Edisi ke VI diskusi JMSI : Cawagub PKS ini ungkap Persoalan dan Masalah serius di Jawa Barat

Jajat Sudrajat

Porosmedia.com, Bandung – lagi, Jurnalis Media Syber Indonesia (JMSI) menggelar kembali di edisi ke VI, Senin, 5 Agustus 2024, dengan menghadirkan narasumber Dr. H. Haru Suandharu (kandidat Gubernur Jabar dari PKS), yang pemikirannya akan dibahas oleh pengamat politik Unpad Dr. Firman Manan,  Dr. Affan Sulaeman, Pengamat Politik Unpad dan Sekretaris PW Muhammadiyah Dr. Iu Rusliana. Kali ini diskusi tak dilaksanakan di Sekretariat JMSI Jabar di Jl. Maskukambang No. 39 Bandung, melainkan di Teras Prive Coffee, Jl. Cikapayang No. 3 Dago, Bandung.

Berikut adalah narasumber di edisi VI dan sebelumnya:
1. Arfi Rafnialdi, S.T., M.B.A (Kandidat Walikota Bandung) 23 Juni 2024
2. Yena Iskandar Ma’soem, S.Si, Apt., M.M.R.S (Kandidat Walikota Bandung) 30 Juni 2024
3. Dr. Bima Arya (Kandidat Gubernur Jabar) 7 Juli 2024
4. Dr.-Ing. H. Ilham Akbar Habibie, Dipl.Ing., M.B.A. (Kandidat Gubernur Jabar) 14 Juli 2024
5. Ono Surono, S.T. (Kandidat Gubernur Jabar) 3 Agustus 2024
6. Dr. H. Haru Suandharu (Calon Gubernur Jabar dari Partai Keadilan Sejahtera)

Dimulai sekitar 16.24 WIB, Haru Suandharu memakai kemeja tangan pendek warna biru muda dan langsung duduk di kursi nara sumber di dampingi moderator sekaligus ketua JMSI Jabar Kang Sony.

Dimulai dengan ketidakpastian dan kurang percaya diri. kang Haru panggilan akrabnya mengungkapkan bahwa dirinya belum memiliki  Surat Keputusan untuk masuk bursa Calon Gubernur atau Wali Kota Bandung.

Bahkan dirinya mengakui PKS masih mencari yang terbaik. Apakah Kang Haru atau Wali Kota Depok yakni Ustad Idris, ucap Haru. “Saya masih menunggu keputusan. Tapi karena ajakan dari JMSI untuk bahas Jabar, saya akan terangkan apa yang saya tahu”, tutur Kang Haru.

Sebelum membahas Kang Haru sedikit bercanda karena para panelis disampingnya yaitu Dr. Firman Manan,  Dr. Affan Sulaeman dan Dr. Iu Rusliana adalah Dosen dan seakademis di UNPAD. “Serasa mau ujian semester dan bimbingan skripsi, canda Haru menghangatkan suasana.

Kata Haru di sesi pembukaan diakusi Jabar memiliki potensi anak muda yang produktif. Potensi tersebut harus didukung dengan kegiatan industri di manufaktur, pertanian, perkebunan dan perikanan. Pada bidang pariwisata, sebetulnya Jabar lebih bagus di bandung Bali. Tentunya bagi saya dan semua orang Jabar ini pekerjaan bersama. Minimalnya buka lowongan pekerjaan bagi kaum muda ini, tegas Haru.

Baca juga:  Pemkot Bandung Bentuk Satgas Penanganan Kedaruratan Sampah

Kang Haru juga berharap pemerintah harus memperbanyak balai latihan kerja. Kepentingan ini untuk para anak muda agar melahirkan tenaga profesional dan memiliki sertifikat internasional. Namun, hal tersebut bisa diciptakan jika pemerintah komitmen membantu maksimal.

” Ayoo, anak muda jangan terjebak dengan dunia motivasi,” ajak Kang Haru.

Di sisi lain, Kang Haru juga menyinggung persoalan pendapatan Jabar yang menurun. “Di tahun terakhir Kang Aher jadi Gubernur (Ahmad Heryawan, Red) pada 2018, APBD Jabar mencapai Rp48 triliun. Sementara sekarang, RAPBD 2025 cuma sekitar Rp30 triliun. Ini bahaya kalau APBD terus merosot,” kata kandidat Gubernur Jabar dari PKS ini. Malah alokasi pendapatan sepertinya lebih besar Kabupaten dan Kota. Gimana mau berpikir masalah yang lain jika pendapatan Jabar menurun drastis, tambah Kang Haru.

Begitulah kira kira pembukaan Kang Haru dalam Diskusi edisi ke VI JMSI Jabar. Agar lebih menghangatkan suasana. Giringan apik Kang Sony sekaligus Pimred dari RMOL Jabar membuka pertanyaan dan tanggapan dari panelis dan undangan yang hadir di suasana sore Teras Prive Coffee dengan interior minimalis yang nyaman.

Sesi Tanya Jawab bersama Kang Haru
Diawali Dr. Affan Sulaeman, Pengamat Politik Unpad, yang jadi panelis di Edisi Ilham Habibie dan Bima Arya. Menurut Affan Sulaeman menanggapi Kang Haru, bahwa mengamati Gubernur dari Pak Danny hingga Kang Aher “semuanya satu nafas” hanya beda pendapatnya saja. Dari 25 pemilih, seperti di Filipina. Seharusnya seorang Gubernur harus berpikir seperti pimpinan negara. Biarkan Bupati dan Wali Kota yang memiliki kewenangan dan Provinsi sebagai mediator.
Dari sinilah. Apakah Kang Haru akan mengekor atau memiliki inisiatif sendiri ?

Kang Haru : sebelum dan sesudah jadi Gubernur saya ingin belajar banyak kepada kepemimpinan Ustadz Aher. Begitu Emil sebagai Kakak kelas saya. ke kang ustadz Heryawan Gubernur yang lalu. Kang Emil kaka kelas saya. Saya mengerti.

Baca juga:  Perihal Lumpuhnya PDNs tampak "Ela Elo", Menkominfo harus Mundur

Wajah Jabar dan bandung adalah lukisan bersama dari semua wajah. Wajah dari aspek manapun. Berarti hanya bagaimana pendapatnya saja, dari semua yang berwenang. itu jawabannya sekarang, singkat Haru tanggapi pertanyaan Affan Sulaeman, yang menegaskan pemerintah harus hadir berkolaborasi dan fokus.

Pengamat politik Unpad Dr. Firman Manan : Kang Firman, mengajak Kang Haru untuk melihat dan menanggapi survei masalah di Jabar, yakni Ekonomi dan Infrastruktur. Selain itu masalah Intoleransi. Tapi kasus demi kasus tentang intoleransi sepertinya tidak ada. Karena itu apakah persoalan ini sengaja dibangun atau apa ?

Kang Haru : sebetulnya Jawa Barat Propinsi yang teraman. Apakah isu tersebut dilakukan oleh “cebok dan kampret”. Atau bunyi intoleransi adanya koalisi dari mereka. Atau cenderung ini permainan media.

Intoleransi sudah tidak pantas lagi di Jabar. Jangan diperuncing. Jabar baik-baik saja.

Sekretaris PW Muhammadiyah Dr. Iu Rusliana : menurut Kang Lu bahwa Kang Haru sedang menanti-nanti apakah ke Jabar atau ke Kota Bandung sebagai Calon Wali Kota. Tapi melihat Baligho Kang Haru sampai masuk ke pelosok Jabar Selatan, ucap Kang Lu.

Kang Lu berharap adanya kedekatan Ormas (Organisasi Ormas) dengan Gubernur. Karena Ormas betul-betul harus dilibatkan dalam membangun Jabar.

Kang Haru : setuju Kang, maka dari itu, persoalan Pendidikan saat ini yang mampu harus bayar. Kalau ngak mampu pemerintah yang bayar.

Begitu juga masalah kesehatan, banyak masalahnya. Musuh sekarang itu adalah pencitraan. Kepala daerah juga sibuk dengan popuritasnya. Tapi lupa dengan masalahnya, miris Akui Kang Haru.

Akbar life buzer media. Komunitas anak anak muda Cimahi , Kab. Bandung Barat : Di awal Kang Haru, ingin mengakui kekuatan anak muda. Tapi selama ini pemerintah juga kurang mengakomodir pemuda. Minimal yang suka musik diberikan sarana gratis. Hal ini saja, apakah pemerintah bisa bantu ?

Kang Haru : memang betul. Industri kreatif harus dibangun. Harus sama sama saling perbaiki, khususnya Industri kreatif dengan diberikan ruang seluas luasnya.

Tody Prabu, Mantan aktifis Trisakti. Komunitas Jabar unggul dan Indonesia unggul :  Prioritas apa ketika kang haru dalam konteks of the box bukan hanya sebagai rutinitas saja. Tapi harus sesuai dengan tuntutan publik.

Baca juga:  Pangdam III/Slw Pimpin Apel Gelar Pasukan “Ketupat Lodaya-2024

Pasalnya, kata Tody trens jabatan memikirkan pendapatan. Dan itu, jika goalnya bener. Kalau dikaitkan dengan Kebijakan pemerintah apakah itu jadi hambatan atau bagaimana?

Kang Haru : yang harus diprioritaskanadalah Sumber Daya Manusia, karena lewat SDM bisa melakukan prioritas mana yang perlu diperbaiki. Investasi terbesar harus SDM dan berkolaborasi. Dan pentahelik mengacu pada permasalahannya.

Di Jabar banyak aset pemerintah Jabar yang jadi idol. Untuk itu, Pemerintah harusnya memberikan perhatian bagi aset-aset yang idol.

Muhammad Zaki Mubarrok, S.S.CEO CJI (Citizen Journalism Interdependen) : berbeda dengan Kang Zaki yang mengajak Kang Haru untuk mencari solusi pada lahan kritis di Jabar yang sudah betul-betul kritis.

Kang Haru : terkait lahan kritis memang harus dipikirkan menjadi lahan yang disesuaikan dengan konsep food estate. Dan itu solusi untuk ketahanan pangan. ” Hentikan membeli bahan import. Pemerintah harus belanja hasil tani.

Rd. Hj. Hayati Setia Kartadinata, Dra., SIP, M.M. Ketua GTC Gemar Tafaqur Center, Pegiat & Pendamping Disabilitas Jawa Barat masyarakat miskin.
Ibu Hayati berharap masalah disabilitas di Jawa Barat menjadi perhatian yang sangat serius.buat relugasi dan undang-undang bagi disabilitas yang lebih menguntungkan.

Selain itu, persoalan kemiskinan jangan selalu jadi tema pejabat ingin adanya pengentasan padahal prakteknya jauh dari teorinya. “Tolong perhatikan Kang Haru,” ucap Ibu Hayati.

Kang Haru : ” saya lebih setuju menghapus kemiskinan daripada menghapus nama miskin. Semua harus membantu presiden untuk membantu kemiskinan. Ditambah kata Kang Haru, pemerintah kabupaten dan kota harus memiliki metode tentang kemiskinan, yang paham tentang masyarakat dan potensinya di daerah. Ayoo, semua harus melakukan perubahan, terang Kang Haru.