Porosmedia.com – Rudolph Albertus Kerkhoven dilahirkan di Twello pada 9 Juli 1820 merupakan anak keempat dari 14 anak yang berada dalam trah The Hunderian. la menikah dengan Aleida Catharina van Delden dan dikaruniai enam anak.
Dengan menumpang kapal Eva Johana, keluarga Rudolph Albert Kerkhoven meninggalkan Belanda tanggal 29 September 1866 dan tiba di Batavia menjelang perayaan Tahun Baru tanggal 29 Desember tahun yang sama.
Mula-mula mereka menetap di rumah NP van den Berg yang terletak di Koningsplein dan kemudian di rumah janda mendiang Pieter Holle yang tinggal di Gang Holle.
Selama di Batavia, ia mencoba menerima tawaran di Netherlands Indian Gas Company, sebuah perusahaan gas milik negara. Karena usahanya tidak memperoleh kemajuan, keluarga ini pindah ke Bandung. Mereka menempati bangunan yang terletak di pojok Pieterpark, kini Taman Dewi Sartika di depan Gedung Balai Kota.
Berkat hubungan baik KF Holle, salah seorang perintis perkebunan di Priangan (Preanger Planter), dengan penguasa pribumi, RA Kerkhoven berhasil membuka perkebunan di Arjasari.
Perkebunan ini terletak di daerah Bandung yang berjarak kurang lebih 30 kilometer dari kota Bandung. Saat itu, Arjasari yang terletak di Afdelung Banjaran masih merupakan hutan belantara dengan banyak binatang buas diantaranya harimau.
Dengan ketinggian 700 meter diatas permukaan laut, Arjasari berhawa sejuk dan sering turun hujan sehingga cocok untuk dijadikan perkebunan.
Sayang, akses untuk menuju tempat itu tidak mudah. Dari Bandung hanya bisa menggunakan kuda atau kereta kuda yang kemudian disambung dengan menyeberangi sungai Citarum menggunakan rakit bambu.
Di tempat itulah keluarga dengan enam anak (salah satu meninggal di Batavia karena sakit) memulai hidup barunya sebagai pengusaha perkebunan.
Pada saat pembukaan perkebunan, RA Kerkhoven dan anak-anaknya dan rombongan pejabat setempat berjalan paling depan dengan dinaungi payung, melewati deretan barisan penduduk setempat yang hadir. Yang membuat pesona hadirin dan sekaligus kagum, pada kesempatan itu KF Holle berusaha memperlihatkan kedekatan emosionalnya dengan masyarakat pribumi. Sebagai “sesepuh” keluarga, ia menyampaikan sambutannya dalam bahasa Sunda.
Upacara peresmian Perkebunan Arjasari diakhiri dengan pembacaan doa dan dilanjutkan makan bersama, sebuah tradisi yang masih berlangsung hingga kini. Dalam doanya mereka memohon agar Perkebunan Arjasari yang luasnya sekitar 3.000 hektar akan sesuai dengan namanya. Dalam bahasa Sunda, Arjasari berarti “Inti Kemakmuran”.[]
Sumber:
1. Buku “Kisah Para Preanger Planters”
2. Buku “Sang Juragan Teh”
3.https://www.wikitree.com/wiki/Kerkhoven-53 copas dari kang Mochamad Yani