Porosmedia.com — Jika kita menyelami kearifan lokal yang terpendam dalam naskah-naskah Sunda kuno, seperti dalam koleksi Kabuyutan Ciburuy Bayongbong Garut, akan terlihat bagaimana konsep ideal seorang pemimpin digambarkan dengan cermat. Naskah seperti Sanghyang Siksakandang Karesian memuat prinsip-prinsip kepemimpinan yang mengarahkan pada pembentukan sosok pemimpin sejati. Karakter dan nilai ini, yang disebut pangimbuhning twah (pelengkap kharisma), menjadi pedoman utama bagi pemimpin untuk menjalankan tugasnya dengan bijak.
Sifat-Sifat Pemimpin Ideal dalam Naskah Sunda Kuno
1. Emét (tidak konsumtif): Pemimpin yang mampu mengendalikan diri dari sikap boros dan serakah, menjauhkan diri dari perilaku korupsi.
2. Imeut (cermat): Ketelitian menghindarkan pemimpin dari kesalahan fatal dan efisiensi waktu.
3. Rajeun (rajin) dan Leukeun (tekun): Sosok yang memanfaatkan waktu dengan produktif dan mengisinya dengan karya.
4. Paka Pradana (beretika): Etika menjadi landasan interaksi, memupuk rasa simpati dan empati dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Morogol-rogol (beretos kerja tinggi): Dorongan untuk menghasilkan karya unggul berasal dari dedikasi tulus seorang pemimpin.
6. Purusa ning Sa (berjiwa pahlawan): Kejujuran dan keberanian untuk menghadirkan inovasi serta mengatasi stagnasi berpikir.
7. Widagda (bijaksana dan rasional): Pemimpin yang mampu menyeimbangkan logika dengan rasa kemanusiaan.
8. Gapitan (berani berkorban): Keberanian melangkah berdasarkan visi hidup yang jelas.
9. Karawaléya (dermawan): Pemimpin yang hidup untuk berbagi dan menjunjung tinggi kebersamaan.
10. Cangcingan (terampil): Sosok cekatan yang mampu memanfaatkan peluang.
11. Langsitan (proaktif): Pemimpin yang terus bergerak aktif dalam mewujudkan kesuksesan.
Dasa Prasanta: Sifat Pelengkap Pemimpin Bijaksana
Selain pangimbuhning twah, pemimpin juga diharapkan memiliki Dasa Prasanta, sepuluh karakter yang memperkuat jiwa kepemimpinan:
1. Bijaksana (Guna): Kejelasan perintah agar dipahami dan dilaksanakan dengan benar.
2. Ramah: Suasana kerja yang nyaman lahir dari keramahan pemimpin.
3. Menginspirasi (Hook): Pemimpin yang kagum pada bawahannya mendorong semangat kerja.
4. Memikat hati (Pésok): Kemampuan pemimpin dalam membangun kebanggaan pada yang dipimpinnya.
5. Cinta kasih (Asih): Pemimpin yang mendasari keputusan dengan kemanusiaan.
6. Belas kasih (Karunya): Memberikan kepercayaan dan empati kepada bawahannya.
7. Menentramkan hati (Mupreruk): Pemimpin yang mampu memberikan rasa aman dan semangat.
8. Memuji dan mengoreksi (Ngulas): Apresiasi yang disertai masukan membangun.
9. Menyentuh hati (Nyecep): Pemimpin yang mampu menyemangati di kala sukses maupun gagal.
10. Mengambil hati (Ngala Angen): Hubungan batin yang harmonis antara pemimpin dan bawahan.
Empat Larangan Pemimpin
Pemimpin harus menghindari sifat buruk yang disebut Opat Panyaraman:
1. Babarian (mudah tersinggung): Menunjukkan kelemahan emosional.
2. Pundungan (mudah merajuk): Menghambat kerja sama.
3. Humandeuar (berkeluh kesah): Mengurangi semangat kerja.
4. Kukulutus (menggerutu): Berkarakter negatif dan cenderung menyalahkan orang lain.
Catur Buta: Empat Karakter Perusak
Naskah Sunda juga mengingatkan tentang watak destruktif:
1. Burangkak: Kasar, arogan, dan tidak beradab.
2. Mariris: Pemimpin yang rakus, korup, dan tidak jujur.
3. Maréndé: Membawa kehancuran meski awalnya dianggap membawa kedamaian.
4. Wirang: Tidak mau bertanggung jawab dan penuh kepalsuan.
Tiga Pilar Kepemimpinan Sunda: Tri Tangtu di Buana
1. Sang Prabu: Pemimpin formal yang berpegang pada keadilan hukum.
2. Sang Rama: Figur masyarakat yang memperkuat tatanan keluarga.
3. Sang Resi: Cendekiawan yang memimpin masyarakat menuju kesejahteraan.
Pemimpin Ideal: Penggerak Kehidupan yang Bermartabat
Kepemimpinan yang ideal adalah yang mampu menjadi teladan, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dan membawa kesejahteraan. Prinsip ini sejalan dengan konsep Tiga Rahasia yang mencakup keutamaan dalam budi, wak, cita, dan pradana, serta mewujudkan nilai Astaguna seperti kejujuran, ketekunan, dan wawasan luas.
Pemimpin seperti ini bukan hanya dicintai dan dihormati, tetapi juga mampu menciptakan kehidupan yang penuh berkah, harmoni, dan ridha Sang Pencipta.
#KearifanLokalSunda
#KepemimpinanIdeal
#PemimpinBijaksana
#NilaiBudayaSunda
#FilosofiKepemimpinan