Porosmedia.com, Jakarta – Anggota DPRD DKI Jakarta Josephine Simanjuntak mendorong Pemanfaatan kawasan Banjir Kanal Timur (BKT) dinilai memiliki potensi besar untuk menjadi ruang interaksi warga, khususnya bagi anak-anak muda di Jakarta Timur. Selain sebagai ruang terbuka hijau, kawasan tersebut disebut dapat menjadi alternatif tempat berkumpul yang aman, nyaman, dan terjangkau.
BKT seharusnya tidak hanya difungsikan sebagai sarana pengendali banjir, tetapi dapat dikembangkan menjadi pusat kegiatan masyarakat.
“Harapannya, BKT bisa menjadi lahan untuk interaksi antarwarga, ruang terbuka yang tertata rapi, ada Wi-Fi, kuliner yang teratur, dan tidak menimbulkan kemacetan,” ujarnya.
Menurutnya, Gubernur DKI Pramono Anung perlu memiliki komitmen kuat untuk menata kawasan tersebut. Ia mencontohkan masih banyak anak dan remaja dari keluarga berpenghasilan rendah yang terpaksa menghabiskan waktu nongkrong di area flyover karena tidak memiliki akses ke fasilitas seperti di restoran cepat saji.
“Anak-anak dari keluarga mampu bisa nongkrong di McDonald’s, dapat AC, Wi-Fi gratis, sambil mengerjakan PR. Tapi anak-anak yang kurang mampu akhirnya nongkrong di flyover, minum kopi murah, dan berkumpul di tempat yang tidak aman. Ini menimbulkan kecemburuan sosial,” jelasnya.
Ia menilai konsep ruang terbuka hijau yang nyaman bisa menjadi solusi untuk menghapus kesenjangan tersebut. Ruang publik yang dilengkapi fasilitas dasar, area kuliner rakyat, hingga area bermain dapat membuat anak-anak merasa setara dan memiliki ruang yang positif.
Selain itu, ia menyebut beberapa ruang publik yang sudah dibangun melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) seperti dari United Tractor dapat menjadi contoh. Fasilitas seperti area sepeda, skateboard, maupun ruang bermain anak disebut berhasil mendorong aktivitas fisik dan interaksi sosial.
“Kalau anak-anak hanya menghabiskan waktu di dalam ruangan dengan Wi-Fi, mereka jarang bergerak. Risiko obesitas dan penyakit makin tinggi. Ruang terbuka yang bersih dan nyaman akan membuat mereka lebih sehat dan aktif,” tambahnya.
Meski beberapa taman kota di Jakarta sudah dilengkapi Wi-Fi gratis, seperti Taman Suropati di Menteng, fasilitas serupa dinilai belum merata terutama di wilayah timur. Ia membandingkan dengan Kota Depok yang sudah memiliki taman gratis dengan akses internet untuk masyarakat.
Ia menegaskan bahwa penataan ruang publik tidak boleh berhenti pada pembangunan taman di kolong jembatan atau kolong tol.
“Jakarta ini banyak tempat yang bisa dijadikan taman. Persoalannya hanya ada di niat pemerintah: mau atau tidak menggelontorkan dana dan punya tahapan jelas,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya pengawasan di ruang terbuka agar tidak terjadi tindakan asusila ataupun gangguan bagi pedagang dan pengunjung. “Pemasangan CCTV dan kehadiran aparat menjadi kewajiban agar ruang publik tetap aman,” ujarnya.
Menurutnya, pembangunan fasilitas publik yang layak merupakan bagian penting dari upaya menjadikan Jakarta sebagai Global City. Namun hal itu hanya dapat dicapai melalui tahapan yang jelas dan konsisten.
“Global City tidak mungkin dicapai tiba-tiba. Pemerintah harus punya tahapan. Kalau tidak, rakyat akan bertanya apa yang sebenarnya dikerjakan,” pungkasnya.







