Porosmedia.com – Diceritakan dalam kitab Muqasyafatul Qulub karya imam Al Ghazali, pada suatu malam di bulan Ramadan, Nabi Muhammad SAW sedang berkumpul dengan para sahabat. Tiba-tiba seorang sahabat melihat Nabi Muhammad SAW tersenyum lalu bertanya,
“Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah?”
Rasulullah menjawab,
“Diperlihatkan kepadaku hari akhir ketika semua manusia dikumpulkan di padang mahsyar. Semua Nabi dan Rasul berkumpul bersama umatnya masing-masing kemudian masuk ke surga. Ada salah seorang nabi dengan membawa pedang, tidak memiliki pengikut satupun, masuk ke dalam surga. Dia adalah Sam’un.”
Sam’un alias Samson alias Simson dalam bahasa ibrani merupakan salah seorang Nabi dalam ajaran agama Islam yang dikenal dengan nama Sam’un Ghozi Alaihi Salam.
Beliau adalah orang yang memiliki kekuatan super luar biasa dan tak terkalahkan. Allah Swt memberikan mukjizat kepada Nabi Sam’un yang bisa melunakkan besi, memutus rantai yang besar serta merobohkan istana.
Nabi Sam’un berasal dari Palestina tepatnya Ghaza atau Gaza. Beliau diutus berdakwah untuk kaum Bani Israil di tanah Romawi. Nabi Sam’un memiliki sebuah senjata mirip pedang yang terbuat dari rahang unta bernama Liha Jamal.
Konon ceritanya hanya dengan pedang tersebut, Nabi Sam’un telah membunuh ribuan kaum kafir. Ketika Nabi Sam’un haus, pedang itu dapat mengeluarkan air. Dan ketika beliau lapar, pedang itu bisa menumbuhkan daging.
Pada masa itu paganisme tumbuh begitu subur di kalangan Bani Israil. Semua orang menjadi penyembah berhala dan hanya mementingkan harta benda. Maka diutuslah Nabi Sam’un untuk menyampaikan risalah Allah Swt dengan penuh ketakwaan.
Dalam berdakwah, beliau selalu menyebut ‘Laa ilaaha ilallah’ artinya Tiada Tuhan Selain Allah. Namun karena begitu sesatnya mereka, hingga Nabi Sam’un tidak memiliki pengikut satu orangpun.
Hal itu tak menjadi masalah baginya. Dengan katangguhan dan kekuatan yang dimiliki, Nabi Sam’un terus menentang penguasa pada waktu itu bernama Raja Israil.
Nabi Sam’un Ghozi selalu memenangkan pertempuran melawan kaum kafir dan tidak pernah kalah. Kaum kafir sampai ketakutan dibuatnya. Hingga akhirnya Raja Israil memakai cara-cara licik untuk menaklukkan Nabi Sam’un.
Sang Raja mengadakan sayembara kepada siapa saja yang berhasil mengikat dan membawa Nabi Sam’un ke istana, maka akan diberikan imbalan emas dan permata yang sangat banyak.
Raja kemudian mempunyai ide untuk menawarkan hadiah kepada istri Nabi Sam’un.
Raja bertanya,
“Wahai istri Sam’un, apakah kamu mencintai suamimu?”
Sang istri menjawab,
“Tentu saja raja”
Kemudian Raja bertanya lagi,
“Kamu tahu kan bahwa suamimu membuat kita semuanya ketakutan”
Sang istri berkata,
“Tentu saya juga tahu itu Raja”
Raja lantas memberikan penawaran kepada istri Nabi Sam’un,
“Maukah kamu menaklukkan suamimu dan membawanya ke istana? Atas keberhasilanmu kelak akan diberikan imbalan berupa emas dan permata yang berlimpah.”
Tergiur akan penawaran sang Raja, maka istri Nabi Sam’un pun menyanggupinya dan berkata,
“Baik Raja, saya siap.”
Kemudian oleh Raja diberikanlah tali untuk mengikat tubuh Nabi Sam’un.
Percobaan di hari pertama, sang istri menunggu Nabi Sam’un yang sedang salat, namun karena terlalu lama akhirnya sang istri mengantuk hingga ketiduran.
Hari berikutnya ketika Nabi Sam’un sedang tertidur, sang istri kemudian mengikat badannya. Nabi Sam’un lantas terbangun dan bertanya,
“Wahai istriku, apakah engkau yang mengikat tubuhku?”
sang isrtri menjawab,
“Aku hanya mencoba seberapa kuatkah dirimu.”
Kemudian tanpa kesulitan tali itu diputus Nabi Sam’un dan terlepas dari tubuhnya.
Percobaan ketiga pun menemui hal yang sama. Karena selalu tidak berhasil, akhirnya sang istri menggunakan strategi rayuan. Dia bertanya kepada Nabi Sam’un.
“Wahai suamiku, apakah gerangan yang bisa mengalahkanmu?”
Karena cinta dan sayangnya Nabi Sam’un kepada sang istri, beliau kemudian lantas menjawab,
“Ikatlah tubuhku dengan rambut-rambutku, maka itulah yang sebenarnya membuatku lemah.”
Nabi Sam’un memiliki rambut yang sangat panjang hingga menyentuh tanah. Maka keesokan harinya sang istri pun mengikat tubuh Nabi Sam’un dengan potongan rambutnya sendiri.
Setelah lemah tak berdaya, sang istri mengabarkan kepada Raja Israil kemudian dibawalah tubuh Nabi Sam’un ke istana.
Disana beliau disiksa dan akan dibunuh secara perlahan. Kedua mata dibutakan, telinga, kaki dan tangannya pun dipotong.
Atas kejadian itu Allah Swt memerintahkan malaikat Jibril turun dan menemui Nabi Sam’un lalu bertanya,
“Apa yang engkau inginkan wahai nabiullah.”
Nabi Sam’un menjawab,
“Saya minta ampun atas kesalahan yang seharusnya tidak saya beritahukan kepada siapapun termasuk istri saya. Dan saya meminta agar kekuatan saya dikembalikan hingga bisa menggerakkan tiang istana ini.”
Seketika itu juga kekuatan Nabi Sam’un dikembalikan oleh Allah Swt, hingga beliau bisa menghancurkan tiang dan merobohkan istana. Reruntuhan istana menjatuhi masyarakat, sang Raja Israil dan bahkan istrinya sendiri, hanya Nabi Sam’un saja yang hidup.
Kemudian dikembalikan kedua kaki, tangan, telinga dan mata beliau. Nabi Sam’un kemudian bersumpah bahwa dia akan melawan kebatilan dan beribadah selama 1.000 bulan tanpa henti.
Dalam cerita nabi-nabi, Nabi Sam’un telah melaksanakan ibadah puasa di siang hari dan salat malam selama lebih kurang 1.000 bulan tanpa terputus.
Setelah mendengar kisah Nabi Sam’un Al Ghaszi AS, banyak sahabat Nabi Muhammad SAW yang terharu dan meneteskan air mata.
Lalu bertanyalah sahabat kepada Rasul,
“Wahai Rasulullah betapa besar ganjaran yang diterima Nabi Sam’un Al Ghozi AS, beliau memberantas kebatilan selama seribu bulan. Malamya beliau beribadah dan siangnya berpuasa serta berjihad. Sedangkan kami yang lemah ini tidak mampu melakukan ibadah itu.”
Nabi Muhammad SAW kemudian terdiam sejenak. Disaat itulah turun wahyu dari Allah Swt surat Al Qadr ayat 1-5 sebagai berikut:
اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنٰهُ فِىۡ لَيۡلَةِ الۡقَدۡرِ
Innaa anzalnaahu fii lailatil qadr (Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam qadar)
وَمَاۤ اَدۡرٰٮكَ مَا لَيۡلَةُ الۡقَدۡرِؕ
Wa maa adraaka ma lailatul qadr (Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?)
لَيۡلَةُ الۡقَدۡرِ ۙ خَيۡرٌ مِّنۡ اَلۡفِ شَهۡرٍؕ
Lailatul qadri khairum min alfii shahr (Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan)
تَنَزَّلُ الۡمَلٰٓٮِٕكَةُ وَالرُّوۡحُ فِيۡهَا بِاِذۡنِ رَبِّهِمۡۚ مِّنۡ كُلِّ اَمۡرٍ
Tanaz zalul malaa-ikatu war ruuhu fiiha bi izni-rab bihim min kulli amr (Pada malam itu turun para malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan)
سَلٰمٌ هِىَ حَتّٰى مَطۡلَعِ الۡفَجۡرِ
Salaamun hiya hattaa mat la’il fajr (Sejahterahlah (malam itu) hingga terbit fajar)
Rasulullah kemudian bersabda,
“Burulah malam lailatulqadar ini, kalian hanya mengamalkan satu malam dan mendapatkan malam lailatulqadar itu, maka kamu akan mendapatkan lebih baik daripada beribadah seribu bulan seperti Nabi Sam’un Al Ghozi AS.”
Tidak ada yang tahu kapan malam lailatulqadar itu hadir. Malam dimana cahaya surga menerangi bumi. Malam dimana Tuhan menyeka air mata dan dosa-dosa manusia.
Beberapa pendapat ulama menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak ibadah di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan untuk mendapatkan malam lailatulqadar.
Maka tidak ada salahnya pada kesempatan kali ini, kita sama2 untuk berbondong-bondong meningkatkan ibadah baik salat malam, membaca Al Quran hingga iktikaf di masjid guna memohon ampunan dan keridaan Allah Swt
*TANDA-TANDA MALAM LAILATUL QODAR*
Tanda Malam Lailatul Qadar, Salah Satunya
1.Langit Tampak Cerah
Malam itu langit tampak cerah tidak berawan. Suasana terlihat terang benderang, seolah-olah bulan menyinari bintang-bintang. Angin bertiup tenang, dan suhu udara tidak panas atau tidak dingin.
Dalam sebuah riwayat dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah SAW bersabda,
هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.
Artinya: Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadan). Dan tanda-tandanya ialah, pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyorot. (HR Muslim)
Adapula hadits lain dari Ibnu Abbas ia berkata, Rasulullah bersabda
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi)
2. Cahaya Matahari Pagi Redup
Dalam ceramahnya UAS menyebut cahaya matahari pagi redup karena malaikat-malaikat turun (dari langit ke bumi hingga) cahayanya mengalahkan cahaya matahari.
Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya tanda Lailatul Qadar adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadar adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu.” (HR Ahmad)
إن ليلة القدر ليلة سمحة طلقة لا حارة ولا باردة يطلع صبيحتها الشمس دائرة حمراء ليس لها شعاع
Artinya: “Sesungguhnya Lailatul Qadar adalah malam yang lembut, cerah, tidak panas dan tidak dingin. Pada pagi harinya matahari terbit bulat merah tanpa sinar.” (HR. Muslim)
3. Malam yang Tenang, Damai, dan Tidak Panas
Tanda malam lailatul qadar yang kedua adalah malam itu dipenuhi dengan ketenangan yang lebih baik dari biasanya.
Rasulullah SAW bersabda,
إنها ليلة سمحة طلقة لا حارة ولا باردة تجري على الناس رحمة فيها
Artinya: “Sesungguhnya malam itu adalah malam yang lembut, cerah, tidak panas dan tidak dingin. Pada malam itu turun rahmat kepada manusia.” (HR. Ahmad).
4. Bulan Nampak Separuh Bulat
Salah satu ciri alam pada malam Lailatul Qadar selanjutnya adalah kemunculan bulan yang hanya terlihat separuh bulatan. Sebagaimana dalam hadits,
“Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, ‘Kami pernah berdiskusi tentang Lailatul Qadar di sisi Rasulullah SAW, beliau berkata, ‘Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.’” (HR. Muslim).
5. Malam yang Penuh Cahaya
Malam lailatul qadar merupakan malam yang bercahaya baik di langit maupun di bumi.
Rasulullah SAW bersabda,
إنها ليلة طلقاء بيضاء كأنها صبح يومها لا تشبهها ليلة
Artinya: “Sesungguhnya malam itu adalah malam yang cerah putih seperti pagi harinya. Tidak ada malam yang menyerupainya.” (HR. Ahmad)
6. Matahari Cenderung Berwarna Putih
Ruhyat Ahmad dalam buku Panduan Ramadhan: Bekal Meraih Ramadhan Penuh Berkah menyebutkan hadits yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab RA,
هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةٍ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا
Artinya: “Malam itu adalah malam yang cerah, yaitu malam kedua puluh tujuh (dari bulan Ramadhan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru.” (HR Muslim no. 762).
*Keistimewaan Malam Lailatul Qadar*
Malam Lailatul Qadar begitu sangat dinanti dan diharapkan bisa didapatkan oleh umat Muslim. Berikut ini keistimewaan dari malam Lailatul Qadar:
1. Malaikat Turun ke Bumi
Malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya dan mengaminkan setiap doa-doa yang dipanjatkan pada malam itu. Malaikat akan turun dengan membawa kedamaian kepada manusia yang memanfaatkan malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan.
2. Penulisan Takdir dalam Satu Tahun di Lauhul Mahfuzh
Pada malam Lailatul Qadar, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mencatat seluruh takdir, mulai dari ajal, rezeki, dan lain sebagainya di Lauhul Mahfuzh selama satu tahun.
Oleh karena itu, setiap Muslim dianjurkan untuk selalu memperbanyak ibadah agar dirinya mendapatkan banyak rezeki dan keberkahan.
3. Malam Penuh Berkah
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan malam yang diberkahi dan menghapus segala dosa terdahulu umat Muslim yang beribadah ketika malam Lailatul Qadar.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al Quran surat Ad-Dukhan ayat 3 yang berbunyi:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan: 3).
4. Lebih Baik dari Seribu Bulan
Selama ini Lailatul Qadar disebut juga sebagai malam seribu bulan. Mengapa demikian? Hal ini ternyata berasal dari firman Allah SWT yang disampaikan dalam Al-Quran Surat Al-Qadr. Tepatnya pada ayat ke-3 yang berbunyi:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ٣
“Lailatul-qadri khairum min alfi syahr.”
Artinya: “Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.”
Merujuk dari buku ‘Shihab & Shihab Edisi Ramadhan’ yang disusun oleh M. Quraish Shihab bahwa yang dimaksud lebih baik daripada seribu bulan karena Lailatul Qadar kehebatannya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Bahkan kehebatan dari Lailatul Qadar hanya bisa diketahui oleh setiap muslim berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW.
5. Turunnya Para Malaikat
Selian lebih baik daripada seribu bulan, keutamaan malam Lailatul Qadar juga menjadi waktu bagi para malaikat untuk turun dan mengatur urusan manusia. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Qadr ayat 4 bahwa:
تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ ٤
“Tanazzalul-malâ’ikatu war-rûḫu fîhâ bi’idzni rabbihim, ming kulli amr.”
Artinya: Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.”
Masih merujuk dari buku yang sama, disampaikan bahwa selain mengatur semua urusan, para malaikat dan Jibril juga menyebarkan kebaikan. Dapat diketahui bahwa malaikat selalu membawa kebaikan. Hal ini pun membuat seseorang akan terdorong untuk melakukan kebaikan karena malaikat bersama diri mereka.
6. Dilimpahkan Kesejahteraan
Tak hanya didampingi oleh para malaikat, keistimewaan Lailatul Qadar juga menjadi waktu dilimpahkannya kesejahteraan. Hal ini seperti yang telah disampaikan dalam firman Allah SWT melalui Surat Al-Qadr ayat 5. Melalui ayat tersebut Allah SWT berfirman:
سَلٰمٌۛ هِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِࣖ ٥
“Salâmun hiya ḫattâ mathla’il-fajr.”
Artinya: “Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar.”
Dijelaskan dalam buku ‘Shihab & Shihab Edisi Ramadhan’, bahwa selama malam Lailatul Qadar hingga terbit fajar di pagi hari, seorang muslim bisa mendapatkan keutamaan dengan merasakan kedamaian selama waktu tersebut. Tak berhenti sampai di situ, bahkan disampaikan bahwa sampai terbitnya fajar juga dapat dimaknai sebagai kehidupan manusia di akhirat nantinya.
*Kapan Malam Lailatul Qadar turun*
1. Terjadi pada 10 Malam Terakhir Ramadan
Malam Lailatul Qadar terjadi di 10 hari terakhir pada bulan Ramadan. Rasulullah bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan.” (HR Bukhari dan Muslim).
2. Terjadi pada Malam Ganjil
Malam Lailatul Qadar lebih mungkin jatuh pada malam ganjil, maka malam yang harus dicari adalah malam ke-21, 23, 25, 27 dan 29. Rasulullah pernah bersabda,
لِتَاسِعَةٍ تَبْقَى لِسَابِعَةٍ تَبْقَى لِخَامِسَةٍ تَبْقَى لِثَالِثَةٍ تَبْقَى
“Bisa jadi Lailatul Qadar ada pada sembilan hari yang tersisa. Bisa jadi ada pada tujuh hari yang tersisa. Bisa jadi pula pada lima hari yang tersisa. Bisa juga pada tiga hari yang tersisa” (HR. Bukhari).
Dalam buku Fiqih Wanita oleh M. Abdul Ghoffar, dijelaskan malam lailatul qadar jatuh pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan. Tepatnya, pada malam-malam ganjil di bulan tersebut, yakni malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dan dua puluh sembilan.
Pernyataan tersebut didasarkan pada sebuah hadits. Rasulullah SAW pernah bersabda:
يَ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ – رواه أحمد والبخاري وأبو داود
Artinya: “Lailatul qadar itu berada pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadan.” (HR Ahmad, Al-Bukhari, dan Abu Dawud)
Keterangan tersebut sebetulnya dijelaskan pula dari salah satu riwayat dari Ubadah bin Ash Shamit dalam tafsir Ibnu Katsir. Rasulullah bersabda:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَيْلَةُ الْقَدْرِ فِيْ الْعَشْرِ الْبَوَاقِيْ, مَنْ قَامَهُنَّ ابْتِغَاءَ حِسْبَتِهِنَّ فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَغْفِرُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ, وَهِيَ لَيْلَةُ وِتْرٍ, تِسْعٌ أَوْ سَبْعٌ أَوْ خَامِسَةٌ أَوْ ثَالِثَةٌ أَوْ آخِرُ لَيْلَةٍ, وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ َ: إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيْهَا قَمَراً سَاطِعاً سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ, لاَ بَرْدَ فِيْهَا وَلاَ حَرَّ, وَلاَ يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيْهَا حَتَّى تُصْبِحَ, وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيْحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً, لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ, وَلاَ يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ.
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Lailatul Qadar (terjadi) pada sepuluh malam terakhir. Barangsiapa yang menghidupkan malam-malam itu karena berharap keutamaannya, maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang. Dan malam itu adalah pada malam ganjil, ke dua puluh sembilan, dua puluh tujuh, dua puluh lima, dua puluh tiga atau malam terakhir di bulan Ramadhan.”
Berdasarkan berbagai pendapat ulama, maka diprediksi bahwa malam Lailatul Qadar Ramadhan 2024 jatuh pada tanggal berikut.
• Malam 21 Ramadhan 2024: Minggu, 31 Maret 2024 malam Senin, 1 April 2024
• Malam 23 Ramadhan 2024: Selasa, 2 April 2024 malam Rabu, 3 April 2024
• Malam 27 Ramadhan 2024: Sabtu, 6 April 2024 malam Minggu, 7 April 2024
• Malam 29 Ramadhan 2024: Senin, 8 April 2024 malam Selasa, 9 April 2024
Demikianlah penjelasan mengenai tanda-tanda malam Lailatul Qadar. Karena tanda-tandanya belum tentu dapat dirasakan, alangkah lebih sempurna jika kita mengisi 10 malam terakhir Ramadan dengan beribadah dan berharap bertemu dengan malam Lailatul Qadar.
Semoga
Wallahu a’lam.