Orang Eropa menyebutnya Lombok, orang Bali menjulukinya Selaparang, Mereka lebih suka disebut Sasak

Avatar photo

Porosmedia.com — Notices of the island of Lombock —Sebuah artikel tentang pulau Lombok yang dimuat oleh media Australia, The Sydney Herald, sekarang: The Sydney Morning Herald, pada edisi 9 Mei 1840, dan 29 Juli 1840 M.


Orang orang Eropa menyebutnya Lombok, berasal dari sebuah desa kecil di pantai timur laut pulau itu.

Oleh para pemimpin Bali dalam korespondensi mereka, pulau ini disebut Selaparang, tetapi penduduk pribumi dalam percakapan sehari hari, menyebutnya Sasak, dan mereka sendiri disebut orang Sasak.

Sekitar delapan puluh tahun lalu, pulau ini ditaklukkan oleh orang Bali, yang sejak itu memegang kekuasaan penuh di pulau ini.

Populasi pulau ini terbagi menjadi dua bagian: orang Bali dan orang Sasak. Orang Bali berjumlah sekitar 8.000 orang dan merupakan penguasa, sementara orang Sasak berjumlah sekitar 170.000 orang dan masing-masing membayar dua dolar setahun kepada raja-raja Bali.

Orang Bali adalah penganut Buddha dan berbicara dalam bahasa Bali. Orang Sasak adalah Muslim dan memiliki bahasa mereka sendiri. Kedua bahasa tersebut sering digunakan oleh kedua belah pihak. Di daerah pesisir para pemimpin suku juga dapat berbahasa Melayu.

Panjang pulau ini dari utara ke selatan sekitar enam puluh mil, dan lebarnya sekitar tiga puluh lima atau empat puluh mil dan terbagi menjadi dua kerajaan utama: Mataram dan Karangasem, masing-masing dengan rajanya sendiri yang dibantu oleh para pembesar.

Baca juga:  Cerita Horor di Kalimantan

Ampenan dan Tanjung Karang adalah desa-desa yang berjarak sekitar tujuh mil satu sama lain, di sebuah teluk besar di selat Lombok. Mataram adalah tempat yang luas—sekaligus sebagai ibu kota kerajaan dengan nama yang sama. Mataram berjarak tiga mil dari Ampenan.

Karangasem, tempat besar lainnya, adalah ibu kota kerajaan lainnya, dan terletak sekitar lima mil lebih jauh ke pedalaman. Bali, Sambougi, dan Piju adalah pelabuhan dagang di sisi timur pulau.

Wajah negara ini sangat luar biasa. Tanah yang subur dengan sumber air berlimpah membentang dari timur ke sisi barat pulau. Daratan ini lebarnya sekitar dua belas mil, dan dihuni oleh penduduk yang padat, sebagian besar masih memiliki hubungan yang erat.

Di sisi utara dan selatan, lanskapnya berupa pegunungan dengan penduduk relatif kecil. Konon, lembah-lembah di kawasan pegunungan ini adalah penghasil kapas terbaik di Nusantara, yang diolah menjadi kain, dan diperjualbelikan di antara pedagang lokal.

Produksi utama pulau ini adalah beras. Bahkan sekitar 12.000 ton berhasil diekspor setiap tahunnya. Karena pulau ini tidak terlalu padat penduduk, mereka sama sekali tidak kekurangan kebutuhan hidup.

Baca juga:  PT. Cresco Ekspor Sleeper Ke Jepang, Bukti Produk Kota Bandung Berkualitas Tinggi

Interaksi utama penduduk Lombok dengan pemukiman Eropa atau tempat asing adalah dengan Surabaya di Jawa, dan dengan Makassar di Sulawesi; kadang-kadang perahu berlayar ke, atau datang dari Singapura, Kupang, dan pemukiman Belanda lainnya.

Beberapa kapal besar—sekitar lima atau enam kapal—berhenti setiap tahun dalam perjalanan mereka dari Sydney menuju Kanton. Sejumlah pedagang dan penjelajah Bugis tinggal di Ampenan, dan sebagian lainnya adalah orang Tionghoa.

Dalam mengolah tanah, penduduk menggunakan alat mirip garu dan bajak kuno yang ditarik oleh sapi. Ladang ladang untuk menanam padi dibuat berteras yang diairi melalui sungai yang mengalir melewati kanal kanal kecil yang mengitari seluruh area persawahan.

Dalam hal seni dan kerajinan, mereka telah mulai membuat barang dari besi, membuat tembikar, dan memproduksi kain dengan kualitas yang masih di bawah kain sutra dari Tiongkok.

Kerajinan terbaik mereka adalah membuat senapan dan keris, semacam belati yang dipakai oleh semua pria. Beberapa dari mereka bahkan dapat menghasilkan karya sebaik hasil pekerjaan terbaik orang Eropa.

Baca juga:  Jaksa Agung: IAD Berperan Penting Mendukung Insitusi Kejaksaan Mewujudkan Masyarakat Cerdas dan Berbudaya

Rumah-rumah mereka kecil, dan berdiri dalam kelompok atau desa; rumah-rumah raja dan beberapa kepala suku yang lebih tinggi dibangun dari bata bakar yang baik dan atapnya terbuat dari genteng. Rumah penduduk biasa terbuat dari bata yang tidak dibakar dan atapnya terbuat dari jerami.

Untuk kereta dan gerobak, orang Lombok belum merasa perlu. Karena luas dataran yang melintasi pulau hanya sepanjang empat puluh mil, mereka dapat menempuh jarak ini dalam satu atau dua hari dengan berjalan kaki atau menunggang kuda. Sementara untuk mengangkut padi, mereka menggunakan kuda kuda yang tangguh.

Meskipun berukuran kecil, kuda kuda mereka sangat kuat. Setiap hari sekitar tiga puluh atau empat puluh ekor kuda melewati Mataram, masing-masing membawa empat karung padi, beratnya hampir empat kwintal. Di leher mereka ada dua tali lonceng, seperti lonceng kereta luncur.

Melihat barisan kuda melintasi jalanan dengan seorang pengemudi di sampingnya, sangat menyenangkan. Dan sekaligus menjadi bukti nyata bahwa, bagi sebagian orang di beberapa wilayah di muka bumi, bermalas malasan adalah dosa.

Diterjemahkan oleh: Adit R. Alfath / Lombok Friendly

Sumber data: Trove, Australian Libraries

#sejarahlombok #kerislombok #sukusasak #lombokisland