Masih melanjutkan artikel sebelumnya: Jenis Cacing pada Kucing yang Perlu Diketahui – Bagian 1, mari kita lihat cacing-cacing ganas yang senang tinggal di tubuh anabul.
Jenis Cacing pada Kucing – Bagian 2
3. Cacing Pita (Tapeworms)
Sama seperti kedua jenis cacing sebelumnya, beberapa jenis cacing pita tertentu adalah parasit usus umum pada kucing. Namun perbedaannya, cacing pita mampu menginfeksi segala jenis kucing termasuk yang tidak pernah keluar rumah.
Cacing ini berbentuk rata seperti pita ketika tinggal di dalam usus, tetapi segmentasi dari cacing ini (potongan bagian tubuh si cacing yang mampu menjadi individu baru) berbentuk kecil dan berwarna putih menyerupai butiran beras atau biji wijen yang bergerak-gerak.
Pada kucing yang terinfeksi, potongan segmentasi cacing ini biasanya ditemukan menempel pada kotoran anabul. Potongan segmentasi cacing pita biasanya salah dikenali sebagai belatung atau larva lalat.
Kucing kemungkinan besar terinfeksi oleh cacing pita ketika tak sengaja menelan kutu atau pinjal di bulunya yang menjadi inang dari cacing ini. Atau memakan burung atau tikus yang telah terinfeksi oleh cacing pita. Cacing pita hanya bisa tumbuh dewasa di dalam usus.
Untuk mengantarkan telur pada inangnya (kutu kucing), cacing ini akan memutuskan bagian segmentasi tubuhnya yang membawa telur dan dikeluarkan bersama kotoran kucing. Terkadang, pemilik mungkin akan menemukan potongan segmentasi cacing pita juga pada bulu kucing di dekat anus.
Sebagian besar jenis cacing pita mewajibkan adanya inang perantara (seperti kutu/pinjal) sebelum bisa menginfeksi. Kucing pun harus menelan si inang perantara terlebih dahulu sebelum cacing pita bisa menginfeksinya. Karena itulah, infeksi cacing ini biasanya diakibatkan karena kucing telah memakan kutu atau binatang lain (seperti tikus, serangga, ikan atau kadal) yang telah menjadi inang perantara cacing pita.
Jenis cacing pita yang paling sering menginfeksi kucing adalah Dipylidium caninum dan Taenia taeniaformis.
D. caninum adalah yang paling umum ditemukan menginfeksi anjing dan kucing. Parasit ini menggunakan kutu/pinjal Ctenocephalides felis sebagai inang perantara dan menyebabkan komplikasi pada pengobatannya. Sementara T. taeniaformis menggunakan tikus got, tikus rumah, dan hewan pengerat lainnya sebagai inang perantara.
Cacing pita selain kedua jenis ini menggunakan bermacam inang perantara lain seperti ikan, katak, atau reptil kecil seperti kadal. Ini menyebabkan kucing memiliki kemungkinan besar untuk terinfeksi cacing pita karena ia adalah pemburu yang paling ingin tahu (curious hunters) terhadap berbagai hewan kecil.
Cacing pita jarang menyebabkan penyakit serius. Gejala kucing terinfeksi oleh cacing ini bisa bervariasi pada setiap kasus. Usia si kucing, kondisinya, dan seberapa parah infeksinya bisa mempengaruhi tanda-tanda atau gejala klinis si kucing. Gejala yang umum terjadi biasanya termasuk hal-hal berikut ini :
- Bulu berantakan
- Nafsu makan tidak jelas
- Mudah mengamuk
- Badan kucing tidak bisa tumbuh besar (kerdil)
- Diare ringan
- Kurus kering
- Sering kejang / ayan
- Komplikasi masalah pada usus
- Terdapat potongan segmentasi cacing pita pada kotoran si kucing.
Terkadang, seluruh gejala di atas sama sekali tidak muncul pada kucing yang telah terinfeksi cacing pita. Ada pula kucing yang malah menunjukkan seluruh gejala sekaligus. Biasanya kucing dewasa hanya menunjukkan sedikit gejala, sementara kitten akan menunjukkan gejala yang lebih banyak.
Pemilik mungkin malah akan langsung menemukan potongan segmentasi cacing ini pada kotoran kucing atau di sekitar anus kucing. Bentuknya mirip cacing kremi atau belatung yang berwarna putih kekuningan.
Obat yang digunakan dokter hewan untuk mengatasi cacing pita ini biasanya mengandung epsiprantel, praziquantel, dan fenbendazole. Penanganan untuk kutu kucing juga sangat dibutuhkan. Dokter hewan akan meresepkan obat dengan dosis yang paling sesuai untuk si anabul kesayangan.
Selain itu, penting bagi kita untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungan agar tidak ada hewan kecil seperti kecoa, cicak atau tikus yang bisa menularkan cacing pita. Sebab cacing ini juga bisa menular kepada manusia, terutama anak-anak.
4. Cacing Jantung (Heart worms)
Cacing jantung (Dirofilaria immitis) adalah parasit berbahaya yang berpotensi mematikan. Parasit ini menginfeksi jantung, pembuluh darah dan paru-paru. Mereka akan ditularkan melalui gigitan nyamuk yang menjadi inang perantaranya.
Penyakit akibat cacing jantung merupakan infeksi yang serius, terjadi secara bertahap dan bisa berakibat fatal pada hewan peliharaan. Hanya ada beberapa gejala dan tanda-tanda awal infeksi yang tampak. Pada anjing, tindakan pencegahan bukanlah solusi utama pengobatan cacing ini. Sementara pada kucing, sama sekali belum ada obat yang mampu mengatasi infeksi cacing jantung.
Cacing jantung ditularkan oleh bayi cacing yang dibawa oleh nyamuk Anopheles. Ketika nyamuk menggigit si kucing, maka cacing akan memasuki aliran darah kucing dan mampu tumbuh dewasa hingga mencapai 30 cm. Cacing ini akan memilih jantung dan pembuluh darah paru-paru sebagai tempat tinggal, merusak dan melukai organ- organ tubuh bagian dalam.
Setelah berada di dalam tubuh inang, larva akan tumbuh menjadi cacing jantung dewasa dalam waktu sekitar 6 – 7 bulan. Cacing jantung bisa hidup selama 5 hingga 7 tahun pada anjing dan 2 hingga 3 tahun pada kucing.
Ketika di suatu lokasi ditemukan banyak nyamuk, maka secara otomatis infeksi cacing jantung akan berpotensi menular. Anjing lebih mudah tertular cacing ini daripada kucing, dan mereka juga merupakan “spesies inang alami” cacing jantung. Artinya, cacing jantung yang tinggal di tubuh anjing akan mampu untuk tumbuh dewasa, kawin, dan berkembangbiak. Ketika dibiarkan tanpa pencegahan, maka jumlah cacing jantung di tubuh anjing tersebut akan otomatis meningkat hingga berjumlah ratusan.
Meskipun cacing jantung lebih umum diderita oleh anjing daripada kucing, namun kucing tetap bisa terinfeksi cacing ini. Kondisi kucing yang terinfeksi akan menjadi sangat parah. Sejumlah kecil saja cacing jantung bisa langsung menyebabkan kondisi medis yang disebut “penyakit pernafasan akibat cacing jantung”. Kondisi ini adalah sebuah penyakit paru-paru yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas yang amat parah.
Sayangnya hingga hari ini belum ditemukan obat bagi kasus terinfeksi cacing jantung pada kucing, sehingga bentuk perlindungan yang bisa dilakukan hanyalah pencegahan setiap bulannya.
Tindakan pencegahan ini adalah pemberian obat tertentu yang wajib diberikan kepada kucingmu untuk melindungi mereka dari cacing jantung. Namun hingga hari ini, belum bisa dinyatakan bahwa tindakan pencegahan ini efektif untuk sepenuhnya mengeliminasi kemungkinan terinfeksinya kucing dari cacing jantung.
5. Cacing Paru-paru (Lung worms)
Ketika kucing meminum air yang terkontaminasi cacing paru atau berburu dan memakan burung atau tikus yang terinfeksi larva cacing ini, maka ia akan terinfeksi cacing paru. Ketika larva cacing telah mencapai usus si kucing, mereka akan menuju paru-paru dan berkembang menjadi cacing dewasa untuk bertelur.
Cacing paru bisa dikeluarkan dari tubuh ketika batuk atau melalui kotoran kucing. Cacing ini sering tidak terdiagnosis karena gejalanya -terutama pada masalah pernapasan- sangat mirip dengan gejala-gejala penyakit lain seperti bronkitis atau pneumonia. Namun beruntungnya, cacing paru adalah penyakit yang amat jarang ditemukan.
6. Cacing Cambuk (Whipworms)
Infeksi cacing cambuk (Trichuris sp.) pada kucing bisa menjadi sangat serius, meskipun kasusnya sangat jarang ditemukan. Parasit kecil ini masuk ke dalam tubuh ketika kucing mengonsumsi sesuatu yang mengandung telur mereka, seperti makanan, air, tanah, sisa kotoran atau daging binatang. Telur cacing cambuk mampu bertahan hidup di lingkungan sekitar hingga lima tahun.
Membutuhkan 11 minggu untuk menjadi dewasa dan mampu bertahan hidup di dalam tubuh inang hingga 16 bulan. Kucing yang terinfeksi oleh cacing cambuk ini mungkin akan menunjukkan tanda-tanda penurunan berat badan, masalah usus atau pencernaan, serta diare berdarah. Gejala ini mirip dengan gejala yang diakibatkan parvovirus, yakni penyakit distemper. Sehingga, sebaiknya segera bawa kucing anda ke dokter hewan ketika mengalami gejala di atas.
7. Cacing Perut (Stomach worms)
Cacing perut ditularkan melalui muntahan dari kucing yang terinfeksi cacing ini, dan parasit ini sangat umum ditemui pada kucing liar atau rumah tangga yang memiliki banyak kucing. Gejala cacing perut antara lain kehilangan nafsu makan, muntah terus menerus, malnutrisi dan penurunan berat badan, meskipun mungkin saja kucing yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun. Namun yang patut disyukuri, cacing perut mudah untuk diatasi dengan obat cacing.
8. Cacing Kandung Kemih / Sistiserkus (Bladder worms)
Sistiserkus tidak umum ditemui pada kucing dan amat jarang terdeteksi karena mereka tidak memiliki gejala klinis. Namun beberapa kucing yang terinfeksi amat parah dengan penyakit ini bisa menunjukkan tanda-tanda infeksi saluran kemih atau memang sudah terkena penyakit tersebut. Cacing kandung kemih dikeluarkan melalui air kencing kucing.
9. Cacing Hati (Liverflukes)

Jenis cacing pada kucing terakhir adalah Cacing Hati. Cacing hati pada kucing pada dasarnya menginfeksi usus halus, hati (liver), saluran pankreas, dan saluran empedu. Cacing hati kucing tinggal di air dan menginfeksi kucing melalui inang sekunder. Sebagai contoh, pertama-tama cacing hati akan menginfeksi inang perantara, misalnya siput darat.
Siput ini lalu dimakan oleh kadal atau katak yang akan menjadi inang sekunder cacing ini. Inang perantara sekunder ini lalu dimakan oleh kucing, yang akan menyebabkan kucing menjadi terinfeksi oleh cacing hati. Habitat alami liverflukes adalah wilayah subtropis yang hangat, seperti Florida dan Hawaii.
Itulah jenis cacing pada kucing yang senang tinggal di tubuh anabul kesayangan kita. Jadi jangan lengah dan selalu berikan obat cacing pada para anabul ya!
Cat : artikel ini memuat beberapa informasi tambahan dari smalldoorvet.com