Membongkar Tabir Kebohongan Industri Rokok: Catatan Kritis dari Bandung untuk Indonesia

Avatar photo

Porosmedia.com – Bandung kembali menjadi medan dialektika publik. Pada Kamis, 22 Mei 2025, auditorium Poltekkes Bandung akan menjadi saksi perhelatan intelektual bertajuk “Giant Pack of Lies Part 2 – Final Chapter”, sebuah diskusi dan bedah buku yang menyasar langsung jantung kebohongan industri rokok yang selama ini lolos dari sorotan kritis publik arus utama. Agenda ini bukan sekadar peluncuran buku; ini adalah bentuk perlawanan intelektual terhadap sistem yang terus-menerus melanggengkan ilusi demi keuntungan korporasi raksasa.

Industri rokok di Indonesia adalah kekuatan besar—bukan hanya secara ekonomi, tetapi juga secara politik dan kultural. Namun di balik retorika tentang “kontribusi terhadap negara” atau “penopang UMKM tembakau”, industri ini menyimpan banyak narasi manipulatif yang secara sistematis dikonstruksi untuk mempengaruhi kebijakan publik, menunda regulasi, dan menutupi jejak kerusakan kesehatan yang ditimbulkan.

Buku Giant Pack of Lies edisi kedua ini secara tegas membongkar bagaimana industri rokok menggunakan berbagai taktik, mulai dari pendanaan riset abal-abal, kooptasi media, pelibatan akademisi bayaran, hingga kampanye CSR bertopeng filantropi, untuk mengaburkan fakta ilmiah yang menyudutkan mereka. Termasuk di antaranya intervensi dalam penyusunan RPP Kesehatan, pengaruh dalam pelonggaran iklan rokok digital, serta pembiaran pemasaran terselubung yang menyasar generasi muda.

Baca juga:  Bertempat di SD Shabilla Kota Batam, Kapolda KEPRI Hadiri Vaksinasi Serentak Indonesia Secara Virtual

Pemilihan Bandung sebagai penutup rangkaian acara bukan tanpa makna. Kota ini adalah salah satu pusat populasi muda, mahasiswa, dan kampus-kampus besar yang menjadi target strategis industri rokok. Dalam konteks ini, Bandung mewakili arena kontestasi antara pengetahuan kritis dan pengaruh korporat.

Di tengah membanjirnya promosi rokok dalam berbagai bentuk kreatif dan digital, forum ini hadir sebagai kontra-narasi. Ia menjadi ruang refleksi, membuka diskusi publik yang selama ini tertutup rapat oleh dominasi wacana pro-industri, serta menyajikan bukti-bukti akademik dan fakta lapangan yang selama ini tak pernah muncul dalam media arus utama yang cenderung kompromistis.

Penting dicatat, bahwa diskusi ini bukanlah gerakan anti-perokok secara personal. Ini adalah kritik struktural terhadap sistem industri yang menormalisasi konsumsi produk adiktif di ruang publik, menyasar kelas bawah, dan memproduksi generasi yang sakit di masa depan.

Indonesia adalah satu dari sedikit negara di dunia yang belum meratifikasi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control), dan fakta ini mencerminkan betapa kuatnya lobi industri di tingkat eksekutif dan legislatif. Dalam konteks ini, bedah buku ini tak sekadar menjadi forum diskusi, tetapi bagian dari gerakan advokasi berbasis pengetahuan yang mendesak pemerintah untuk berpihak pada kesehatan rakyat, bukan pada keuntungan korporasi.

Baca juga:  Silmy Kariem dicari NKRI untuk menyembuhkan Pertamina yang sedang sakit

Acara Giant Pack of Lies Pt.2 – Final Chapter di Bandung bukan sekadar kegiatan akademik, tapi langkah konkret dalam membangun kesadaran kritis dan memperluas partisipasi publik dalam mengawal kebijakan kesehatan. Ini adalah ajakan terbuka untuk tidak diam, untuk melawan kebohongan sistematis, dan untuk menuntut negara agar hadir dalam melindungi generasi masa depan dari jebakan adiksi yang ditanam secara masif dan manipulatif.

Sebagaimana pesan dari forum ini, “Kebenaran tidak bisa dibeli. Tapi kebohongan selalu punya dana tak terbatas.” Maka, kini saatnya publik bergerak bersama.