang sebagai salah satu cabang olahraga utama dalam Olimpiade. Maka, jika dibina serius dan terintegrasi, Kota Bandung — dengan fasilitas dan SDM yang ada — bisa menjadi pencetak atlet kelas dunia. “Sudah saatnya kita melahirkan bibit atlet nasional yang suatu hari akan membawa nama Indonesia ke panggung dunia,” lanjutnya dengan nada optimis.

Baca juga:  Kopi dan Lemon,Benarkah Efektif untuk Menurunkan Berat Badan?

Namun, optimisme ini juga mengundang pertanyaan penting: apakah sistem pembinaan atlet usia dini di Kota Bandung sudah benar-benar terstruktur, terukur, dan didukung pendanaan yang cukup?

Di balik semaraknya event Danseskoad Cup II, banyak pemerhati olahraga menilai masih terdapat tantangan besar. Infrastruktur olahraga akuatik di Bandung dinilai belum sepenuhnya merata dan modern, dengan banyak sekolah dan klub yang masih kekurangan pelatih bersertifikat dan dukungan finansial.

Fasilitas Kolam A.J. Mokoginta yang menjadi tuan rumah kejuaraan, meski representatif, belum mampu mencerminkan standar pelatnas. Pertanyaannya kemudian: mampukah event ini menjadi program berkelanjutan atau hanya sekadar ajang seremonial tahunan?

Farhan menyampaikan bahwa kemenangan sejati adalah yang dicapai melalui kejujuran dan sportivitas. Pesan moral ini penting, tetapi tak cukup jika tidak dibarengi kebijakan konkret. Tanpa sistem pembinaan yang profesional dan dukungan anggaran yang kuat dari Dispora dan APBD, pesan-pesan tersebut bisa terhenti sebagai slogan belaka.

Meski demikian, kolaborasi antara Seskoad, Dinas Pemuda dan Olahraga, klub-klub akuatik, dan orang tua siswa memang layak diapresiasi. Namun kolaborasi yang sehat hanya akan berjalan apabila dibarengi dengan transparansi program dan evaluasi performa atlet secara berkala.

Baca juga:  Garuda Muda vs VAR di Stadion Abdullah bin Khalifa

Porosmedia mencatat bahwa selama ini banyak kejuaraan pelajar berhenti di euforia sesaat. Minimnya sistem scouting dan tindak lanjut ke jenjang pelatihan lanjutan membuat potensi atlet muda menguap begitu saja. Sudah waktunya Pemerintah Kota Bandung menyusun cetakan biru pembinaan olahraga akuatik jangka panjang, lengkap dengan peta target, sistem seleksi, beasiswa atlet, hingga pelibatan perguruan tinggi dan dunia industri olahraga.

Danseskoad Cup II mungkin hanya satu titik dalam peta panjang pembinaan atlet. Tapi jika tidak dibarengi kebijakan afirmatif dan strategi berkelanjutan, maka janji melahirkan “olimpian dari Kota Bandung” akan tetap menjadi ilusi yang dibungkus selebrasi.