Porosmedia.com — Nama HM Fitno kini identik dengan julukan Crazy Rich Pondok Indah—bukan hanya karena kekayaannya, tetapi karena kebiasaan mulianya: bersedekah hingga puluhan juta rupiah setiap hari kepada kaum dhuafa, petugas kebersihan, hingga office boy.
Namun, di balik kehidupan mewah dan kedermawanannya yang luar biasa, tak banyak yang tahu bahwa Fitno pernah melalui masa-masa sulit. Lahir dan besar di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Fitno bukan berasal dari keluarga konglomerat. Ia merupakan anak bungsu dari sebelas bersaudara, tumbuh dari keluarga sederhana.
Selepas lulus dari SMA Negeri 2 Pangkal Pinang pada 1992, Fitno memantapkan hati untuk mengadu nasib di ibu kota. Dengan bekal uang hanya Rp50 ribu, ia merantau ke Jakarta pada 1995. Perjalanan hidupnya tak mudah—ratusan kali ia melamar pekerjaan, ratusan kali pula ia ditolak. Namun kegigihannya tak padam.
Akhirnya, pintu keberuntungan terbuka ketika ia diterima bekerja sebagai telemarketing di sebuah perusahaan. Gaji awalnya hanya Rp600 ribu per bulan, namun semangatnya jauh lebih besar dari nominal tersebut. Dua bulan berselang, ia memilih untuk meninggalkan pekerjaan itu demi mencari peluang yang lebih luas.
Fitno juga sempat merantau ke luar negeri, tepatnya ke Turki, untuk mencari pengalaman dan membangun jejaring. Dari titik-titik terjal inilah ia mulai menapaki tangga kesuksesan.
Kini, di tengah statusnya sebagai pengusaha sukses, HM Fitno tak pernah melupakan perjuangan masa lalunya. Sedekah bukan sekadar rutinitas, tetapi menjadi bagian dari filosofi hidupnya. Ia percaya bahwa harta bukan untuk ditimbun, melainkan disalurkan demi kebaikan bersama.
“Kekayaan tidak akan mengurangi apa pun jika terus digunakan untuk menolong orang lain,” ujar Fitno dalam salah satu unggahannya.
Kisah hidupnya menjadi inspirasi bahwa kegigihan, keyakinan, dan keikhlasan memberi bisa mengantar siapa pun pada pencapaian tertinggi—tanpa harus kehilangan sisi kemanusiaan.