SMPN 53 Gelar Workshop Penguatan Karakter

Wakil Wali Kota Erwin: Guru Adalah Pilar Peradaban dan Perpanjangan Tangan Dakwah

Avatar photo

Porosmedia.com, Bandung – Peran guru sebagai ujung tombak pembentukan karakter peserta didik kembali ditegaskan dalam kegiatan Workshop Penguatan Karakter Disiplin Pegawai, Anti-Diskriminasi, dan Toleransi sebagai Upaya Mewujudkan Iklim Inklusivitas, yang digelar di SMPN 53 Bandung, Selasa (17/6/2025).

Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, yang hadir sebagai pembicara kunci, menekankan bahwa profesi guru tidak hanya berdimensi profesional, tetapi juga spiritual dan sosial.

“Guru adalah perpanjangan tangan Rasulullah. Ketika seorang pendidik meniatkan ilmunya sebagai amal jariyah, maka ia sedang menanam investasi pahala yang akan terus mengalir hingga akhirat,” ujar Erwin dalam sambutannya.

Dalam pandangan Erwin, guru adalah elemen strategis dalam mencetak generasi yang cerdas secara intelektual, tangguh secara spiritual, dan adaptif secara sosial. Ia mengutip sabda Nabi Muhammad SAW tentang tiga amal yang tidak terputus setelah kematian: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh.

“Ilmu yang diajarkan oleh guru bukan hanya mencerdaskan, tapi juga menyelamatkan. Oleh karena itu, mengajar adalah bentuk ibadah—sebuah jalan menuju surga jika dilandasi dengan keikhlasan,” imbuhnya.

Baca juga:  Culture Shock? Berikut Pengertian dan Cara Mengatasinya

Erwin juga mengingatkan bahwa ketahanan suatu negeri ditentukan oleh empat fondasi utama: ilmu para ulama, keadilan para pemimpin, doa anak-anak saleh, dan kesadaran masyarakat sipil.

Erwin memastikan bahwa Pemerintah Kota Bandung berkomitmen untuk terus memperjuangkan keadilan bagi tenaga pendidik. Ia mengungkapkan bahwa aspirasi guru, termasuk calon kepala sekolah, akan selalu diterima dan ditindaklanjuti secara manusiawi dan adil.

“Saya dan Pak Kadisdik membuka ruang komunikasi. Kami menerima langsung aspirasi guru dan tidak akan membiarkannya berhenti di meja birokrasi,” tegasnya.

Erwin juga mengajak para guru untuk secara konsisten menanamkan lima jenis kesadaran utama kepada peserta didik, yakni:

1. Kesadaran Beragama (al-wa’yu ad-dini)

2. Kesadaran Berilmu (al-wa’yu al-ilmi)

3. Kesadaran Berbangsa (al-wa’yu al-wathani)

4. Kesadaran Sosial (al-wa’yu al-ijtima’i)

5. Kesadaran Berorganisasi (al-wa’yu an-nidhomi)

Kelima kesadaran ini, menurutnya, adalah fondasi untuk membentuk generasi yang tidak hanya siap menghadapi tantangan dunia modern, tetapi juga tetap berakar pada jati diri budaya dan religiusitasnya.

Erwin menegaskan kembali pentingnya guru sebagai figur teladan, baik dalam berpakaian, bertutur kata, maupun bersikap. Dalam era digital yang penuh disrupsi, integritas dan keteladanan guru menjadi benteng moral bagi anak-anak di tengah banjir informasi.

Baca juga:  Bendera Merah Putih Dalam Genggaman Jaya Katwang

Menutup sambutannya, Erwin mengajak seluruh tenaga pendidik untuk terus menjaga semangat kolaborasi dan menjadi bagian aktif dalam pembangunan pendidikan di Kota Bandung.

“Mari kita didik anak-anak dengan hati. Mereka bukan hanya murid di ruang kelas, tetapi juga calon pemimpin, ilmuwan, dan warga negara yang akan membawa Bandung dan Indonesia ke masa depan.”

Sebagai ciri khasnya, Erwin menyampaikan pantun penutup dan membuka ruang dialog informal dengan para guru yang hadir.