Porosmedia.com, Bandung – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mulai membuka ruang bagi musisi lokal untuk tampil secara rutin di Pendopo Kota Bandung setiap hari Rabu. Kebijakan ini mendapat sambutan positif, namun juga memunculkan harapan lebih besar atas keberpihakan pemerintah terhadap nasib ekosistem seni dan musik Kota Bandung yang selama ini kerap terabaikan.
Ketua Bandung Music Council, Erlan Efendy, menyampaikan apresiasi terhadap langkah Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, yang dinilai membuka ruang ekspresi baru bagi para pelaku seni.
“Kebijakan Pak Wali Kota untuk menyediakan ruang berkarya di Pendopo setiap hari Rabu adalah terobosan yang sangat bagus. Di Bandung ini banyak orang kreatif, tetapi selama ini kurang memiliki sarana untuk mengekspresikan karya mereka,” kata Erlan di Pendopo, Rabu malam, 11 Juni 2025.
Meski demikian, Erlan menegaskan bahwa hadirnya ruang ekspresi di Pendopo belum cukup menjawab persoalan mendasar yang dihadapi para musisi lokal. Ia menyoroti minimnya infrastruktur seni di Bandung dan stagnasi pengembangan gedung pertunjukan yang representatif.
“Selama ini kita belum punya gedung kesenian yang benar-benar bisa dimanfaatkan untuk konser besar. Bandung memang dikenal sebagai kota kreatif, tapi dukungan terhadap seni masih sebatas simbolik,” tegasnya.
Lebih jauh, ia mengungkapkan kerinduan akan atmosfer Bandung sebagai kota musik, yang dulu begitu kuat di era 80-an dan 90-an. Menurutnya, dukungan terhadap musisi tak cukup berhenti di ruang pemerintah, tapi harus diperluas ke sektor privat seperti kafe dan tempat hiburan.
“Kami berharap kafe-kafe di Bandung bisa kembali aktif mengundang musisi tampil, sebagaimana masa keemasan dulu. Saat ini, banyak kafe lebih memilih konsep instan dan tidak ramah terhadap pertunjukan musik hidup,” tambahnya.
Acara perdana ini menghadirkan penampilan musisi dan band lokal seperti Wachdach, Loolo, Kalee Kusimadireja, dan TKPL, serta diselenggarakan oleh komunitas Titik Koempul. Wali Kota Muhammad Farhan turut hadir memberikan dukungan langsung.
Menariknya, acara ini juga disaksikan oleh tamu-tamu dari Fort Worth, Amerika Serikat, yang tengah berkunjung ke Kota Bandung, menambah nuansa diplomasi budaya dalam pelaksanaan program ini.
Kini, publik menanti apakah langkah membuka Pendopo hanya akan menjadi etalase politik budaya, atau benar-benar awal dari reformasi menyeluruh dalam ekosistem seni dan musik Bandung. Para pelaku seni berharap lebih dari sekadar panggung: mereka menginginkan kebijakan yang berkelanjutan, terukur, dan berpihak.