Shanty Rohaetin : Emak Ijah, Energi Ceria dari “Kebon Gedang” Kota Bandung 

Avatar photo

Porosmedia.com, Bandung – Di tengah lautan konten digital yang kerap monoton dan seragam, muncul sosok yang membius jutaan penonton dengan tawa, ketulusan, dan aura khas ibu rumah tangga yang penuh warna. Dia adalah Shanty Rohaetin, yang akrab disapa Emak Ijah atau Bi Ijah, ikon konten kreatif asal Bandung yang menyulap keseharian menjadi sumber inspirasi dan hiburan.

Lahir pada 16 Agustus 1981 di Kota Bandung, Shanty adalah putri dari pasangan Usep Juhana dan Yuyun Sumariah. Ia tumbuh dalam lingkungan keluarga hangat bersama dua adiknya, Ai Nurhaeni dan Iyan Sopian, yang turut membentuk karakter cerianya yang otentik dan penuh empati.

Bertempat tinggal di Kebon Gedang, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, Shanty adalah potret perempuan Bandung yang membuktikan bahwa eksistensi bukan soal panggung besar atau sorotan lampu mahal. Ia membangun nama lewat keaslian, kedekatan dengan penonton, dan kepiawaiannya memadukan elemen komedi, keseharian keluarga, seni, hingga motivasi hidup dalam setiap kontennya.

Di balik sosok Emak Ijah yang kocak dan ekspresif, Shanty adalah pribadi yang kaya pengalaman. Ia mengukir prestasi dalam bernyanyi, tata rias, seni tari, hingga seni peran. Bahkan, ia pernah merilis lagu rekaman berjudul Tunggarra Cinta, Tega, dan Perjalanan—jejak musikalitas yang memperkaya kepribadiannya sebagai seniman otodidak.

Baca juga:  Kinoy ‘Iding’ Preman Pensiun 8: Dari Vokalis Band Hingga Calo Bus Terminal di Layar Kaca

Dengan motto hidup “gunakan jalur langit”, Shanty selalu meyakini bahwa perjalanan hidupnya tak lepas dari doa, niat baik, dan restu dari Yang Maha Kuasa. “Saya percaya bahwa langkah manusia akan selalu ringan kalau selaras dengan langit,” ujarnya dalam sebuah wawancara eksklusif.

Tak heran jika di setiap kontennya, ia senantiasa menghadirkan keceriaan, senyuman, dan semangat hidup. “Kunci saya cuma satu: jangan lupa bahagia,” tutur istri dari Dadan Permana ini, yang kini juga menjadi ibu penuh cinta bagi tiga buah hatinya: Dandi Agung Permana, Gilang Putra Ananda, dan Ipan Dias Saputra.

Tidak seperti sebagian konten kreator yang mengejar sensasi, Emak Ijah justru menawarkan konten dengan kedalaman emosional. Ia tak ragu menampilkan kekonyolan, kesalahan kecil, dan bahkan momen kesedihan, semuanya dikemas dengan hati dan kejujuran.

Ia sangat menghindari hal-hal yang menebar kebencian. “Yang paling saya tidak suka adalah permusuhan dan memutuskan silaturahmi. Dunia ini terlalu singkat untuk menyimpan dendam,” ujarnya tegas.

Aktif di berbagai kanal streaming dan komunitas kreatif digital, Emak Ijah telah menjadi inspirasi bagi banyak ibu rumah tangga dan perempuan Indonesia. Ia membuktikan bahwa perempuan bisa menjadi pusat kreativitas, penggerak kebahagiaan keluarga, sekaligus figur publik yang membumi.

Baca juga:  Menggali Keunikan Karakter Suara Ageng Kiwi Lewat Lagu “Terlalu

“Shanty itu kayak energi bersahabat yang nggak habis-habis. Selalu ceria, selalu ada cara untuk bikin orang di sekitarnya ketawa,” kata salah satu sahabat dekatnya.

Di era digital yang sering kali terjebak dalam pencitraan palsu, Shanty Rohaetin alias Emak Ijah tampil sebagai oase kejujuran. Ia tidak memaksakan glamor. Ia hadir sebagai dirinya sendiri—seorang perempuan Sunda, ibu dari tiga anak, istri yang penuh cinta, dan sahabat bagi siapa saja yang mengenalnya.

Dan barangkali, dari Kebon Gedang, tawa Emak Ijah akan terus menggema, menjadi pengingat bahwa bahagia tidak selalu harus mahal—asal tulus dan berbagi.