Porosmedia.com – Setiap insan memiliki perjalanan hidupnya masing-masing. Ada yang terlahir dalam cahaya ketaatan, ada pula yang terperosok dalam gelapnya kesalahan. Namun satu hal yang pasti: setiap manusia masih memiliki kesempatan untuk kembali menjadi pribadi yang lebih baik.
Sebesar apapun dosa yang pernah dilakukan, sekelam apapun masa lalu yang membekas, tak pernah ada gerbang tobat yang tertutup. Allah — Rabb yang Maha Pengampun — tidak pernah memberikan satu pun batasan untuk menghentikan rahmat-Nya bagi hamba-hamba yang ingin kembali.
Di saat manusia mencibir, Allah memeluk.
Di saat dunia menjauh, Allah justru mendekat.
Sesungguhnya, kasih sayang-Nya melampaui segala kesalahan. Hanya dengan satu sujud penuh penyesalan, langit dapat terbuka dan dosa yang bertahun-tahun ditumpuk bisa luruh bagai debu.
“Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.”
(QS. Az-Zumar: 53)
Kadang, kita merasa sudah terlalu jauh. Terlalu kotor. Terlalu rusak. Padahal, selama hati masih bisa menangis, selama dada masih terasa sesak ketika menyebut nama-Nya, itu artinya Allah masih menyentuh kita — dengan kasih-Nya, dengan rindu-Nya.
Shalat bukan hanya tiang agama, melainkan juga jembatan kembali menuju fitrah kita sebagai hamba. Jika kita merasa masih sering tergelincir, mungkin bukan karena kita tak tahu mana yang benar, tapi karena ada yang salah dalam shalat kita. Kurang khusyu’, kurang ikhlas, atau bahkan terlalu terburu-buru.
Allah selalu mengabulkan doa, hanya saja kadang Dia menundanya — bukan karena tak peduli, melainkan karena Dia tahu kapan waktu terbaik untuk kita menerima. Seperti halnya orang yang menunda makan hingga lapar benar-benar terasa, lalu makanan terasa jauh lebih nikmat.
Maka, celakalah orang yang diberi umur panjang, tetapi tak pernah digunakan untuk mendekat kepada Allah. Panjang usia seharusnya menjadi ladang pahala, bukan sekadar perpanjangan waktu untuk menunda taubat.
Mari gunakan setiap hari yang tersisa untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Tidak ada yang terlalu hancur untuk dibenahi. Tidak ada yang terlalu kotor untuk disucikan. Karena selagi napas masih ada, rahmat-Nya tetap terbuka.
“Jangan tunggu hidayah menghampirimu dalam bentuk yang spektakuler. Kadang, ia datang dalam bentuk kesepian, rasa bersalah, atau keinginan sederhana untuk memulai shalat dengan benar.”