‎Revitalisasi Pasar di Bandung: Proyek Ambisius atau Kebijakan Abai Realitas?

Avatar photo

Porosmedia.com, Bandung – Wacana revitalisasi pasar rakyat di Kota Bandung kembali memicu gelombang penolakan. Kali ini, perwakilan masyarakat dan aliansi aktivis menolak mentah-mentah rencana revitalisasi tiga pasar besar—Ciroyom, Cijerah, dan Sederhana—dengan mendatangi Gedung DPRD serta Inspektorat Kota Bandung. Mereka yang digagas oleh Kang Gun atau Wa Kaboa menuntut pembatalan total rencana tersebut dan mengecam proyek revitalisasi sebagai bentuk kebijakan yang cacat nalar dan minim aspirasi.

‎Ini bukan kali pertama program “revitalisasi pasar” menjadi titik api. Alih-alih mengangkat derajat ekonomi kerakyatan, banyak proyek revitalisasi justru bermuara pada stagnasi ekonomi pedagang, konflik lahan, serta kemacetan hukum. Terbaru, Pasar Cihargeulis menjadi contoh konkret: proyek mangkrak, dana terkuras, dan pedagang merana, tegas Wa Kaboa, saat ditemui di salah satu Gedung milik Pemerintah Kota Bandung, Selasa (10/06/2025)

‎Selain penolakan revitalisasi Pasar, Aliansi masyarakat meminta agar Pemerintah Kota membuka ulang proses open bidding jajaran direksi dan pengawas Perumda Pasar.

‎Tak dipungkiri, tuntutan ini jelas menyentil integritas dan profesionalisme manajemen BUMD. Daripada itu, Wa Kaboa menduga ada kecurigaan kuat bahwa kebijakan dan proyek besar semacam ini justru dikuasai segelintir elit teknokrat yang tidak punya empati terhadap realitas lapangan.

‎Sementara itu, desakan agar Wali Kota memanggil Kepala Bagian Perekonomian sebagai Pembina BUMD menunjukkan adanya ketidaksinkronan di tubuh birokrasi sendiri. Apakah Wali Kota kehilangan kendali terhadap Perumda Pasar? Ataukah pembiaran terhadap kekacauan ini memang disengaja? Analisa Wa Kaboa yang mewakili rekan rekannya.

‎Perku diingat, lebih mendalam Wa Kaboa menjelaskan Ketika revitalisasi dipaksakan tanpa riset sosial dan konsultasi publik yang jujur, maka pasar bukan sedang dibenahi, tetapi sedang dijadikan komoditas proyek. Wajah Kota Bandung yang mengaku inklusif dan partisipatif justru tercoreng oleh arogansi kebijakan yang elitis dan anti-aspiratif pungkas Wa Kaboa.

‎Dalam seruan aksinya, massa menyuarakan empat tuntutan utama:

‎1. Pembatalan seluruh rencana revitalisasi untuk Pasar Ciroyom, Cijerah, dan Sederhana, yang dianggap tidak melalui proses partisipatif dan transparan.

‎2. Pemeriksaan terhadap proyek mangkrak Pasar Cihargeulis, yang hingga kini belum juga dimanfaatkan meski dana besar telah digelontorkan.

‎3. Openbidding ulang jajaran Direksi dan Pengawas Perumda Pasar, yang dianggap gagal menjalankan tata kelola profesional dan responsif terhadap kepentingan pedagang.

‎4. Pemanggilan Kabag Perekonomian oleh Wali Kota, karena perannya sebagai Pembina BUMD dinilai tidak optimal dalam mengawasi kinerja Perumda Pasar.

‎“Kami tidak menolak perubahan, tapi kami menolak arogansi kekuasaan yang membungkusnya dengan narasi ‘revitalisasi’. Ini soal hidup rakyat, bukan proyek dagang elite BUMD,” tegas seorang orator aksi.

Baca juga:  Oknum Karyawan Perumda Pasar : Diduga Gelapkan Dana MC dan Gunakan Nama Pedagang untuk Pinjaman Koperasi