STY terlalu jujur dan lugu, maka ET berusaha mengambil kesempatan mendekati kekuatan mafia judi internasional……!!!???
Porosmedia.com — Jujur saja, kita jangan terlalu percaya dengan FIFA dan slogan “Fair Play”nya. Organisasi Sepak Bola Dunia itu belum bisa lepas sepenuhnya dari cengkeraman mafia. Patut diduga di dalamnya masih saja ada praktek pengaturan skor yang terhubung dengan bandar judi, pencucian uang bahkan kepentingan politik tertentu.
Contoh beberapa kasus judi dan pengaturan skor yang pernah terjadi di antaranya:
Kasus Calciopoli (2006): Klub-klub Italia seperti Juventus, AC Milan dan Fiorentina terlibat dalam pengaturan skor,
Lalu Kasus Asiagate (2011): Skandal judi bola di Asia, melibatkan pemain dan oficial dari berbagai negara.
Kemudian Kasus Singapura (2013): Jaringan judi bola Singapura terungkap, melibatkan lebih dari 100 pertandingan.
Dan yang menghebohkan, Kasus FIFAgate (2015):
Yaitu kasus pencucian uang yang melibatkan Bank Julius Baer.
Ini adalah kasus korupsi dan pencucian uang yang terungkap serta menyeret beberapa pejabat FIFA.
Belum lama kita juga merasakan dan menjadi korban saat pertandingan melawan Bahrain pada 10 Oktober 2024 lalu.
Bagaimana kepemimpinan wasit Ahmed Alkaf asal Oman yang terasa sekali berat sebelah membela Bahrain.
Patut diduga ada intervensi dari pihak tertentu untuk memenangkan Bahrain meskipun berakhir skor 2:2. Ini semakin menegaskan masih adanya praktek mafia dalam dunia sepak bola.
Kini PSSI memutuskan mengganti pelatih Timnas Garuda, Shin Tae Yong.
Dan penggantinya adalah Patrick Kluivert dari Belanda.
Muncul spekulasi penggantian ini karena tekanan dari mafia. Dan itu langsung dibantah oleh Ketua PSSI Erick Thohir. Apalagi rekam jejak Patrick Kluivert juga pernah tersandung masalah hutang judi kepada mafia sehingga menimbulkan reaksi penolakan dari khalayak pecinta bola di Indonesia.
Benarkah demikian….???
Dalam konsep psikologi terdapat teknik yang dinamakan Mirror Imaging. Yaitu konsep yang menggambarkan bagaimana strategi memahami dan menghadapi lawan atau musuh dengan menggunakan teknik serupa yang digunakan oleh lawan tersebut.
Jika memang di dalam FIFA masih ada praktek mafia, bisa jadi Erick Thohir menggunakan konsep “mirror imaging” untuk menghadapinya.
Mungkin seorang Shin Tae Yong, dianggap terlalu lurus dan jujur sehingga tidak mampu menembus simpul simpul jaringan mafia yang ada di dalam dunia sepak bola.
Berbeda latar belakang dengan Patrick Kluivert yang pernah bersinggungan dengan mafia judi bola.
Mungkin pertimbangan inilah yang membuat Erick Thohir mengambil keputusan yang dianggap kontroversial ini.
Itulah mengapa ia mengatakan. “Lebih baik resiko daripada menyesal.”
Melawan mafia harus menggunakan teknik dan orang yang mengenal karakteristik mafia itu.
Toh ada Louis Van Gaal sebagai Dirtek yang akan mendampingi Patrick Kluivert. Jadi, kita tunggu tanggal mainnya….!!!