Porosmedia.com, Gaza – Bandung – Dunia Islam Sebuah kabar mengejutkan datang dari Gaza. Ketika rakyat tertindas menanti bantuan kemanusiaan, yang datang justru racun dalam bentuk pil narkotika oxycodone tersembunyi di kantong-kantong tepung. Ini bukan sekadar bentuk kekejaman, tetapi pengkhianatan terhadap nilai-nilai paling mendasar dalam kemanusiaan.
Israel dituduh menyelundupkan pil oxycodone 80 mg dalam bantuan kemanusiaan untuk Gaza. Fakta ini menjadi alarm keras bahwa narasi kemanusiaan bisa saja hanya topeng, dan bahwa penjajahan hari ini bukan hanya merampas tanah, tapi juga tubuh, jiwa, dan kesadaran sebuah bangsa.
Tapi pertanyaannya: Apakah kita sendiri aman?
Oxycodone: Obat Pereda Nyeri atau Alat Perang Modern?
Menurut data National Survey on Drug Use and Health 2022 di AS, lebih dari 8,5 juta orang berusia di atas 12 tahun menyalahgunakan obat pereda nyeri resep seperti oxycodone. Sebanyak 5,6 juta di antaranya mengalami gangguan penggunaan akut. Oxycodone bukan hanya obat, tapi candu legal yang menjadi bagian dari krisis opioid global, memicu lebih dari 100.000 kematian akibat overdosis tiap tahun di Amerika Serikat.
Hari ini, oxycodone diduga jadi senjata perang non-konvensional. Dikirim dalam bantuan pangan, disisipkan dalam sistem distribusi kemanusiaan, dan menarget rakyat sipil yang sudah lemah secara fisik dan mental. Ini bukan sekadar pelanggaran hukum perang—ini adalah genosida berbasis zat.
Di Indonesia: Bisnis Narkoba, Candu, dan Diam Kita yang Panjang
Oxycodone belum sepopuler sabu atau ganja di Indonesia. Tapi mari jujur: Apakah kita sudah mampu melawan narkoba? Jawabannya masih samar. Faktanya, narkoba adalah bisnis paling mudah, paling menguntungkan, dan paling dilindungi. Mengapa?
Karena aktor-aktornya bercokol di jaringan atas dan bawah.
Karena pecandu terus dilahirkan oleh sistem sosial yang lumpuh: ekonomi sulit, pendidikan timpang, keluarga tercerai-berai.
Karena rasa sakau kini menyamar jadi budaya “healing”, euforia medsos, atau konsumerisme tanpa batas.
Lebih menyedihkan lagi, pecandu yang sembuh pun tidak punya ruang kembali. Mereka dicap, dibuang, dan terasing.
Candu Positif: Adakah “Tijarah Syar’i” yang Membuat Ketagihan Kebaikan?
Ini pertanyaan penting: Pernahkah kita menciptakan sistem kecanduan yang syar’i? Sebuah candu yang menumbuhkan, bukan merusak. Candu atas:
Kebaikan yang produktif,
Ilmu yang mencerahkan,
Sedekah yang berputar menjadi kekuatan ekonomi,
Kesalehan sosial yang menciptakan sistem ekonomi mandiri.
Lihat sekeliling: Apakah kita sadar bahwa tetangga kita mungkin istiqamah jadi nasabah rentenir selama bertahun-tahun, terkena bunga 30% per bulan?
Mengapa tidak ada intervensi sosial umat?
Dana Umat dan Sedekah Produktif: Retorika atau Revolusi?
Zakat, infak, dan sedekah umat mengalir. Tapi ke mana arah dan dampaknya? Apakah hanya berhenti di bansos konsumtif yang hilang dalam sehari? Di mana sedekah produktif itu hidup dan berjalan sirkular?
Jika narkoba bisa membuat orang menggadaikan rumah dan akal sehatnya, mengapa kita tidak menciptakan candu positif atas perubahan dan keberdayaan? Dana umat seharusnya jadi fondasi tijarah syar’i—usaha ekonomi yang bukan hanya halal, tapi juga adiktif secara maslahat.
Saatnya Talk: Lawan dengan Narasi, Bangun dengan Sistem
Wajah kemanusiaan bukanlah sekadar paket bantuan, tetapi keberpihakan yang adil dan tegas terhadap korban serta perlawanan sistemik terhadap kejahatan—baik narkoba, kemiskinan, maupun hegemoni ekonomi.
Kita tidak bisa terus bersembunyi di balik doa dan seminar. Ini saatnya:
Membangun sistem rehabilitasi berbasis masjid, kampus, dan komunitas.
Membentuk usaha kecil menengah berbasis sedekah produktif.
Membuat program edukasi kecanduan syar’i—yang membiasakan kecanduan terhadap ibadah, literasi, dan produktivitas.
Melawan jaringan narkoba dengan jaringan umat yang sadar dan terorganisir.
Kita butuh lebih dari sekadar pengajian. Kita butuh revolusi narasi dan aksi.
Kalau racun bisa dikemas dalam tepung, kita pun harus mampu mengemas harapan dalam sistem yang bekerja. Kalau candu bisa ditanam dalam bantuan, mari kita tanam kecanduan syar’i dalam ekonomi, pendidikan, dan kehidupan.
Porosmedia.com berdiri untuk menolak diam. Mari meet and TALK, sebelum generasi kita benar-benar tenggelam dalam candu yang disponsori dunia—dan dibiarkan oleh kita sendiri.