Budaya  

Krisis Jurnalisme di Gaza: Lebih dari 200 Jurnalis Tewas, Dunia Bungkam

Avatar photo

Porosmedia.com — Dalam sebuah pernyataan yang mengguncang komunitas pers internasional, Sekretaris Jenderal Federasi Internasional Jurnalis (IFJ), Anthony Bellanger, menyebut situasi saat ini sebagai “fase terburuk dalam sejarah jurnalisme.” Pernyataan ini disampaikan dalam acara solidaritas di Brussels, Belgia, yang dihadiri oleh jurnalis dan perwakilan lembaga media internasional, sebagai bentuk dukungan terhadap jurnalis Palestina, khususnya di Jalur Gaza.

Statistik Mengerikan

Sejak dimulainya konflik pada 7 Oktober 2023, lebih dari 210 jurnalis telah kehilangan nyawa mereka akibat serangan militer Israel di Gaza. Data dari IFJ menunjukkan bahwa pada tahun 2024 saja, 104 jurnalis dan pekerja media tewas di seluruh dunia, dengan lebih dari setengahnya terjadi di Gaza. Angka ini menjadikan tahun 2024 sebagai salah satu tahun paling mematikan bagi jurnalis dalam sejarah modern.

Menurut laporan dari Gaza Government Media Office, jumlah jurnalis yang tewas sejak awal perang mencapai 192 orang. Sebagian besar dari mereka adalah jurnalis Palestina yang bekerja di lapangan untuk melaporkan situasi kemanusiaan yang memburuk di wilayah tersebut.

Baca juga:  Baladhika Adhyaksa Kota Bandung tetap teguh Awasi tindakan Korupsi di Kota Bandung

Serangan Terhadap Kebebasan Pers

Bellanger menegaskan bahwa banyak jurnalis di Gaza menjadi target serangan yang disengaja. “Ini adalah pembantaian yang terjadi di depan mata dunia,” katanya. “Banyak jurnalis yang menjadi sasaran secara langsung, sementara yang lain tewas karena berada di tempat yang salah pada waktu yang salah.”

Selain korban jiwa, infrastruktur media di Gaza juga mengalami kerusakan parah. Banyak kantor berita dan fasilitas media hancur akibat serangan udara, menghambat upaya peliputan dan penyebaran informasi dari wilayah konflik.

Tuntutan Internasional

IFJ dan organisasi jurnalis lainnya mendesak komunitas internasional, termasuk Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk mengambil tindakan konkret dalam melindungi jurnalis dan menegakkan kebebasan pers. Mereka juga menyerukan agar Israel mematuhi hukum internasional yang melindungi jurnalis sebagai warga sipil dalam konflik bersenjata.

“Kebebasan pers adalah pilar demokrasi dan hak asasi manusia,” ujar Bellanger. “Ketika jurnalis dibungkam melalui kekerasan, masyarakat kehilangan hak mereka untuk mengetahui kebenaran.”

Situasi di Gaza mencerminkan krisis kebebasan pers yang mendalam, di mana jurnalis tidak hanya menghadapi risiko kehilangan nyawa, tetapi juga menghadapi tantangan dalam menyampaikan informasi yang akurat kepada dunia. Komunitas internasional dituntut untuk tidak tinggal diam dan segera mengambil langkah-langkah untuk melindungi jurnalis serta menegakkan prinsip-prinsip kebebasan pers di wilayah konflik.

Baca juga:  Purna Tugas ASN harus bisa Mentauladani Sikap Adil dan Dipercaya Masyarakat