Tewasnya 170 Utusan Kekaisaran China dalam Puncak Perang Paregreg

Avatar photo

Porosmedia.com — Pada saat perang berkecamuk antara Majapahit barat dengan Majapahit timur berlangsung, Jawa kedatangan utusan kekaisaran China, dalam sejarah utusan-utusan tersebut dipimpin oleh laksamana Cheng-ho.

Utusan-utusan tersebut mendatangi tiap-tiap kerajaan termasuk didalamnya Majapahit barat dan Timur, pada saat menjadi tamu di Istana Kerajaan Majapahit timur inilah, pucak dari perang Paregreg meletus. Kejadian tersebut diperkirakan terjadi pada tahun 1406 masehi.

Pada tahun itu pihak Majapahit Barat yang dipimpin Bre Tumapel (Putra Wikramardana) menyerbu Majapahit timur, dalam penyerbuan ini pasukan Bre Tumapel berhasil menghancurkan pasukan Majapahit timur, bahkan berhasil menduduki Istana, dalam peristiwa perang kota dan perebutan Istana ini sebanayak 170 utusan kekaisaran China, yaitu bagian dari orang-orang China rombongan laksaman Cheng-ho ikut terbunuh.

Dalam penyerangan itu, Bre Wirabhumi dikisahkan melarikan diri dari Istan dengan menggunakan perahu, akan tetapi pelariannya ini tidak berhasil, ia ditangkap dan untuk kemudian ia dipenggal oleh Raden Gajah (Narapati) yang kala itu menjabat sebagai Anggabaya.

Kepala Bre Wirabhumi kemudian dibawa kehadapan Raja Majapahit barat. Setelah terbunuhnya Bre Wirabhumi, Majapahit kemudian resmi menjadi satu kerajaan lagi, sebab Kerajaan Majapahit timur telah runtuh.

Baca juga:  Dana MDIF membawa peran (Negatif)  Ideologi Barat kepada Publik Tanah Air Indonesia tercinta

Terbunuhnya 170 utusan kekaisaran China kemudian membuat masalah baru bagi kerajaan Majapahit barat, Kaisar China memprotes tindakan tersebut, mereka melayangkan keberatan, dan meminta ganti rugi dari tewasnya ratusan pasukan mereka.

Tragedi ini kemudian memaksa Majapahit barat untuk membayar ganti rugi sebanyak 60.000 tahil emas kepada China. Majapahit barat yang kala itu baru saja selesai perang dan menyatukan kerajaan, tentu kas kerajaannya terkuras habis, oleh sebab itu Kerajaan akhirnya mengangsur biyaya ganti rugi tersebut kepada kekaisaran China.

Ma-Huan selaku sekertaris Cengho mencatat bahwa sampai tahun 1408M yaitu 2 tahun selepas tragedi puncak perang Paregreg yang menyebabkan terbunuhnya 170 utasan China, Majapahit baru membayar sebanyak 10.000 tahil emas. Namun karena kasihan terhadap kondisi Majapahit yang sedang terpuruk, sekaligus ingin menjalin persahabatan yang baik dengan Majapahit Kaisar Yung-Lo kemudian membebaskan biyaya ganti rugi itu.