Porosmedia.com – Di balik kemerdekaan Indonesia dan lahirnya lambang negara, terdapat sosok ulama kharismatik dari Jawa Barat yang perannya jarang diangkat dalam narasi arus utama: K.H. Amilin Abdul Jabbar, atau lebih dikenal sebagai Mama Amilin atau Mama Iming. Lahir pada tahun 1896 di Kampung Cimencek, Desa Cintarakyat, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, beliau adalah figur spiritual, pendidik, sekaligus pejuang yang kontribusinya melampaui zamannya.
1. Ulama dan Guru Spiritual Bung Karno
Mama Amilin dikenal sebagai salah satu guru spiritual Ir. Soekarno sejak masa mudanya di Bandung. Kedekatan ini bukan hanya relasi guru-murid biasa, tetapi juga menjadi ruang diskusi spiritual dan kebangsaan. Salah satu kisah yang diwariskan secara lisan menyebutkan bahwa Bung Karno pernah berkhalwat di Gunung Salak untuk mencari petunjuk tentang lambang negara. Dalam perenungannya, ia melihat burung elang besar berwarna emas yang kemudian diinterpretasikan sebagai simbol kekuatan dan kemuliaan bangsa. Setelah berdiskusi dengan Mama Amilin dan Eyang Santri Kalamullah, disepakati bahwa burung tersebut dinamai “Garuda”, merujuk pada mitologi Nusantara yang sarat makna spiritual dan historis .
2. Penentu Tanggal Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Peran Mama Amilin tidak berhenti pada simbol negara. Beliau juga terlibat dalam penentuan tanggal proklamasi kemerdekaan. Awalnya, Bung Karno mengusulkan tanggal 15 Agustus 1945. Namun, atas masukan dari Mama Amilin dan Eyang Santri Kalamullah, dipilihlah tanggal 17 Agustus 1945. Pemilihan ini bukan tanpa alasan; angka 17 melambangkan jumlah rakaat shalat dalam sehari semalam, 8 mewakili arah mata angin, 19 mengacu pada jumlah huruf dalam “Bismillahirrahmanirrahim”, dan 45 jika dijumlahkan (4+5) menjadi 9, yang melambangkan Wali Songo .
3. Pejuang dan Pemimpin Pasukan Gelang Merah
Selain sebagai ulama, Mama Amilin juga aktif dalam perjuangan fisik melawan penjajah. Pada tahun 1945, beliau memimpin sekitar 3.000 pengikutnya dari Garut menuju Bandung untuk melawan tentara Belanda. Pasukan ini dikenal dengan sebutan “Pasukan Gelang Merah” karena mengenakan gelang merah sebagai tanda pengenal. Meskipun hanya bersenjatakan tangan kosong, mereka berhasil menggempur Belanda di Hotel Homan, menunjukkan semangat juang yang luar biasa .
4. Pewaris Ilmu dan Ajaran Al-Hikmah
Mama Amilin juga dikenal sebagai pendiri ajaran Al-Hikmah, sebuah ilmu spiritual yang mengajarkan ketauhidan dan kebijaksanaan dalam kehidupan. Ajaran ini terus berkembang dan diwariskan kepada murid-muridnya, yang dikenal sebagai “pala putra”, di Bandung dan Garut. Makam beliau di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, menjadi tempat ziarah dan pusat spiritual bagi para pengikutnya .
5. Warisan yang Terlupakan
Meskipun kontribusinya signifikan, nama Mama Amilin belum banyak dikenal dalam sejarah nasional. Namun, bagi masyarakat Jawa Barat, terutama di Garut dan Bandung, beliau adalah simbol perjuangan dan spiritualitas. Warisan beliau tidak hanya dalam bentuk ajaran, tetapi juga dalam semangat kebangsaan yang mengakar kuat.
Kisah Mama Amilin Abdul Jabbar adalah pengingat bahwa sejarah bangsa ini dibentuk oleh banyak tangan, termasuk para ulama yang berjuang dengan ilmu, spiritualitas, dan keberanian. Sudah saatnya kita mengangkat kembali peran-peran yang terlupakan ini, agar generasi mendatang dapat mengenal dan menghargai kontribusi mereka dalam membentuk Indonesia yang merdeka dan berdaulat.