PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Raksasa Tekstil Indonesia yang Pernah menjadi Kebanggaan

Avatar photo

Porosmedia.com – PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), raksasa tekstil Indonesia yang pernah menjadi kebanggaan nasional, kini menghadapi kenyataan pahit setelah dinyatakan pailit. Keputusan ini tidak hanya mengguncang industri tekstil, tetapi juga menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan.

Sejarah Kejayaan Sritex

Didirikan pada tahun 1966 di Sukoharjo, Jawa Tengah, Sritex berkembang menjadi salah satu produsen tekstil terbesar di Asia Tenggara. Perusahaan ini dikenal luas sebagai pemasok seragam militer untuk berbagai negara, termasuk Jerman, dan memiliki jaringan distribusi yang luas di pasar domestik dan internasional.

Penyebab Kepailitan

Pada Desember 2024, Mahkamah Agung menolak kasasi Sritex, mengukuhkan status pailit perusahaan tersebut. Beberapa faktor utama yang menyebabkan kondisi ini antara lain:

Beban Utang yang Tinggi: Sritex memiliki total utang sebesar Rp14,6 triliun kepada 27 bank dan 3 perusahaan pembiayaan.

Krisis Likuiditas: Pemblokiran rekening perusahaan oleh pengadilan menghambat arus kas, mengganggu aktivitas impor bahan baku dan ekspor produk.

Kekurangan Bahan Baku: Keterbatasan bahan baku menyebabkan penghentian produksi dan merumahkan ribuan karyawan.

Baca juga:  Pangdam III/Siliwangi Tinjau Lokasi Ledakan Munisi di Garut, 13 Orang Tewas

Ketidaksepakatan dengan Kurator: Perbedaan visi antara manajemen dan kurator mengenai kelangsungan operasional perusahaan memperburuk situasi.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Kepailitan Sritex berdampak langsung pada ribuan karyawan dan komunitas sekitar:

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK): Lebih dari 10.000 karyawan terkena PHK, dengan sebagian besar berasal dari pabrik di Sukoharjo.

Demo dan Tuntutan Karyawan: Sebanyak 10.000 karyawan berencana melakukan aksi demo di Jakarta, menuntut kejelasan nasib dan hak-hak mereka.

Upaya Pemerintah: Kementerian Ketenagakerjaan berkomitmen mengawal proses agar mantan karyawan dapat dipekerjakan kembali oleh investor baru.

Langkah Selanjutnya

Rapat kreditur memutuskan bahwa Sritex tidak akan melanjutkan usahanya, dan aset perusahaan akan dilelang untuk melunasi utang. Sementara itu, Bursa Efek Indonesia mempertimbangkan untuk menghapus pencatatan saham Sritex (SRIL) dari bursa.

Refleksi dan Pelajaran

Kasus Sritex menjadi pelajaran penting tentang pentingnya manajemen keuangan yang prudent, transparansi dalam pengelolaan perusahaan, dan perlunya pengawasan yang efektif dari pihak regulator. Dampak sosial dari kepailitan ini juga menyoroti perlunya perlindungan yang lebih baik bagi pekerja dalam menghadapi krisis perusahaan.

Baca juga:  Diantara Nikmat Yang Terbesar Adalah Nikmat Aman