Manusia Berasal dari Allah
Jawaban ketiga pertanyaan tersebut pun sederhana. Pertama, Allah telah menciptakan manusia, sehingga manusia berasal dari Allah. Sebagai manusia yang mengaku beriman kepada Allah Taala, maka wajib bagi seorang muslim untuk mengakui Allah sebagai Tuhannya yang Haq. Satu-satunya Tuhan yang layak disembah. Jika masih ada yang mempertanyakan jawaban ini, maka bagaimana cara membuktikan keberadaan Allah sebagai pencipta?
Cara membuktikan Allah ada itu mudah. Memang benar, kita tidak bisa mengindera Allah. Sebab Allah bukan makhluk, dan pola pikir makhluk tidak akan pernah bisa menjangkau pencipta. Namun kita bisa melihat jejak ciptaan Allah di dunia. Seekor unta yang melintasi padang pasir, tentu jejaknya akan tampak meskipun si unta tak ada lagi di sana. Hal itu telah membuktikan bahwa pernah ada seekor unta yang melintas di sana.
Membuktikan keberadaan Allah pun dilakukan berdasarkan bukti-bukti ciptaannya. Manusia adalah bukti nyata keberadaan Allah yang tak mampu disangkal. Begitu pun dengan hujan, petir dan tanaman-tanaman yang tumbuh. Bagaimana bisa ada air di dalam buah kelapa? Siapa yang memasukkan air ke dalamnya? Bagaimana cara tomat dan apel memerah ketika matang? Siapa yang mengubah warnanya dari hijau menjadi merah? Mengapa ada cacing parasit pada kutu kucing? Siapa yang mampu menciptakan parasit sekecil itu? Bagaimana sistem peredaran darah manusia bisa bekerja dengan begitu sempurna? Siapa yang mampu menciptakannya kalau bukan Allah?
Orang yang beriman tentunya akan segera menyadari bahwa keberadaan Allah itu adalah sebuah keniscayaan yang tak dapat disangkal. Bukti konkrit lainnya terletak pada Al-Qur’an. Kitab mukjizat ini adalah Kalamullah. Kalimat-kalimat yang berasal langsung dari Allah. Allah Taala sendiri telah menantang siapa pun yang berani mencoba untuk membuat yang semisal Al-Qur’an dalam Q.S Al-Baqarah ayat 23. Hingga saat ini, tidak ada seorang pun yang mampu memenuhi tantangan Allah tersebut.
Manusia Terlahir ke Dunia Untuk Beribadah kepada Allah
Selanjutnya, jawaban pertanyaan kedua adalah Al Qur’an surat Adz Dzariyat ayat 56 :
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
Ayat ini menegaskan bahwa keberadaan manusia di dunia memiliki tujuan yang jelas dan nyata. Yakni untuk beribadah menggapai keridhaan Allah Taala. Bukan untuk tujuan lain. Beribadah kepada Allah bukan hanya melakukan ibadah-ibadah wajib seperti shalat, puasa, zakat dan naik haji. Akan tetapi juga melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya dalam setiap kegiatan yang kita lakukan. Sejak dari bangun tidur hingga tidur kembali.
Muslimin adalah umat yang mulia sebab memiliki perintah untuk melanjutkan tugas para Nabi dan Rasul, yakni amar ma’ruf nahi mungkar. Kewajiban ini termasuk dalam pelaksanaan ibadah manusia. Inilah satu-satunya ibadah yang mampu menjadi pahala investasi manusia di akhirat kelak. Luar biasa, bukan?
Namun tentu saja, kewajiban ibadah dan dakwah datang bersama ujian dan kesulitan yang tidak sedikit. Karena itulah manusia di dunia harus senantiasa berdoa agar Allah senantiasa mengistiqamahkannya dalam dakwah dan ibadah di jalan Nya yang lurus. Jangan sampai kita salah melaksanakan tujuan utama kita di dunia. Apalagi di dalam sistem kapitalis sekuler seperti saat ini. Alih-alih memenuhi hidup dengan ibadah kepada Allah, malah bertujuan untuk mengejar materi atau kesenangan ragawi semata. Na’udzubillahi min dzalik.
Lanjut halaman berikutnya >>>