Porosmedia.com — Lahir 1890 Di Kampung Gayam, Desa/Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Ayahnya KH. Tb Muhammad Waseh, ulama masyhur Di Pandeglang. KH. TB. Achmad Chatib wafat pada tanggal 20 Juni 1966, tepat saat pelantikan Presiden Soeharto, dan dimakamkan Di Komplek pemakaman Banten lama, sedangkan ayahnya di pondok pesantren Kadu awi Cadasari Pandeglang Banten.
1910 tepat di usia 20. KH. TB. Achmad Chatib menikah dengan putri Kiyal Agung Caringin yaitu Hj. Ratu Chasanah (lyot), dan memiliki dua orang anak yaitu:
1. Sochari Chatib dan
2. Ratu Ifat.
Pernikahan kedua dengan nyi Kamsah dan tidak memiliki keturunan.
Istri ketiga bernama Latifah. Saat menikahi Latifah, Kiyai Chatib sudah pensiun dan Latifah baru berusia 13 tahun. Dari pernikahannya dikaruniai delapan orang anak:
1. Hj. Ratu Tinty Fathinah Chatib,
2. Hj. Ratu Fatiti Chatib,
3. Hj. Ratu Faizah Chatib,
4. Hj. Ratu Faiqoh Chatib,
5. TB. Fadlullah Chatib (Alm),
6. KH. TB. Fathul ‘Adzim Chatib,
7. Ratu Faichah Chatib (Almh), dan
8. Hj. Ratu Fashohah Chatib.
Pendidikan dasar agama beliau dapat dari ayahnya. Selanjutnya ke Cibeber Cilegon Banten. mengaji ke KH. Abdul Latif.
KH. Abdul Latif seorang khalifah tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah yang mendapatkan ijazah dari Syekh Asnawi Caringin. Di antara murid-muridnya yang terkenal adalah: KH. Muhaimi, penerusnya di Pesantren Cibeber Cilegon Bariten dan KH. Muslikh, pengasuh Pesantren Futuhiyah di Mranggen Banten.
lalu melanjutkan pendidikannya ke Caringin, belajar kepáda Syekh Asnawi. ulama yang mendapatkan ijazah tarekat dari Syekh Abdul Karim Tanara dan Syekh Ahmad Khatib Sambas.
Setalah belajar sangat lama di Makkah Al Mukaromah, lalu kembali ke Banten dan nyantri lagi ke Syekh Asnawi Caringin hingga jadi menantu Syaikh Agung Asnawi.
Guru-Guru:
1. KH. TB. Wase’ ayah beliau Gayam Cadasari Pandeglang Banten
2. KH. Abdul Latif Cibeber Cilegon Banten
3. Syekh Agung Asnawi Caringin Labuan Pandeglang Banten.
Kiyai Chatib jadi Residen Banten, Anggota Dewan Pertimbangan Agung, Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR), serta Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS dan Badan Pembina Pendidikan dan Kebudayaan (BPPK).
Beliau juga mencetuskan berdirinya Majelis Ulama dan Perusahaan Alim Ulama (PAU). mendirikan Universitas Islam Maulana Yusuf di Kota Serang, Banten, yang kemudian berganti nama menjadi IAIN Sunan Gunung Jati, juga berperan dalam peredaran ORIDABS, mata uang Banten yang berlaku di Tangerang, Jasinga, dan Lampung Selatan.
Sayangnya, pecahan Rp 100/25/50 belum sempat beredar karena terjadi Agresi Militer II Belanda. Kini, ORIDABS sudah mulai sulit ditemukan di pasaran. Bila ada yang memiliki ORIDABS bernominal Rp 100/25/50, mereka adalah orang yang beruntung.
Setelah Pensiun dari Residen Banten, aktif di Partai Serikat Islam. Partai yang berupaya akan pemulihan dan pembangunan SDM Indonesia dengan mengeluarkan program pembangunan sekolah di daerah² hingga pusat.
KH. TB. Achmad Chatib & Harsono Cokroaminoto membangun sekolah Cokroaminoto dari tingkat dasar sampai SMA di wilayah Kedalingan Banten. juga Ml untuk tingkat dasar dilanjutkan SMP dan SMA di wilayah Banten Lama.
Salah satu peninggalannya adalah SDN Karangantu, beliau juga mendirikan pesantren, majelis taklim dan madrasah keduanya diberi nama Masarotul Muhtajin dan Masarotul Muta’alimin.
KH. Syam’un ditugaskan menangani militer membentuk BKR anggotanya terdiri dari bekas anggota PETA, Heiho, Hizbullah, Sabilillah, API, dan laskar lainnya. Semua pejabat lama
tetap duduk dalam jabatan masing2.
Rd. Tumenggung Aria Hilman Djajaningrat di Serang,
Rd. Tumenggung Djoemhana Wiriaatmadja di Pandeglang, dan Raden Tumenggung Hardiwinangun di Lebak.
Untuk mengenang jasa2, Dinas Sosial Provinsi Banten melalui Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah Mengusulkan KH TB Ahmad Chotib untuk ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah RI melalui Kemensos RI sejak 2017.