Porosmedia.com, Bandung – Pemerintah Kota Bandung mengintensifkan berbagai program pelatihan dan padat karya untuk menekan angka pengangguran terbuka (TPT) yang masih menjadi tantangan serius di kota metropolitan dengan populasi terus tumbuh ini.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, dalam dialog publik di Radio Sonata, Kamis (5/6), menekankan bahwa mismatch antara latar belakang pendidikan pencari kerja dan kebutuhan industri merupakan problem struktural yang harus ditangani secara strategis dan berkelanjutan.
“Banyak pencari kerja memiliki latar belakang pendidikan yang tidak relevan dengan kebutuhan dunia industri. Ini diperparah dengan pertambahan angkatan kerja baru setiap tahun yang belum diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja,” ungkap Erwin.
Sebagai solusi, Pemkot Bandung menggencarkan pelatihan berbasis kompetensi dan kewirausahaan melalui Dinas Ketenagakerjaan. Program ini menyasar berbagai lapisan masyarakat, dengan target 15.800 peserta pada 2025—naik hampir dua kali lipat dari capaian tahun 2024 sebanyak 8.000 peserta.
Pelatihan yang ditawarkan tak lagi monoton, melainkan mencakup keahlian adaptif seperti menjahit, tata rias, barista, hingga kerajinan membatik, lengkap dengan pembekalan literasi bisnis dasar.
“Kami ingin warga tidak hanya mencari kerja, tapi juga siap membuka usaha. Maka pelatihan ini juga kami desain agar berorientasi pada kemandirian ekonomi,” ujar Erwin.
Menyoroti ketimpangan akses kerja, Pemkot Bandung juga meluncurkan pelatihan khusus bagi 60 penyandang disabilitas. Pelatihan ini dirancang sesuai potensi dan kebutuhan individual, dengan pendekatan inklusif dan pemberdayaan.
“Penyandang disabilitas adalah bagian dari kekuatan produktif kota. Mereka berhak atas peluang yang adil dalam dunia kerja,” tegasnya.
Selain pelatihan, program padat karya tetap menjadi andalan Pemkot Bandung dalam menciptakan lapangan kerja sementara, sembari memperbaiki infrastruktur dan layanan publik di tingkat komunitas. Program ini diutamakan bagi kelompok rentan yang sulit terserap pasar kerja formal.
Pemagangan & Kemitraan Dunia Usaha
Dalam jangka menengah, Pemkot Bandung juga memperkuat skema pemagangan melalui kemitraan dengan perusahaan lokal agar masyarakat memperoleh pengalaman kerja yang relevan dan terstandardisasi. Program ini menjadi jembatan penting dalam meningkatkan daya saing tenaga kerja Bandung secara nasional dan regional.
“Kita ingin menciptakan ekosistem ketenagakerjaan yang sehat dan berkelanjutan. Karena pengurangan pengangguran bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab kolektif,” tutur Erwin.
Melalui forum komunikasi ketenagakerjaan, Pemkot Bandung juga berupaya menyelaraskan program pelatihan dengan kebutuhan aktual industri agar kebijakan pelatihan tak hanya formalistik, tetapi berdampak nyata.
Dalam konteks urbanisasi yang terus menekan ruang kerja dan tumbuhnya ekonomi digital, Kota Bandung kini menghadapi pilihan: hanya bertahan dengan program teknis atau berani mendorong reformasi ekosistem ketenagakerjaan secara menyeluruh.