Porosmedia.com — Apakah ada yang merasa aneh, kok rupiah malah menguat terhadap dollar Amerika disaat demo sedang berlangsung…???
Ya, “Rupiah” dalam jumlah besar pulang ke tanah air, karena banyak politisi yang butuh dana kampanye….!!!
Juga banyak “Bohir” demo yang tarik uangnya diluar negeri buat modalin “Demo”….!!! Tuh lihat, TL sedang orasi disana….!!! (TL – Barisan Sakit Hati).
Manuver Mulyono dan Mulyani
Saat sedang ramai dan viral “Peringatan Darurat” di linimasa medsos, masih banyak orang yang melakukan counter attack dengan memposting “Indonesia baik-baik saja” disosial media mereka masing-masing.
Tujuannya tidak lain untuk menurunkan tensi sosial politik yang menghangat.
Oh ya, ada yang nge-bully presiden dengan sebutan Mulyono.
Presiden Joko Widodo yang sekarang sering direndahkan dengan sebutan Mulyono itu pebisnis handal. Apalagi kini ilmu bisnisnya digabung dengan skill politik dirinya yang makin terasah.
Ditambah lagi Mulyono didampingi Mulyani yang memang detail dalam perhitungan ekonomi makro. “Ngeri itu barang bro!” Jika pakai bahasanya Bahlil….!!!
Sebulan terakhir kita dapat mengamati pergerakan Rupiah yang terus menguat terhadap USD.
Teori gampangnya begini, sebagaimana mekanisme pasar, ini artinya permintaan Rupiah lebih tinggi daripada USD. Atau bisa dikatakan, banyak Rupiah yang pulang kampung.
Nah, ngapain Rupiah pada mudik ini….??? Mau buat belanja apa di dalam
negeri….???
Makanya saat putusan MK terkait Pilkada turun, dan kita dapat perhatikan gestur Mulyani yang terlihat happy ketika rapat dengan Komisi XI pada Rabu 21/8/2024 lalu sambil mengenalkan penerusnya Thomas Djiwandono sehari setelah putusan MK.
Ditambah lagi Jokowi beserta keluarganya yang terlihat woles, saya langsung berpikir mau ada barang jadi
apalagi ini….???
Duet Mulyono dan Mulyani ini sangat detail dan rinci, termasuk dalam hal mengambil kebijakan yang bagi sebagian orang dianggap tidak populer.
Contohnya, ketika pemerintah memutuskan untuk membangun infrastruktur Kereta Cepat dan IKN. Bukan sekedar kritik, bahkan nyinyiran kerap terlontar dari orang-orang yang tidak paham dan berpikir parsial.
Kedua proyek itu, dianggap hanya membebani uang negara, merugi, bahkan akan mewariskan hutang.
Memang di awal, proyek akan “merugi”, namun di sisi lain ada keuntungan yang jauh lebih besar dari hitungan yang dianggap rugi tersebut.
Misalnya, sejak proyek Kereta Cepat terealisasi, terdapat penghematan Subsidi BBM hingga Rp.3,2 Triliun per tahun. Selain itu terdapat kenaikan bertahap terkait pelayanannya.
Yang awalnya hanya 14 perjalanan reguler per hari di Oktober 2023, menjadi 48 perjalanan reguler perhari sejak Mei 2024 dengan target 62 per hari pada 2025.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung juga sudah berkontribusi sebesar Rp.86,5 triliun untuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta dan Jawa Barat.
Pun begitu dengan proyek pembangunan IKN. Begitu terlaksana, ia sudah mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi di Kaltim hingga mencapai 7,26 % melampaui rata-rata nasional yang 5,05%. Lalu, apa hubungannya dengan putusan MK, sikap DPR, dan reaksi kubu yang mengklaim dirinya sebagai pejuang demokrasi tersebut….???
Jika kita jeli, banyak fenomena “anti mainstream” yang terjadi di negeri ini ketika tensi sosial politik memerah.
Yang terjadi justru sebaliknya, reaksi pasar malah menghijau.
Contohnya, penerapan PSBB transisi di DKI ketika pandemi C19 lalu. Menurut akal sehat dan perhitungan wajar, seharusnya pasar menjadi lesu, bahkan investor akan lari.
Aneh bin ajaib, bursa justru menghijau dan mengecoh para pengamat dan analis. Tak terkecuali pas suasana menghangat ketika pemilu beberapa saat lalu, fenomena yang sama juga terjadi.
Nah, ketika Ramai-ramainya “pejuang demokrasi” turun ke jalan pasca putusan MK, maka publik juga dapat mengamati pergerakan bursa.
Memang, pastinya akan memerah sesaat yang mengindikasikan bahwa investor lari. Tapi apa yang terjadi selanjutnya….??? Hijau Royo-Royo Mas Bro…!!!
IHSG melonjak…!!!
Aneh bukan….???
Ya, nggak juga sich….!!!
Dan yang menarik lagi, “pattern” ini menunjukkan trend tergesernya investor asing oleh pemodal domestik yang melakukan aksi “take over” alias mengambil alih kepemilikan emiten strategis plat merah melalui aksi borongnya.
Itulah kenapa ketika rupiah ramai-ramai mudik, maka kita sudah dapat berpikir akan ada belanja besar-besaran.
Berdasarkan catatan BEI, trend kepemilikan investor lokal terus mengalami kenaikan.
Data per 9 Agustus 2024, kepemilikan investor lokal di pasar modal sudah mencapai 99,71% dengan rincian kepemilikan 99,63 di investor saham dan 99,91 untuk investor reksa dana.
Jadi, saat ini kita tidak sedang dikuasai asing aseng, tapi justru menguasai oseng oseng kuliner khas Nusantara…..!!!
Begitu ya dek….!!!
Jadi, pertanyaannya, apakah rezim ini turut andil dalam menciptakan kegaduhan ini…???
He.. he.. he..,maka kita harus mencari tahu “siapa sedang memanfaatkan siapa”.
Dari situ akan terlihat, siapa yang pintar dan siapa yang belum pintar. Sampai di sini paham ya…!!! Oh ya, sudah cair belum logistiknya…??? Itu kan masuk variabel biaya produksi.
Note:
Setelah Ksatria Dhamar Jati Mulyono
purna tugas dan Negeri Yudha usai maka saat banyak dari kita nanti telah tiada maka akan muncul Negeri Rajawali Emas dengan nama baru “Nusantara”….!!!
Aamiin.
By : Roim