Porosmedia.com — Rosmalida Soedrajat, lebih dikenal dengan nama panggung Malyda, Ia lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 9 Juli 1963.
Malyda dikenal dengan suara tipis namun ekspresif, gaya menyanyi genit dan manja, serta penampilan panggung yang energik dan kerap seksi, yang membuatnya dijuluki “Jody Watley Indonesia” karena kemiripan gaya dengan penyanyi Amerika tersebut.
Malyda, yang berdarah Minang, adalah anak keempat dari enam bersaudara. Ia memulai karier musiknya pada 1983, diawali dengan menyanyikan lagu tema untuk film, seperti “Lupakanlah” dalam OST Yang (1983) yang digarap oleh Billy J. Budiardjo.
Namun, namanya baru mulai dikenal setelah merilis album pop kreatif pertamanya, Detak Jantung (1987), bekerja sama dengan musisi Dodo Zakaria.
Sebelumnya, album debutnya Lelah Jiwaku (1986) masih bergenre pop mendayu-dayu atau “pop cengeng” dan belum begitu sukses.
Malyda meraih ketenaran besar melalui lagu “Semua Jadi Satu” dari album kompilasi 12 Bintang Idola (1987), yang terjual hingga 400.000 kopi, angka yang sangat besar untuk industri musik saat itu.
Lagu ini menjadi hit terbesarnya dan menandai kehadirannya sebagai penyanyi papan atas. Lagu-lagu lain seperti “Aku Jadi Bingung” (1988) dan “Nurlela” (1989) juga memperkuat popularitasnya.
Gaya musiknya yang dance-pop dengan ritme up-beat, ditambah penampilan panggung yang atraktif, membuatnya menonjol di antara penyanyi lain
Malyda juga aktif berkolaborasi dengan musisi ternama seperti Deddy Dhukun, Dian Pramana Poetra, Fariz RM, Dodo Zakaria, dan Billy J. Budiardjo, yang membimbingnya di awal karier.
Ia tergabung dalam dua grup musik terkenal:7 Bintang, bersama Dian Pramana Poetra, Deddy Dhukun, Fariz RM, Mus Mujiono, Yopie Latul, Trie Utami, dan Atiek CB.
Rumpies, bersama Vina Panduwinata, Atiek CB, Trie Utami, Memes, Yuni Shara, dan Ita Purnamasari, yang menghasilkan lagu hits seperti “Nurlela”.
Selain menyanyi, Malyda sempat menulis lagu untuk penyanyi lain sebelum “Semua Jadi Satu”, namun setelah itu ia tidak lagi menciptakan lagu untuk dirinya sendiri.
Beberapa album solonya meliputi Awas (1989) dan Menunda Fajar (1992), sementara ia juga tampil sebagai backing vocalist dalam proyek seperti album Keraguan (1987) oleh grup 2D.
Malyda memutuskan mundur dari dunia hiburan setelah menikah pada awal 1990-an untuk fokus pada kehidupan keluarga. Pernikahan pertamanya yang berlangsung selama 11 tahun berakhir dengan perceraian, dan ia menikah lagi pada 2006 dengan Bob H.A.S. Djanegara.
Ia juga beralih ke dunia bisnis, membuka butik busana impor di Hotel Preanger, Bandung, dan Pasaraya Blok M, Jakarta, sebelum beralih ke butik pakaian dalam (lingerie) yang menggunakan namanya.
Pada 2013, Malyda beralih profesi menjadi desainer busana muslim dan bergabung dengan Ikatan Perancang Busana Muslim (IPBM) Jawa Barat.
Desainnya, yang dinamai “Aurora”, menonjol dengan warna cerah dan bordir payet handmade. Ia juga pernah menjadi penata busana untuk penyanyi seperti Krisdayanti, Yuni Shara, Ruth Sahanaya, dan Meriam Bellina antara 1993 hingga 2006.
Pada 2003, Malyda kembali ke dunia musik dengan merilis album kompilasi The Best of Malyda bersama Target Pop, yang berisi lagu-lagu hits lamanya ditambah dua lagu baru: “Datang Kasih Datang Sayang” (ciptaan Dian Pramana Poetra dan Deddy Dhukun) dan “Andaiku Sanggup” (ciptaan Yudis Dwikorana dan Ipey), yang menjadi lagu resmi film Rumah Hantu.
Ia juga tampil dalam konser “Reuni Rumpies 2008” di Jakarta, membawakan lagu-lagu seperti “Semua Jadi Satu” dan “Nurlela”. Meski telah mengenakan jilbab, ia tetap tampil atraktif dengan vokal yang masih khas.
Namun, Malyda menolak tampil lagi di acara tembang kenangan di televisi, merasa asing dengan dunia hiburan. Pada 2021, saat Rumpies berencana reuni, Malyda tidak bergabung karena ingin fokus sebagai ibu rumah tangga.
Malyda meninggal dunia pada 25 Februari 2025 pukul 09:40 WIB di usia 61 tahun di RS Medistra, Jakarta. Jenazahnya dimakamkan pada hari yang sama di makam keluarga di Tonjong, Bogor, setelah disemayamkan di rumah duka di Cimanggis, Depok.
Malyda dikenang sebagai penyanyi berbakat dengan suara unik dan gaya panggung yang ikonik, meninggalkan jejak emas dalam sejarah musik pop Indonesia melalui lagu-lagu seperti “Semua Jadi Satu”, “Aku Jadi Bingung”, dan “Nurlela”.
Diskografi :
* Lelah Jiwaku (1986)
* Detak Jantung (1987)
* Awas (1989)
* Menunda Fajar (1992)
📰 Sumber : Wikipedia
📷 Foto : Berbagai Sumber