Zona Zero Waste di Seskoad Bandung

Kolaborasi Militer dan Sipil Dorong Transformasi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

Avatar photo

Porosmedia.com, Bandung – Kompleksitas krisis persampahan yang masih membayangi Kota Bandung, satu kawasan justru tampil sebagai model inspiratif pengelolaan sampah terpadu. Kawasan tersebut berada di dalam Komplek Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad), Jalan Gatot Subroto, yang kini telah menjelma sebagai zona zero waste melalui kolaborasi strategis antara Seskoad dan Pemerintah Kota Bandung.

Inisiatif ini diprakarsai oleh Brigjen TNI Masduki, Direktur Lembaga Seskoad, sebagai bentuk nyata kontribusi militer dalam mendukung ketahanan lingkungan dan pangan perkotaan.

“Kami ingin menjadikan lingkungan Seskoad bersih, tertib, dan sehat. Itu kami wujudkan melalui sistem pengelolaan sampah yang menyeluruh—mulai dari pemilahan, pengolahan organik dan anorganik, sampai daur ulang menjadi produk bermanfaat seperti kompos, pupuk cair, pakan ternak, hingga paving block,” terang Masduki, Selasa (17/6/2025).

Sistem pengelolaan ini tidak hanya melayani kebutuhan internal komplek, tapi juga membuka ruang kolaboratif dengan hotel-hotel sekitar yang telah rutin menyuplai sampah terpilah. Pengolahan dilakukan oleh tim khusus beranggotakan enam orang, dipimpin oleh Serma Ifnu Dwi Cahyono.

Baca juga:  Prajurit Kodam Kasuari Sambut Mayjen Gabriel Lema Sebagai Pangdam Baru

“Setiap hari sejak pukul 05.00 WIB, tim kami memulai pengumpulan dan pemilahan sampah dari rumah dinas dan mitra eksternal. Rata-rata volume yang kami tangani mencapai 3 hingga 3,5 ton per hari,” jelas Ifnu.

Sampah organik seperti sisa dapur dan dedaunan diolah menjadi kompos dan pupuk cair.

Sisa makanan dialihkan untuk pakan ternak bebek, mendukung program ketahanan pangan.

Sampah residu seperti plastik non-daura ulang dibakar secara terkontrol. Abunya digunakan untuk produksi paving block.

Menariknya, paving block buatan Seskoad telah diuji secara teknis dan memiliki daya tahan mencapai 12 Newton (ekuivalen menahan beban 30 ton), melebihi spesifikasi produk komersial.

“Kami jual Rp1.500 per buah. Lebih murah karena produksi mandiri dengan bahan sisa sendiri,” tambah Ifnu.

Lurah Kelurahan Lingkar Selatan, Asep Achmad Arifin, menyatakan bahwa kawasan RW 7 yang menaungi Komplek Seskoad kini telah menjadi kawasan ekosistem terpadu, hasil sinergi antara TNI, warga, dan pemerintah.

“Kami bantu dari awal, termasuk mesin pencacah, kontainer, hingga bibit bebek. Hasilnya luar biasa. Sekarang kawasan ini punya sistem sendiri: pengelolaan sampah, rumah kompos, kandang ternak, hingga buruan saian di sepanjang jalan,” ujar Asep.

Baca juga:  Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok Ucapkan Selamat Hari Pers Nasional 2025, Harapkan Sinergi dengan Media

Menurutnya, inisiatif ini merupakan contoh implementasi konkret program Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan) yang selama ini digalakkan Pemerintah Kota Bandung namun sering terkendala di lapangan.

“Ini bukti kalau semua pihak komit dan konsisten, sistem zero waste bukan mimpi. Ini bisa direplikasi di wilayah lain jika pendekatan lintas sektor terus diperluas,” tegasnya.

Kolaborasi antara Seskoad dan Pemkot Bandung ini membuktikan bahwa penanganan sampah bukan hanya soal teknologi, tapi soal manajemen kepemimpinan, partisipasi aktif, dan kemauan politik. Program serupa perlu diadopsi dengan adaptasi lokal oleh:

Sekolah dan institusi pendidikan lainnya

Komplek perumahan padat

Hotel dan kawasan bisnis strategis

Lembaga militer dan kepolisian di wilayah lain