Porosmedia.com, Bandung – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung bersama Lembaga Dakwah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (LD PCNU) Kota Bandung memperingati Hari Santri Nasional 2025 dengan cara yang berbeda: bukan sekadar upacara atau seremonial keagamaan, tetapi melalui pemutaran film Sang Kiai di CGV Bandung Electronic Centre (BEC), Jumat, 24 Oktober 2025.
Acara ini menghadirkan atmosfer religius sekaligus reflektif, di mana nilai-nilai perjuangan, keulamaan, dan nasionalisme kembali digugah lewat medium film. Ribuan peserta dari berbagai elemen masyarakat — mulai dari majelis taklim, harokah, lembaga pendidikan, hingga ormas Islam se-Kota Bandung — hadir dan memenuhi ruang bioskop, menjadikan momen ini bukan sekadar tontonan, tetapi renungan kolektif tentang makna perjuangan santri di masa kini.
Jejak Sejarah yang Dihidupkan Kembali
Film Sang Kiai mengangkat kisah nyata perjuangan KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Pondok Pesantren Tebuireng sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama (NU), dalam mempertahankan nilai keislaman dan kebangsaan di tengah penjajahan Jepang.
Film ini menegaskan bahwa perlawanan santri bukan hanya bersenjata, tetapi juga berilmu, berakhlak, dan berani menjaga martabat bangsa.
Pesan Wakil Wali Kota: Dari Layar ke Laku
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, yang turut hadir dalam acara tersebut menekankan bahwa peringatan Hari Santri bukan sekadar agenda seremonial, tetapi harus dimaknai sebagai panggilan moral bagi umat.
“Hari Santri adalah momentum untuk mengenang peran besar para santri sebagai mujahid yang berjuang di jalan Allah. Melalui film Sang Kiai, mari kita saksikan, dengarkan, dan amalkan nilai-nilainya agar membawa keberkahan bagi kita semua,” ujar Erwin.
Ia menambahkan, semangat yang tersampaikan melalui film ini harus diterjemahkan dalam tindakan nyata.
“Mudah-mudahan setelah menonton film ini, lahir generasi yang saleh dan salihah — bukan hanya religius secara ritual, tapi juga tangguh, berilmu, berakhlak, dan berjiwa nasionalis,” tegasnya.
LD PCNU: Santri Harus Jadi Pelopor Perubahan
Sekjen LD PCNU Kota Bandung sekaligus penyelenggara acara, KH. Ruslan Abdul Ghani, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari gerakan kultural untuk membangkitkan kembali kesadaran sejarah dan tanggung jawab moral santri terhadap bangsa.
“Melalui film ini, kita diajak untuk meneladani keberanian dan keikhlasan para ulama, agar generasi muda tak kehilangan arah dalam mencintai tanah air. Santri bukan hanya pewaris ilmu agama, tapi juga penjaga keutuhan bangsa,” ujarnya.
Ia menilai, film Sang Kiai memberikan ruang bagi publik untuk memahami kembali peran strategis santri dalam perjuangan kemerdekaan, sekaligus menjadi pengingat bahwa nasionalisme dan keislaman tidak pernah bertentangan — keduanya justru saling menguatkan.
Refleksi dari Bandung untuk Indonesia
Pemutaran film ini menjadi penanda bahwa Bandung bukan hanya kota kreatif, tetapi juga kota yang merawat nilai spiritual dan kebangsaan secara kreatif dan kontekstual.
Melalui medium film, pesan perjuangan dan keteladanan KH. Hasyim Asy’ari kembali disampaikan dalam bahasa zaman — menyentuh hati generasi muda yang hidup di tengah arus digital dan disrupsi nilai.
Film Sang Kiai tak hanya menjadi bentuk penghormatan terhadap sejarah perjuangan ulama dan santri, tetapi juga ajakan moral agar masyarakat Kota Bandung terus memperkuat nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan persatuan di tengah dinamika sosial modern.







