Filosofi yang dapat kita intisarikan dari salah satu jenis makanan favourit yang bisa dikonsumsi dari semua kalangan lintas usia dan kelas adalah Bubur.
Porosmedia.com – Ada sedikit pemèo yg bisa mewakili untuk santapan ini , seringkali ada deretan kalimat yg menyertai bilamana harapan atas semua pencapain kita belum bisa teroptimalisasi dengan sempurna , ini bisa disematkan pula pada keadaan yang sudah terjadi baik itu menyangkut kekecewaan yang diperoleh. Ungkapan spontanitas kalimatnya ” _Nasi sudah menjadi bubur”_ , akan tetapi karunia akal serta kecakapan setiap insan tidak sedikit ditopang kemampuanya untuk berjuang maksimal agar menghasilkan cita² yang purna prima. Inovasinya berkembang dan menjadikan racikan bubur dengan beragam cita rasa yang sempurna rasa.
Ilustrasi diatas itu hanya sekelumit menggambarkan cerita dibalik penjaja *Bubur* *Jadoel* yang mangkal disekitar jalan Surya Sumantri berdampingan dengan kolam renang karang setra Bandung.
Kita sebut saja Bapak Samingan semenjak lama masa purnabakti mendiang almarhumah istri beliau di tahun 2017 dari salah dinas kesehatan Propinsi Jawa Barat di Bandung.
Awal perdananya merintis usaha berjualan ini tidak semudah teori dan melontarkan kalimat asal mau pasti bisa, demikian yang diucapkan saat kami mencoba mampir ketempat bubur jadoel ini untuk pertama kali.
Kenapa alasan ini terungkap karena untuk pertama kali merintis usaha ini diperlukan tekad yang kuat , unsur kreatifitas dan inovasi menjadi formula handal agar bubur yang tersaji tidak saja menuai rasa bubur yang nikmat namun bagaimana suguhan dan kwalitas buburnya sendiri memiliki ciri keunikanya , elemen pendukung dari material berasnya menjadi prioritas penting , demikian ungkapnya.
Tentu saja yg paling dominan kentara terlihat saat konsumen disuguhi bubur ayam jadoelnya, kita bisa mendapatkan atmosfir yang berbeda dari pedangan yang lainya. Semua meja ditata rapi, bersih dan sangat mengesankan hygienis. Tidak hanya itu penampilan bapak Samingan sendiri turut hanyut melengkapi balutan bubur jadoel, dengan dandanan rapi ditunjang dengan asesories yg menempel dikepala dan tas selempangnya merefleksikan sejarah baheula.