Kurang Satu Dinar

Avatar photo

Porosmedia.com — Diriwayatkan ada seorang Raja yang hidupnya tidak bisa tenang, selalu banyak pikiran.

Sang Raja bosan dengan rutinitas dan tanggung jawab yang diamanahkan kepadanya.
Hingga suatu saat, sang Raja melihat pembantunya

Sang Raja heran, pembantunya yang hanya bekerja sebagai bawahan tapi mengapa ia terlihat begitu bahagia.

Hidupnya tenang, selalu ceria, sedangkan si Raja, yang menjadi orang tertinggi di negara itu, kenapa hidupnya tidak bisa sebahagia pembantunya?

Sang raja pun memanggil perdana mentrinya.

Raja bertanya kepada perdana mentri,

Raja:
“Wahai perdana mentriku, lihatlah itu si fulan (pembantu)!
Kenapa hidupnya terlihat begitu bahagia, sedangkan aku?
Aku seorang raja, tapi kenapa aku tidak bisa merasa bahagia sepertinya?”

Perdana mentri:
“Wahai rajaku, ketahuilah bahwasanya si pembantu bisa hidup sedemikian bahagia, senang dan tenang karena ia senantiasa merasa cukup dengan apa yang ia dapatkan, bersyukur atas pemberian Allahسبحا نه و تعا لى atasnya.”

Raja:
“Apakah karena itu hidupnya senantiasa bahagia?”

Perdana mentri:
“Betul wahai rajaku.
Kalau engkau tidak percaya, engkau bisa mengujinya.

Baca juga:  Temukan Jati Diri dengan Memahami Uqdatul Kubro

Kirimkan kepadanya hadiah uang, tuliskan dalam amplopnya 100 dinar tapi masukkan kedalamnya 99 dinar!”

Raja:
*”Baiklah, jalankan usulmu itu wahai perdana mentriku!”

Perdana mentri pun mengirim hadiah uang kepada si pembantu.

Amplop berisi uang 99 dinar, namun dibagian luar amplop dituliskan 100 dinar.

Hadiah itu diletakkan di depan rumah si pembantu.

Ketika si pembantu pulang, ia girang luar biasa mendapati hadiah tersebut.

Ia pun menghitung uang diamplop tersebut dan mendapati bahwa isinya kurang satu dinar.

Ia ragu, dihitungnya kembali uang itu berkali-kali namun tetap ia dapati kurang satu dirham.

Dengan kebingungan si pembantu mencari uang satu dinar tersebut, dicarinya disekeliling rumah, di hitung berkali-kali sampai-sampai ia tidak tidur semalaman karena mencari uang satu dinar itu.

Keesokan harinya, si pembantu datang ke Istana dalam keadaan murung, lusuh kecapekan mencari uang satu dinar sampai tidak tidur semalaman.

Sang raja yang melihat pembantunya datang dalam keadaan seperti itu pun heran.

Raja memanggil perdana mentri dan bertanya

Baca juga:  Kemenag Tampung Aspirasi PPIU Soal Umrah Ditengah Gelombang Omicron

Raja:
*”Wahai perdana mentriku, kenapa sekarang si fulan (pembantu) datang dalam keadaan seperti itu, ia terlihat sedih dan murung sepanjang waktu, bukankah ia telah mendapatkan hadiah uang dariku?”

Perdana mentri:
“Itulah wahai rajaku, selama ini ia bahagia karena senantiasa merasa cukup dan mensyukuri apa yang ia dapatkan.
Namun sekarang, ia bersedih karena ia memikirkan uang satu dinar sampai-sampai ia lupa bahwa ia telah memiliki uang 99 dinar.”

Subhanallah…

Sumber: Ceramah Syekh Afifuddin Al-Jaelani