Sjafrie Sjamsoeddin: Prajurit Lintas Zaman, Sahabat Prabowo yang Menjaga Gerbang Pertahanan Negara

Avatar photo

Porosmedia.com – Sosok Jenderal TNI (Kehormatan) Sjafrie Sjamsoeddin adalah cerminan keteguhan seorang prajurit yang meniti karier dari lapangan hingga gelanggang strategis pertahanan negara. Lahir di Ujung Pandang (Makassar) pada 30 Oktober 1952, Sjafrie dikenal sebagai figur yang konsisten, tenang, dan berdisiplin tinggi — karakter yang menandai perjalanan panjangnya di dunia militer dan pemerintahan Indonesia.

Kini, di usia yang matang dan berpengalaman, Sjafrie menjabat sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia ke-27 sejak 21 Oktober 2024, menggantikan posisi sahabat seangkatannya di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) tahun 1974, Prabowo Subianto, yang kini menjadi Presiden Republik Indonesia.

Perjalanan dari Prajurit Hingga Negarawan

Karier militer Sjafrie dimulai setelah lulus dari AKABRI tahun 1974. Ia meniti tangga keprajuritan dengan tekun di satuan Infanteri (Kopassus), satu unit elit yang menjadi kawah candradimuka bagi para prajurit tangguh Indonesia. Dalam masa pengabdiannya, Sjafrie juga pernah menjadi pengawal Presiden Soeharto, pengalaman yang menempanya memahami sisi dalam dari tata kelola kekuasaan negara.

Keberaniannya diuji ketika ia dipercaya menjadi Panglima Komando Daerah Militer Jayakarta (Kodam Jaya) pada 1997–1998, periode yang sarat dinamika politik dan keamanan. Dalam situasi krisis menjelang reformasi, Sjafrie tampil sebagai figur penegak stabilitas, menjaga keseimbangan antara tuntutan politik dan tanggung jawab militer.

Baca juga:  DPRD DKI Josephine Apresiasi Polres Jaktim Tertibkan 70 Persen Ormas Nakal

Selepas masa tugasnya di lapangan, Sjafrie beralih ke ranah strategis birokrasi pertahanan. Ia dipercaya menjadi Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (2005–2010), kemudian naik sebagai Wakil Menteri Pertahanan (2010–2014). Kiprah ini menegaskan perannya sebagai jembatan antara kalangan militer dan sipil dalam reformasi pertahanan nasional.

Pada periode berikutnya, ia menjadi Asisten Khusus Menteri Pertahanan Bidang Manajemen Pertahanan (2019–2024), posisi yang memperkuat reputasinya sebagai perancang kebijakan yang sistematis dan rasional. Pengabdiannya di Kementerian Pertahanan kemudian berlanjut ketika Presiden Prabowo mempercayainya kembali menduduki jabatan tertinggi sebagai Menteri Pertahanan pada 2024.

Konsistensi dan Integritas

Selain jabatan utama di kabinet, Sjafrie juga menjabat sebagai Ketua Harian Dewan Pertahanan Nasional (DPN) sejak Desember 2024, dan sempat dipercaya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) ad-interim pada 8–17 September 2025. Dalam kapasitas ini, ia memainkan peran penting dalam merancang arah kebijakan pertahanan dan keamanan nasional, terutama di era geopolitik yang kian kompleks.

Pada 10 Agustus 2025, negara menganugerahkan kepadanya pangkat Jenderal TNI (Kehormatan) — sebuah pengakuan atas dedikasi panjang dan kontribusinya terhadap sistem pertahanan nasional.

Baca juga:  Danrem 051/Wkt Dampingi Menhan RI Kunjungan Kerja di Yonif TP 843/PYV

Di kalangan militer, Sjafrie dikenal sebagai sosok yang tidak banyak bicara tetapi kuat dalam prinsip. Ia diyakini sebagai “penjaga nilai” — figur yang tetap berpegang pada etika keprajuritan, loyal kepada konstitusi, dan berkomitmen terhadap tegaknya NKRI.

Pendidikan dan Pemikiran

Sjafrie tidak hanya mengandalkan pengalaman lapangan, tetapi juga memperkaya diri lewat pendidikan tinggi. Ia menyelesaikan studi di:

AKABRI (1974)

Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (1989)

Institut Manajemen Bisnis Indonesia (MBA)

Universitas Pertahanan Indonesia (Ph.D)

Kombinasi antara latar militer, akademik, dan manajemen menjadikannya figur yang memahami pertahanan tidak hanya sebagai kekuatan senjata, tetapi juga sistem manajemen strategis yang melibatkan ekonomi, teknologi, dan diplomasi.

Kehidupan Pribadi

Di balik sosok tegasnya, Sjafrie adalah seorang keluarga yang hangat. Ia merupakan putra keenam dari 11 bersaudara, menikah dengan Etty Sudiyati, dan dikaruniai dua anak: Kolonel Inf. Muhammad Benrieyadin Sjafrie, B.Sc., M.Sc., serta Siti Benita Friyati. Ia juga dikenal sebagai kakak dari Maroef Sjamsoeddin, tokoh yang pernah menjabat di sektor industri strategis nasional.

Baca juga:  Memperjuangkan Kemerdekaan Palestina Adalah Janji Sejak KAA 1955!

Kedekatannya dengan dunia pendidikan dan keluarga militer membuatnya menjadi figur yang dihormati, bukan hanya karena jabatan, tetapi juga karena keteladanan hidupnya.

Figur Transisi Antara Generasi

Sjafrie Sjamsoeddin adalah contoh nyata prajurit lintas zaman — dari masa Orde Baru, reformasi, hingga era kepemimpinan Prabowo Subianto. Ia membawa nilai loyalitas, kesetiaan, dan profesionalisme ke dalam struktur pemerintahan yang modern.

Di bawah kepemimpinannya di Kementerian Pertahanan, arah kebijakan Indonesia cenderung semakin integratif: memperkuat industri pertahanan dalam negeri, membangun postur pertahanan yang realistis, dan menyiapkan generasi muda TNI yang tangguh menghadapi perang non-konvensional masa depan.

“Loyalitas seorang prajurit bukan kepada individu, tapi kepada bangsa dan negara,” begitu salah satu prinsip hidup yang kerap disampaikan Sjafrie kepada para perwira muda.

Dalam konteks politik dan pertahanan kontemporer, Jenderal TNI (Kehormatan) Sjafrie Sjamsoeddin berdiri sebagai simbol kontinuitas — penghubung antara idealisme masa lalu dan strategi masa depan.