Ni Sritanjung : Sastra yang berasal dari Jawa Kuno

Era Kerajaan Kediri yang menginspirasi nama Kabupaten Banyuwangi

Avatar photo

Porosmedia.com — Dalam versi Banyuwangi diambil cerita sampai Sritanjung ditikam keris oleh Sidapaksa kemudian mati, karena ia jujur bahwa dia tidak pernah dinodai oleh Raja Sulakrama. Darah yang keluar dari luka tikaman keris itu yang bercampur air mengeluarkan aroma wangi dan jadilah nama Banyuwangi.

Dalam Sastra Aslinya lebih jauh dari itu.
Berikut menurut Sastra Asli yang di ukir pada dinding relief Candi Surawana.

Sritanjung hidup bersama kakeknya, kemudian menikah dengan Patih Sidapaksa. Raja Sulakrama terpikat dengan Sritanjung. Raja Sulakrama yang licik memberikan tugas untuk Patih Sidapaksa dan dijalaninya oleh sang patih.

Sritanjung ditinggal di Istana, yang kemudian dirayu oleh sang Raja. Sritanjung yang setia dengan suaminya tidak pernah mau terrayu oleh Sang Raja.

Sementara itu Sidapaksa dalam tugasnya tergoda oleh bidadari Dewa Indra.
Sesampainya Patih Sidapaksa kembali istana. Sang Raja memfitnah bahwa Sritanjung telah dinodainya dan berselingkuh dengannya.

Lantas hal tersebut membuat sang Patih marah dan menemui Sritanjung untuk dibunuh.

Baca juga:  Arung Palakka dikenal sebagai sosok yang berjasa dalam memerdekakan rakyat Bugis

Sritanjung jujur, tapi Suaminya itu tidak menghiraukannya. Kemudian Sritanjung berucap “Jika Aku berbohong maka darah yang keluar dari tubuhku akan berbau busuk, jika aku jujur darahku berbau harum”.

Kemudian ia ditikam berkali kali dengan keris oleh suaminya. Dan jasad Sritanjung tercebur kedalam air dan Darah yang bercampur air itu beraroma wangi.

Sang Patih yang menyaksikannya akhirnya merasa menyesal atas perbuatannya. Dan Roh Sritanjung menaiki ikan wahana Dewi Gangga meninggalkan alam Marcapada sembari menangis dan melambaikan tangan kepada suaminya.

Sritanjung kemudian bertemu dengan Dewi Durga, yang mengatakan “kamu belum waktunya untuk mati, kembalilah ke suamimu”

Kemudian Sri Tanjung dihidupkan kembali oleh Bethari Durga. Yang mana itu sebagai ucapan terimakasihnya kepada Sahadewa yang telah meruwatnya ( diceritakan dlm sastra Sudamala ). Dan Sidapaksa merupakan titisan Sahadewa.

Sritanjung hidup kembali bersama kakeknya. Datanglah 2 tokoh penasehat yaitu Tualen & Merdah yang menasehatinya untuk kembali kepada Sidapaksa suaminya. Dan Kakeknya menasehatinya hal yang sama.

Sritanjung yang awalnya menolak akhirnya mau kembali ke suaminya dengan memberikan syarat bahwa suaminya harus membunuh Raja Sulakrama.

Baca juga:  Kenapa harus ada (semacam) Sirkus saat menjelang Hari Isra Mi'raj di Solo?

Dan Sidapaksa menyanggupinya, Raja Sulakrama dibunuhnya dan akhirnya Sri Tanjung dan Sidapaksa hidup bersama kembali dengan penuh kebahagiaan.