Porosmedia.com – Sebuah unggahan viral baru-baru ini menyebut nama Nur Afifah Balqis dalam konteks yang mengejutkan: “koruptor termuda yang inspiratif”. Judul seperti ini bukan hanya mengundang kontroversi, tetapi juga membingkai kejahatan sebagai prestasi, sesuatu yang jelas bertentangan dengan nilai moral dan akal sehat publik.
Perlu ditegaskan, Nur Afifah Balqis telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus dugaan korupsi dana aspirasi DPR RI yang menyeret sejumlah nama. Penetapan status tersebut tentu dilakukan melalui proses hukum yang sah dan berdasarkan bukti-bukti awal yang cukup menurut Undang-Undang.
Namun yang patut menjadi perhatian serius masyarakat adalah bagaimana narasi media (termasuk media sosial) bisa membentuk cara pandang publik terhadap suatu tindak pidana. Ketika seseorang yang masih sangat muda, dengan tampilan menarik dan citra populer, terjerat kasus hukum, lantas dibingkai dengan istilah seperti “inspiratif”, kita justru sedang menciptakan ruang pembenaran terhadap kejahatan publik.
Ada garis tegas antara menginspirasi karena prestasi dan menjadi sorotan karena pelanggaran hukum. Seorang anak muda yang aktif membangun masyarakat, menciptakan inovasi untuk rakyat, atau berjuang dalam jalur bersih dan transparan, adalah contoh inspirasi sejati. Bukan mereka yang harus berhadapan dengan aparat penegak hukum karena diduga terlibat dalam praktik yang merugikan negara.
Media memiliki tanggung jawab moral untuk tidak menggiring opini publik ke arah glorifikasi pelaku dugaan tindak pidana, siapa pun orangnya. Apalagi dalam konteks korupsi—kejahatan yang dampaknya sangat nyata bagi rakyat kecil dan kehidupan bernegara.
Sebagai bangsa yang tengah berjuang melawan korupsi dari akar ke akar, kita harus jernih melihat kasus ini sebagai pelajaran, bukan sensasi. Usia muda bukanlah alasan untuk dibela, dan wajah rupawan bukan pelindung dari hukum. Yang kita butuhkan adalah anak muda yang bersih, berani, dan jujur—bukan yang justru mengikis kepercayaan publik terhadap institusi negara.
Mari kita lawan narasi keliru. Sebab, korupsi bukan inspirasi. Ia adalah tragedi yang harus kita selesaikan bersama dengan integritas dan kesadaran kritis.
Tulisan ini tidak bertujuan untuk menghakimi secara pribadi, melainkan sebagai bentuk kritik terhadap framing media dan pentingnya etika pemberitaan.







