Binojakrama Padalangan 2025: Mencetak Dalang Muda, Menjaga Warisan Sunda

Avatar photo

Porosmedia.com, Bandung – Pemerintah Kota Bandung kembali menegaskan komitmennya dalam pelestarian seni dan budaya Sunda melalui gelaran Binojakrama Padalangan 2025. Acara ini menjadi ruang ekspresi sekaligus wahana regenerasi bagi para dalang muda wayang golek.

Bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kota Bandung, kegiatan ini menghadirkan 14 dalang dari berbagai generasi yang tampil selama dua hari berturut-turut.

Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, yang hadir langsung dalam acara tersebut menyampaikan apresiasi dan kebanggaannya terhadap para seniman muda yang berpartisipasi.

“Saya bangga melihat semangat para dalang muda. Regenerasi ini penting agar wayang golek tidak tinggal sebagai kenangan, tapi hidup dan terus berkembang,” ujar Erwin saat membuka acara di Kelurahan Cisaranten Endah, Sabtu (17/5/2025) malam.

Erwin menjelaskan, Binojakrama Padalangan 2025 memegang dua misi penting: pelestarian budaya dan pencarian bibit unggul dalang muda yang akan menjadi duta budaya Kota Bandung di tingkat provinsi maupun nasional.

“Wayang golek adalah warisan adi luhung. Kita harus melestarikannya bukan hanya sebagai bentuk seni, tapi juga sebagai sarana pendidikan nilai-nilai Sunda,” jelasnya.

Baca juga:  Kasad: Saya Yakin Sekeseler akan Tetap Jaya

Erwin juga mengajak masyarakat meneladani sosok legendaris seperti alm. Asep Sunandar Sunarya dan Dede Amung Sutarya, yang mampu menjaga autentisitas seni pedalangan sambil terus berinovasi.

“Wayang harus tetap relevan. Cerita-cerita luhur seperti silih asih, silih asah, silih asuh, silih wawangi harus dikemas secara kreatif agar bisa menyentuh generasi kini,” tambahnya.

Lebih dari sekadar pertunjukan seni, Erwin menilai wayang golek berpotensi besar menjadi magnet pariwisata budaya dan penggerak ekonomi kreatif.

“Bayangkan kalau setiap pertunjukan wayang menjadi atraksi wisata rutin. Ini bukan hanya soal tontonan, tapi juga penghidupan bagi para dalang, pengrajin wayang, hingga pelaku UMKM,” ujarnya.

Untuk itu, ia mendorong pemanfaatan teknologi dan media sosial sebagai sarana ekspansi cerita dan pertunjukan wayang ke publik yang lebih luas.

“Dalang harus melek zaman. Jangan takut berkolaborasi dengan sineas, desainer, atau konten kreator. Cerita wayang bisa tampil dalam banyak medium baru, dari panggung digital hingga animasi,” tuturnya.

Erwin pun menegaskan prinsip dasar budaya Sunda: ulah mundur ti galur, ulah luntur ti marwah. Artinya, berinovasi tanpa kehilangan akar dan martabat budaya.

Baca juga:  SKPD Kota Cimahi Siap Tampil Dalam Cimahi Menari

“Dengan semangat dan konsistensi, saya yakin wayang golek tidak hanya bertahan, tapi bisa bersinar di panggung dunia,” pungkasnya.