Porosmedia.com – Sebuah berita menghentak datang dari ujung utara poros Bumiayu-Prupuk-Semedo. Tiga buah pecahan rahang bawah, bagian corpus mandibula, dengan beberapa gigi gerahamnya yang berukuran besar, lebih besar dibandingkan ukuran rahang orang utan (Pongo sp) jantan, telah ditemukan –yang berdasarkan matrik sedimen yang menempel pada fosil—dari lapisan berpasir di Situs Semedo, Kabupaten Slawi, Jawa Tengah
Sebuah pecahan rahang beridentitas Semedo 3417, ditemukan di dekat jembatan Blendug Petak Perhutani 33, dan dua buah fragmen corpus lainnya yang terkonkresi saling menempel menjadi satu, Semedo 3418, ditemukan di parit Damad, juga di Petak Perhutani 33. Ketiganya ditemukan oleh Dakri, penduduk setempat pelestari fosil, pada tahun 2014.
Analisis morfologis dan metrik yang lebih mendalam oleh Sofwan Noerwidi et al (2015) terhadap 3 pecahan rahang bawah bersama gigi-geligi gerahamnya ini menunjukkan identitasnya sebagai sisa-sisa *Gigantopithecus blackii*.
Penemuan tiga fosil Gigantopithecus di Situs Semedo merupakan data yang sama sekali baru bagi persebaran spesies ini.Gigantopithecus, kera besar, selama ini hanya dikenal umum hidup di daerah China, dan belakangan, ditemukan pula di Vietnam, dengan periode hidup sekitar 2.0 hingga 0.3 juta tahun yang lalu. Penemuan di Semedo ini mengajarkan kepada kita, bahwa mahluk ini ternyata juga hidup di Pulau Jawa, sebuah tempat yang jauh dari habitat umum mereka di China dan Vietnam.
Koenigswald menyatakan bahwa Gigantopithecus mempunyai pertalian erat dengan Ramapithecus dan Sivapithecus dari India. Situasi ini menimbulkan banyak permasalahan baru yang menuntut penelitian lebih seksama: bagaimana dan kapan jenis kera besar ini sampai ke Semedo, ke Pulau Jawa? Bagaimana distribusi geografis jenis ini di situs-situs paleontologis di Pulau Jawa, dan kapan mereka punah? Bersama dengan penemuan-penemuan Homo erectus (Semedo-1), fauna –termasuk tengkorak Mastodon– dan artefak di dalamnya, Semedo menjadi sedemikian unik sebagai situs paleontologis di Pulau Jawa.